Doni masih melihat ke arah yang di tunjuk Rezka tadi. Meskipun samar, di bisa melihat jika di tempat gelap itu ada orang. Dan sedikit semakin tampak sewaktu badan orang itu maju dan mundur. Seperti ada sesuatu yang mendorongnya.
"Sayang," panggil Doni.
"Apa?"
"Kamu tadi minta kita kesan kan?" tanya Doni sembari menunjuk tempat yang ada orang di sana.
"Iya. Kenapa?" tanya Rezka yang tidak mengerti.
"Lihatlah kesana," perintah Doni.
"Iya, udah. Kenapa?" Rezka kembali bertanya. Dia tidak bisa melihat apapun karena tempat itu memang gelap. Dan orang yang ada disana, tidak akan tampak jika tidak di perhatikan dengan jelas.
"Kamu lihat sesuatu enggak?"
Mendengar perkataan Doni, Rezka kembali melihat ke tempat itu. Dia memperhatikan dengan detail. Tapi tetap saja, dia tidak bisa menemukan apapun di sana.
"Enggak ada. Memangnya disana ada apa?"
"Ada hantunya ya?" tanya Rezka. Dia yang penakut, tentu saja langsung berpikiran horor seperti itu. Karen memang tempat gelap identik dengan hantu menurutnya.
"Bukan hantu, Sayang." Doni mencium gemas pipi Rezka.
"Di sana ada orang," ucap Doni memberitahu. Doni masih memperhatikan tempat itu. Dan dia bisa melihat dengan jelas walaupun gelap, jika badan orang unh disana masih terus bergerak maju mundur.
"Masak iya sih?" tanya Rezka yang penasaran. Dia kembali memperhatikan tempat gelap itu. Tapi di tidak menemukan apapun.
"Iya. Tahu enggak apa yang nampak sama aku?" tanya Doni. Sebenarnya di ingin kesana lalu memergoki mereka. Di ingin tahu, apa disana ada suara nyanyian merdu seperti Rezka biasanya atau suara itu tertahan.
"Enggak tahu. Memangnya nampak apa?" Rezka semakin merapatkan badan mereka. Dia semakin memeluk Doni dengan erat. Tangan kirinya masih terus mengelus sesuatu milik kekasihnya yang mengeras. Dan dia bisa merasakan jika itu semakin mengeras.
"Badannya maju mundur. Dia kayak lagi nunggung gitu." Doni memberitahu yang dia lihat.
"Masak iya sih?" Rezka kembali memperhatikan tempat itu. Tapi dia masih belum menemukan apapun.
"Iya badannya maju mundur. Dia nyanyi kayak kamu enggak ya. Mana tahu nyanyi keras terus merdu banget kayak suara mu. Bikin nagih pingin terus-terusan denger kamu nyanyi tiap malem." Doni berkata menggoda Rezka. Sebenarnya dia sudah tidak tahan untuk melakukan juga seperti yang di lakukan orang itu. Tapi sayangnya, dia belum menemukan tempatnya dimana. Karena dia tidak ingin di ganggu. Makanya tempatnya harus pas. Gelap, sepi, dan ngak ada orang. Supaya mereka bisa sama-sama puas.
"Kamu ini. Kamu mau dengerin suara dia yang lagi nyanyi begituan?" tanya Rezka yang mulai cemburu.
"Bukan gitu, sayang."
"Aku pingin denger suara nyanyi begituan. Tapi itu cuma suaramu aja. Bukan suara orang lain." Doni menjelaskan. Tapi tatapan matanya masih tetap kesana.
"Sayang," panggil Doni sebelum Rezka membuka suaranya menanggapi perkataannya.
"Apa?"
"Kamu tahu enggak sekarang mereka lagi ngapain?" tanya Doni menatap Rezka yang kepalanya berada di bahu kanannya. Kemudian dia memajukan wajahnya dan mencium sekilas bibir Rezka.
"Ya enggak tahu lah. Aku kan enggak nampak mereka dimana."
