Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Madu Mas Adam

April_monday
--
chs / week
--
NOT RATINGS
10.6k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Kenyataan

Siang itu Eliya melihat Suaminya sudah duduk manis diruang santai. Yang membuat Eliya bingung adalah kebiasaan Suaminya ini yang jarang sekali terjadi. Biasanya sang Suami akan pulang ke rumah pukul sepuluh malam, di saat dirinya sudah tidur.

Tidak ingin pusing karena memikirkannya, Eliya memilih untuk menghampiri Suaminya sambil membawa segelas teh hangat, yang khusus ia buatkan tadi.

"Mas Adam, hari ini pulang lebih cepat? Ada apa, nih?"

Adam Diputra, Suami dari Eliya itu terkesiap saat melihat Istrinya sudah duduk di sampingnya, sambil menyodorkan segelas teh padanya.

"Pekerjaanku sudah selesai. Aku sengaja pulang karena ingin mengajakmu menemui Keluarga besarku."

Mata Eliya membola dengan mulut yang ternganga saking terkejutnya dengan ajakan Adam. Percaya lah, mereka sudah menikah selama 3 bulan. Tapi selama 3 bulan itu, Adam tidak pernah membawa Eliya menemui Keluarganya. Saat pernikahan saja, Adam hanya membawa Sekretaris dan Kakaknya untuk menjadi saksi pernikahan. Berbeda dengan Eliya yang mengundang semua teman SD sampai Kuliahnya. Bahkan tetangga komplek sampai geng Zumbanya turut ia undang untuk hadir.

Mimpi apa Eliya semalam, sehingga sang Suami mau membawa dirinya ke acara Keluarga besar. Eliya terharu, kedua matanya berkaca-kaca. Adam yang melihatnya pun tidak menyangka akan reaksi Eliya yang seperti itu. Ya, meski masih tertutupi oleh sikap tenangnya.

"Beneran? Acara Keluarga besar kamu, Mas?"

"Apa saya terlihat bercanda? Atau kamu mau saya menganggapnya sebagai candaan saja?"

Eliya terlihat sangat antusias sampai hampir saja ia menghamburkan dirinya kepelukan Adam. Untung dirinya masih sadar, Adam tidak suka ada skinsip diantara mereka berdua. Padahal keduanya adalah Suami Istri. Tapi Adam belum pernah menyentuh Eliya, lebih dari sekedar pegangan tangan saja.

Jika mengingat hal itu, tentu hati Eliya sakit hati. Ia pernah berkonsultasi pada Dokter kecantikan. Eliya mencari tahu apa gerangan yang akan membuat Suaminya sangat-sangat menginginkan dirinya. Eliya diberi resep perawatan premium dengan harga fantastis. Tapi apa? Adam semakin tidak meliriknya sama sekali.

Tidak hanya itu, Eliya berusaha Zumba seminggu 14 kali agar tubuhnya sehat dan kencang. Biar Suaminya itu tak bisa mengalihkan pandangan dari tubuhnya. Tapi apa? Adam malah sibuk dengan perjalanan bisnis yang Eliya tidak tahu. Sebegitu kah Adam menghindari dirinya? Apakah Eliya tidak menarik atau pernikahan mereka hanyalah permainan belaka?

Tak apa. Toh sekarang Adam akan mengajak Eliya menemui keluarga besarnya. Ini sudah lebih dari cukup. Eliya tidak mau banyak menuntut lebih pada Adam. Biar semuanya mengalir begitu saja tanpa perlu pusing memikirkannya. Eliya ingin menikmati waktu perlahan demi perlahan dalam mengenal karakter Adam.

Eliya dan Adam tak sengaja bertemu di suatu Restoran. Mereka berkenalan dan 3 minggu kemudian Adam langsung melamarnya. Cepat sekali bukan? Eliya langsung menyetujui lamaran itu karena sudah terpincut dengan Adam yang tampan, tenang dan terlihat kaya raya. Meski Adam yang telah dinikahi saat ini, masih bersikap misterius padanya.

"Bersiap lah, pakai baju yang terbaik dan riasan yang indah. Hari ini ulangtahun Ibuku." Adam beranjak menuju dapur untuk menyantap makanan. Meninggalkan Eliya yang masih mematung karena kembali terkejut.

"Astaga, ulangtahun Ibu mertua? Aku belum mempersiapkan apapun, aku juga belum membeli baju yang bagus!" Eliya mondar-mandir tak tenang. Ia melirik ke dapur dimana Adam sedang makan. "Dia membiarkanku kebingungan sendirian."

Pikiran Adam sebenarnya tidak terpusat pada Eliya. Hatinya berkecamuk dengan apa yang akan terjadi hari ini. Meski Adam belum membuka hati pada Eliya, bukan berarti dirinya ingin Eliya merasa kecewa atau sedih. Tapi ini memang harus terjadi. Cepat atau lambat Eliya harus mengetahuinya.

