Chereads / CINTA UNTUK MAIRA / Chapter 8 - Mencari Pekerjaan Baru

Chapter 8 - Mencari Pekerjaan Baru

"Ra, aku pamit pulang dulu ya." Ujar Intan seraya memegangi pundak Maira. Keduanya pun saling berpelukan. Tak lama kemudian, Intan pun pergi meninggalkan rumah Maira. Tak lama setelah itu, lalu Maira pun masuk kedalam rumah.

"Intan sudah pulang May?" Tanya Tina yang langsung saja membuat Maira kaget. Sejak kapan ibunya berdiri disana? Dengan tenang, Maira pun menjawab. "Sudah kok bu. Kenapa ibu malah disini? Kenapa ibu tidak istirahat saja?" Maira malah berbalik tanya pada ibunya. Tina pun tersenyum. "Kenapa kamu gugup?" Tanya Tina lagi. Maira hanya terdiam, ia pun mengajak Tina untuk masuk ke kamarnya dan kembali beristirahat.

Keesokan harinya, seperti biasa Maira sudah menyiapkan semua perlengkapan yang akan dibawanya untuk melamar pekerjaan nanti. Seperti beberapa lembar CV, foto kopi KTP, ijazah, serta dokumen pendukung lainnya. Ia juga menyiapkan beberapa amplop coklat dan mengisinya dengan berkas-berkasnya itu. Agar nanti saat mencari lowongan pekerjaan, ia bisa dengan sangat mudah meninggalkan amplop coklat tersebut. Setelah semuanya siap, Maira pun keluar dari kamarnya dan bersiap untuk sarapan.

"Selamat pagi bu." Ujarnya seraya mencium kening ibunya yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan. "Selamat pagi May." Jawab Tina.

Maira lalu duduk di meja makan, mengambil sepotong roti tawar dan juga selai stroberi kesukaannya. Hari ini ia sudah ada janji dengan Intan.

"May, kamu nggak sarapan nasi?" Tanya Tina sambil menatap kearah Maira. Maira yang tengah sibuk mengoleskan selai stroberi diatas roti tawarnya pun terkejut. Ia hanya tersenyum. "Maira hari ini ada meeting penting, Bu. Harus segera sampai kantor," jawabnya sembari mengunyah roti tawarnya itu. Maira terpaksa harus berbohong pada ibunya. Ia hanya tidak ingin ibunya merasa sedih jika harus melihatnya pontang-panting mencari pekerjaan baru kesana kemari. Lima belas menit kemudian, Maira pun berpamitan pada ibunya. Lalu berangkat untuk mencari pekerjaan baru.

"Maira berangkat dulu ya Bu. Assalamualaikum." Ujar Maira sembari mencium tangan ibunya itu. "Iya sayang. Hati-hati ya," jawab Tina.

Kriingg..

Kriingg..

Kriingg..

Ponsel Maira pun berdering. Ada telfon masuk dari Intan.

"Iya, halo Tan. Kamu dimana?" Tanya Maira, mengawali pembicaraannya ditelfon dengan Intan.

"Aku sudah di depan Cafe ujung jalan, Ra. Buruan!" Gerutu Intan. Sepertinya ia sangat kesal sekali dengan Maira.

"Oke, sudah dijalan. Sabar." Jawab Maira. Ia pun menutup telfonnya. Maira lalu melanjutkan perjalanannya. Sesampainya diujung jalan, Maira pun celingukan mencari dimana keberadaan Intan, sahabatnya itu.

"Ra!" Panggil Intan seraya melambaikan tangannya. Maira lalu berjalan mendekati Intan. "Udah siapin semua berkasnya?" Tanya Intan.

"Sudah kok, Tan. Semuanya aman. Udah aku siapin," jawab Maira sambil tersenyum menatap sahabatnya itu. Keduanya lalu berangkat untuk mencari lowongan pekerjaan dibeberapa kantor swasta.

Setibanya di sebuah kantor, Intan dan Maira pun masuk. "Permisi Mbak, apakah masih ada lowongan pekerjaan di kantor ini?" Tanya Maira dengan menyerahkan stopmap coklat yang dibawanya. Tetapi, sayang sekali. Kantor tersebut sudah penuh dan tidak ada lagi lowongan pekerjaan disana. Maira dan Intan lalu pergi meninggalkan kantor itu.

