Eliya menggigit pipi bagian dalam dengan keras. Kegugupan dan kecemasan yang ia rasakan saat ini menguar menjadi satu. Tatapan semua orang padanya bak belati yan menusuk tepat ke jantung. Kenapa mereka seperti itu? Eliya adalah Istri Adam, tidak sepatutnya mereka bersikap sinis pada Eliya, kan?
Eliya berusaha menguatkan dirinya, ia menyunggingkan senyumnya yang kaku. Berharap semua orang akan melunak padanya.
Tapi belum sempat memperkenalkan diri, Adam terlihat melangkah menghampiri mereka semua. Entah habis darimana Pria itu, yang pasti hati Eliya lebih tenang dibandingkan dengan tadi. Otot tubuhnya yang sempat tegang, mulai melemas perlahan.
"Apa ada yang terlewat olehku?" tanya Adam.
Wanita paruh baya yang masih terlihat segar dan cantik, menghampiri Adam. Ia memeluk Adam dengan erat. Begitupun Adam yang langsung membalas pelukannya.
"Sombong sekali, hanya datang saat Ibu ulangtahun saja. Kemana kamu selama 3 bulan ini?" tanya sang Ibu setelah pelukan mereka berakhir.
"Ibu tidak usah bertanya soal itu, seperti yang kita tahu sekarang, Kak Adam sudah menikah lagi yang otomatis dia tinggal bersama Istri barunya." Ujar seorang Gadis muda yang menatap sinis pada Eliya. Gadis itu cantik sekali dengan tubuhnya yang berkulit putih.
Semua orang kembali menatap Eliya. Satu yang dapat Eliya simpulkan, ia tidak diterima di dalam keluarga Adam. Ingin sekali Eliya bertanya pada Adam, tapi tubuhnya terasa terpaku ditempat, Eliya menunduk dalam, ia tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Tak tak tak
Suara heels terdengar nyaring, saat Wanita bergaun biru tadi melangkah dengan anggun mendekati Eliya. Wanita itu masih berwajah datar hingga sulit sekali mengenali emosi di dalamnya.
"Kamu Istrinya Adam?" tanya Wanita itu setelah berhadapan dengan Eliya yang masih menunduk.
Eliya mau tak mau memberanikan diri menatap wajah cantik Wanita itu. Ia mengangguk. "Ya, aku Eliya ...Istrinya Mas Adam."
"Kedua. Kamu adalah Istri Adam yang kedua. Aku Shanon, Istri pertamanya Adam. Aku yakin kamu pasti baru tahu tentang hal ini, jangan khawatir, aku menerimamu dengan sepenuh hati." Shanon berkata dengan tenang dan jujur. Tapi ia tidak menunjukan ekspresi apapun. Apakah Shanon menganggap perkataannya sesuatu enteng?
"I-istri kedua? Tidak mungkin, Mas Adam belum pernah bilang apapun soal ini sama aku. Mas?" Eliya beralih menatap Adam yang sejak tadi hanya diam memperhatikan dirinya dengan Shanon.
"Ya, itu benar. Apa yang dikatakan Shanon adalah kenyataan sesungguhnya," ujar Adam. Pria itu melangkah pada Eliya.
Sakit hati, kecewa, sedih, Eliya merasakan semuanya dalam satu waktu. Tak apa Adam bersikap dingin padanya, tak apa Adam menolak skinsip dengannya, tak apa jika Adam belum sepenuhnya menerima dirinya. Tapi menjadikan dirinya Istri kedua?
Eliya ingin menjerit saat ini juga.
"Aku menikahimu karena Shanon. Aku hanya membutuhkan rahimmu untuk melahirkan penerusku," ucap Adam setelah sampai dihadapan Eliya.
Nyuut
Lagi, Eliya merasakan hatinya hancur berkeping-keping saat ini. Tega sekali Adam padanya, tega sekali Shanon menyuruh Adam melakukan ini padanya. Kenapa harus Eliya?
"Ke-kenapa harus aku?" tanya Eliya lirih. Tangan Eliya yang bergetar perlahan memegang tangan Adam, menggenggamnya dengan erat. "Mas, kasih tahu aku kenapa kamu memilih aku? Kenapa harus aku? Kenapa?"
Adam tidak terpengaruh dengan kesedihan yang dirasakan oleh Eliya. Sejak awal Adam memang tidak memiliki perasaan apapun padanya, Adam terpaksa menikahi Eliya karena permintaan Shanon.
"Tenangkan dirimu, hari ini adalah pesta keluarga Diputra untuk menyambut pengantin baru. Kamu dan Adam harus menikmati pestanya," ucap Shanon. Maksudnya adalah agar Eliya tidak ribut-ribut saat ini.