***

Meski Eliya berusaha keras bersikap biasa, nampaknya ia tidak bisa menutupi kegugupan luar biasa yang tengah ia rasakan sekarang. Tidak, Eliya tak mungkin memberitahu Adam bagaimana dia sangat gugup atau nanti dirinya akan malu karena Adam pasti tak menggubrisnya.

"Tenang saja, keluarga saya tidak akan sampai hati untuk memakanmu."

Eliya melirik Adam dengan ekor matanya, betapa Eliya terpesona dengan ketampanan Adam yang sedang mengemudi disampingnya. Melupakan bagaimana Adam berbicara menyebalkan tadi. Ya, Eliya bisa memaafkannya karena Adam sangat tampan.

"Aku tidak pernah menyebut keluargamu Monster," ujar Eliya yang sudah mulai santai.

"Kamu terlihat tegang, saya hanya bercanda supaya kamu bisa lebih slow."

Setelahnya tak ada pembicaraan di antara mereka berdua, hingga mobil Ferarri milik Adam mulai masuk kedalam pekarangan rumah keluarga Diputra. Rumahnya lebih besar daripada milik Adam sendiri. Wajar saja, keluarga Diputra memang konglomerat apalagi Raden Gusti Diputra alias Ayahnya Adam.

Mobil sudah terparkir dengan rapi. Adam melirik kaca spion depan untuk membenarkan rambutnya, lalu menatap Eliya yang masih mengumpulkan nyawa untuk bertemu keluarga besar Adam. Eliya sama sekali tidak mengetahui latar belakang Adam. Yang Eliya tahu Adam bekerja sebagai Manager pemasaran di perusahaan Diputra Group.

"Apa saya perlu menuntun kamu?" tanya Adam. Hanya sebagai basa-basi.

"Jangan, aku masih bisa jalan sendiri kok!" sergah Eliya, secepat mungkin keluar dari dalam mobil.

Adam hanya mengangkat bahunya tak peduli, lalu mulai keluar dari mobil dan melangkah lebih dulu. Eliya mengikutinya dibelakang sambil cemberut. Padahal Eliya berharap bisa menggandeng lengan Adam agar mereka terlihat lebih romantis. Tapi Adam memang tidak peduli padanya.

Pintu yang menjulang tinggi dengan ukiran bunga bertakhtakan emas itu terbuka. Tentu tidak otomatis, melainkan dibuka oleh Maid yang sudah berjajar rapi di kanan dan kiri, dari depan pintu hingga ruang tengah. Mereka membungkuk hormat pada Adam.

"Selamat datang Tuan muda!" seru mereka semua.

Adam yang sudah terbiasa diperlakukan seperti itu semasa mudanya, mulai melangkah masuk lebih dulu. Meninggalkan Eliya yang ternganga didepan pintu. Terkejut mengetahui jika Suaminya adalah seorang Kaya Raya. Eliya mencubit dirinya agar segera tersadar dan berlari mengejar Adam.

Sesampainya diruang tengah, Eliya melihat sekumpulan Keluarga yang tidak dikenalnya tengah berbincang. Mereka terlihat akrab satu sama lain. Tampilan mereka sederhana namun terkesan elegan dan mewah. Beginikah gaya orangkaya? Pikir Eliya.

Eliya merasa malu untuk bergabung. Ia merasa terkucilkan entah mengapa. Tak ada yang menyadari kehadirannya yang sejak tadi berdiri ditengah seperti orang linglung. Lalu kemana Adam? Suaminya itu menghilang entah kemana, meninggalkannya sendirian dalam kecanggungan yang semakin berat ia rasakan.

Tiba-tiba perhatian semua orang tertuju pada seorang Wanita cantik bergaun biru muda dengan rambut hitam legam yang dibiarkan terurai panjang, tengah melangkah menuruni tangga perlahan. Wajahnya memang cantik, tapi terlalu dingin dan kosong. Eliya melihat bagaimana Wanita itu disambut dengan baik oleh semua Keluarga yang berada disana.

Tapi Eliya sudah tidak memperdulikan itu lagi. Ia melirik kesana kemari mencari sosok Suaminya. Eliya sedikit dongkol karena ditinggalkan begitu saja ditengah situasi canggung ini. Sejak awal kedatangannya bahkan tak ada yang menyambut ataupun meliriknya.

"Apakah dia orang yang dinikahi oleh Adam?"

Eliya berjengit saat semua orang kini menatapnya, setelah Wanita cantik tadi menyerunya. Eliya tak dapat berkata apapun, ia hanya bisa tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya karena gugup.

"Oh, jadi dia adalah si Istri kedua itu?" seseorang bertanya dengan sinis. Tapi bukan kesinisannya yang membuat Eliya terhenyak. Melainkan pertanyaannya itu.

"Istri kedua?" gumam Eliya pada dirinya sendiri. Ia tidak pernah merasa menjadi Istri kedua dari Adam. Bahkan Adam tak pernah menjelaskan apapun padanya. Tapi kenapa?

Semua orang mulai menatap Eliya dengan pandangan berbeda.