Hari pun sudah semakin siang, keduanya sudah sangat lelah sekali berkeliling dari satu kantor ke kantor yang lainnya. Dan akhirnya, mereka pun memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Dengan melemaskan otot-otot tangan dan juga kaki yang sudah mulai kram, Maira pun bertanya pada Intan. "Hari ini kamu ngambil cuti ya Tan?" Tanyanya menatap Intan yang tengah mengusap tetesan demi tetesan keringat yang bercucuran di keningnya.

"Iya Tan. Aku ijin cuti sama Pak Angga," jawab Intan. Mendengar jawaban Intan, Maira pun kaget bukan main. "Ijin? Dibolehin? Kok bisa?" Tanya Maira kaget. Lalu, Intan pun menjelaskan pada Maira bahwa ia meminta ijin untuk pulang ke Jogja untuk beberapa hari. Yah, Intan adalah gadis kelahiran Jogja. Sejak duduk di bangku SMP, kedua orang tuanya pun mengajaknya pindah ke Jakarta.

"Ya nggak tau, pokoknya langsung ijin sama Pak Angga trus dikasih ijin." Ujar Intan. Tak lama kemudian, keduanya pun kembali melanjutkan perjalanannya.

Setelah sekian lama diperjalanan, keduanya pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Intan memilih untuk langsung pulang saja. Sementara Maira, ia lebih memutuskan untuk mampir ke sebuah restoran untuk membeli makanan untuknya dan juga ibunya.

Bruukk!

Lagi dan lagi, Maira pun kembali menabrak seseorang di depan restoran.

"Maaf, maaf. Saya nggak sengaja." Ujarnya panik. Maira lantas mengambil beberapa stopmapnya yang jatuh berserakan. Setelah ia selesai mengemasi stopmapnya, ia pun mendongakkan kepalanya dan menatap kearah orang yang ditabraknya.

"Pak Angga!"

Yah, ternyata Maira bertabrakan dengan mantan bosnya itu, Pak Angga. Ia sangat kaget sekali.

"Dasar ceroboh!" Ucap Pak Angga dengan tatapan matanya yang tajam. Maira hanya tertunduk lesu dihadapan mantan bosnya itu. Lagi dan lagi. Ia pun meminta maaf pada Pak Angga.

"Saya minta maaf, Pak. Saya tidak sengaja." Ujar Maira seraya merapatkan kedua tangannya tepat didepan dadanya. Maira lantas pamit dan masuk kedalam restoran tersebut.

Setelah membeli beberapa makanan, ia pun memutuskan untuk segera pulang dan menemui ibunya.

Tok..

Tok..

Tok..

"Assalamualaikum" Ucap Maira diiringi dengan suara ketukan pintu. Tak lama kemudian, ibunya pun membukakan pintu.

"May, kamu sudah pulang." Kata Tina. Maira lalu masuk kedalam rumah. Ia pun merebahkan tubuhnya sejenak diatas kursi. Sepertinya dirinya sangat kelelahan sekali setelah mengelilingi kantor-kantor di kota ini.

"Ini makanan untuk ibu. Ibu pasti belum makan bukan?" Ujar Maira seraya menyerahkan paper bag berwarna coklat pada ibunya itu. Tina lalu meraihnya dan meletakkannya diatas meja makan.

"Kamu darimana saja, May? Apa hari ini kamu libur kerja?" Tanya Tina. Hal itu pun membuat Maira sangat kaget. Ia bingung harus berkata apa pada ibunya. Mana mungkin ia bilang pada ibunya bahwa ia sudah dipecat dari kantornya. Pasti ibunya akan sangat sedih dan merasa sangat bersalah.

"Maira habis meeting bu. Hari ini pulang lebih awal karna tidak ada meeting lagi ditempat lain." Jawab Maira.

"May?" Kata Tina, ia merasa ada yang aneh dengan putrinya ini. Tidak seperti biasanya Maira bersikap seperti ini. "Maira? Kamu dengar ibu bukan?" Tanya Tina lagi. Maira yang tengah melamun dan banyak pikiran pun kaget mendengar suara ibunya memanggil.

"Maira ke kamar dulu ya Bu." Ujar Maira seraya berlari masuk kedalam kamarnya. Tina semakin bingung. Sikap Maira benar-benar sangat berbeda hari ini.

Tuut--tuut tuut

Maira pun menelfon Intan kembali. Ia bermaksud untuk memberitahu Intan bahwa tadi dirinya bertemu dengan Pak Angga di restoran. Setelah sekian lama ia menghubungi Intan, ia pun mematikan kembali telfonnya. Intan tidak menjawab telfonnya. Mungkin sedang sibuk. Akhirnya Maira pun memutuskan untuk tidur.