Saat Eliya akan berkata-kata, Adam malah memusatkan perhatiannya pada Shanon. Eliya tertegun melihatnya, tidak menyangka Suaminya bisa tersenyum semanis itu. Tapi senyuman Adam hanya ditujukan pada Shanon, bahkan Adam mengusap lembut rambut Shanon.
"Bagaimana kabarmu?"
"Selalu baik, jangan terlalu khawatir Adam."
"Aku terus-menerus memikirkan kamu, apa kamu tidak begitu padaku?"
"Berhenti Adam, sekarang kita harus merayakan ulangtahun Ibu sekaligus pernikahanmu."
Shanon sempat menatap Eliya sebentar sebelum pergi mendekati Ibu mertuanya. Meski percakapan dengan Adam hanya sebentar, rasa rindu yang Shanon rasakan telah terobati.
"Eliya, kemari lah, akan aku kenalkan kamu dengan semua keluargaku." Adam tidak peduli dengan Eliya yang berwajah pucat itu, Adam menarik tangan Eliya untuk ikut bersamanya lebih dekat dengan keluarga besarnya.
Dengan tenang Adam mengenalkan Eliya pada Orangtuanya, lalu Kakaknya, Adiknya, Neneknya, kedua Orangtua Shanon yang turut hadir disana.
"Dimana kamu bertemu dengan Adam? Club malam? Mall? Atau aplikasi chat?" tanya Shintia, Kakaknya Adam.
"Aneh sekali pilihan Kak Adam, masa dari Kak Shanon dia menjatuhkan kriterianya, sih. Jelas-jelas Kak Shanon adalah Istri yang paling sempurna," timpal Audrey, Adiknya Adam.
Eliya hanya mendengarkan saja tanpa menjawab pertanyaan dari Shintia. Hatinya masih sakit, percuma mereka sinis padanya karena hatinya sudah kebas.
"Eliya, selamat datang di keluarga Diputra. Kamu pasti tahu bagaimana latar belakang Adam kan? Ya, dia pewaris Diputra Group—"
"Belum Ibu, aku hanya akan jadi pewaris di saat anakku lahir. Nasibku ditentukan oleh Eliya," baik Adam dan yang lain, semuanya menatap Eliya kembali. Mereka tidak menerima Eliya sebagai anggota keluarga baru. Keberatan. Tapi perkataan Adam memang ada benarnya.
Ibu Sarah selaku Ibu kandung Adam hanya bisa menghela nafas. Jika saja Shanon bisa memiliki keturunan, semuanya tidak akan serumit ini dan Adam tidak perlu menikah lagi dengan Wanita antah berantah itu.
"Aku ...aku terlahir dari orang biasa-biasa saja. Mungkin kalian semua sulit untuk menerimaku, tapi tidak apa-apa. Aku akan berusaha keras agar bisa diterima dikeluarga Diputra, meski hanya sebagai Istri kedua. Aku juga bisa melahirkan keturunan dari Mas Adam," ucap Eliya dengan yakin.
Shintia dan Audrey tetap menatapnya dengan sinis. Bagi mereka, Eliya berkata seperti itu hanya untuk menarik simpati. Banyak Wanita diluar sana yang mengemis cinta Adam, menginginkan Adam agar mempersunting mereka jadi Istri kedua. Eliya hanya beruntung saja dipilih oleh Shanon.
"Kamu harus melahirkan anak dari Adam. Aku pastikan itu harus terjadi," ucap Shanon yang mendapat tatapan dingin dari Adam dan kedua Orangtuanya.
"Adam Putraku, kamu memang pintar. Tapi ingatlah jika warisan keluarga akan turun saat anakmu lahir, itu pesan dari Kakekmu. Ayah harap secepatnya kamu di anugerahi keturunan dengan Eliya. Benalu hanya akan menyusahkanmu nantinya," tatapan Pak Gusti tertuju pada Shanon sekilas. Hanya Pak Gusti yang menyuruh Adam menceraikan Shanon saat Shanon dinyatakan mandul. Pak Gusti ingin agar Adam secepatnya mendapatkan warisan, lebih baik mencari Wanita lain daripada terus bergantung pada sesuatu yang tidak mungkin, kan?
Tapi ternyata Adam lebih mendengarkan Shanon. Adam menolak perceraian dan memilih menikah lagi dengan Wanita pilihan Shanon.
Eliya yang tulus, Eliya yang rapuh dan baik hati. Hanya langit saat ini yang menggambarkan suasana hatinya. Hujan petir tengah melanda bumi, sama seperti suasa hati Eliya yang bergemuruh layaknya badai.
Pernikahan indah impiannya hanya ada di dalam angannya saja. Punya hak apa Eliya sebagai Istri kedua Adam? Bahkan meminta untuk dicintai sedikit saja oleh Adam adalah hal yang mustahil.