Rezka menjawab dengan senyuman setelah mendapatkan ciuman bibir dari kekasihnya. Sebenarnya dia tidak peduli apa yang mereka lakukan di sana. Yang terpenting baginya, dia bisa bersama Doni dan menghabiskan waktu berdua. Meskipun tidak melakukan apapun dan hanya menghabiskan waktu dengan bercerita, Rezka sudah sangat senang.
Berbeda dengan Doni yang harus melakukan sesuatu ketika mereka pergi keluar. Dan pria itu hanya mau pergi jika bisa melepaskan libidonya. Terkadang mereka pergi sebentar hanya untuk memuaskan hasrat saja. Setelah itu mereka kembali pulang.
"Habis badan yang perempuan itu maju mundur cepet banget, dia langsung jongkok. Dia jongkok di depan yang laki-laki, sayangku," ucap Doni menjelaskan. Karena memang dia bisa melihat jelas apa yang mereka lakukan.
"Waduh. Masak iya sih?" tanya Rezka yang tidak percaya. Mereka yang sudah lama dan sering melakukannya, belum pernah sekalipun melakukan hal yang seperti itu. Itu adalah hal baru yang Rezka dengar.
"Iya beneran. Tuh kan. Kepala yang perempuan maju mundur cepet sementara badannya masih terus jongkok." Doni menjelaskan dengan detail kepadanya apa yang mereka lakukan.
"Kenapa?" tanya Rezka mencium sesuatu yang bisa dia prediksi apa itu.
"Ngak ada," jawab Doni sembari menggelengkan kepalanya.
"Lain kali masih bisa. Waktu masih banyak," lanjut Doni memberitahu maksud perkataannya tadi.
"Dasar laki-laki."
"Kenapa, Sayang? Kan bener. Kita masih punya banyak waktu sampai kapanpun. Kita akan bikin sesuatu yang baru."
Kemudian mereka berdua melihat kearah yang gelap tadi. Di sana memang sangat sepi dari semua tempat di sekitarnya. Kalaupun mau berbuat sesuatu yang enak, akan sulit orang mengetahui itu. Jika tidak membawa senter.
Tidak lama kemudian, keluar dari sana satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Mereka berjalan bersama sembari merapikan pakaian masing-masing. Yang perempuan mengancingkan kancing kemeja yang di pakainya. Dan menyisir rambut dengan jemari tangan.
Sedangkan yang laki-laki, dia menaikkan kancing celana yang dia gunakan. Mereka masih berdiri di tempat yang terlihat gelap. Tapi Rezka sudah bisa melihatnya meski sedikit samar. Di sana memang laki-laki dan perempuan walau tidak terlihat jelas seperti apa wajahnya. Tapi di bisa mengetahui apa yang mereka lakukan di sana.
Sebelum pergi dari sana, pria itu menarik tangan perempuan yang sudah berjalan lebih dulu darinya. Sehingga membuat perempuan itu berbalik dan langsung berhadapan dengan laki-laki itu.
Rezka dan Doni bisa melihat, jika laki-laki itu menarik perempuannya dan langsung mencium bibirnya. Mereka berpagutan bibir dengan waktu yang lama. Bahkan Rezka bisa melihat jelas jika tangan di laki-laki itu mulai naik dan meraba tubuh bagian depan perempuannya.
Tangan perempuan juga tidak tinggal diam. Tangannya mulai bermain dengan masuk kedalam celana pria itu tanpa melepaskan pagutan bibir mereka. Melihat adegan panas yang tersaji langsung di depan matanya, Doni menjadi tidak tenang. Tentu saja dia sebagai pria yang mudah terpancing libidonya, langsung panas menyaksikan itu.
Karena tidak tahan, Doni membawa tangan Rezka yang memeluknya untuk masuk kedalam celananya. Senjata itu sudah sepenuhnya siap digunakan. Hanya tempatnya saja yang belum mereka temukan.
"Oohhh, sayang. Gimana ini?"
Doni mulai gelisah. Dia sudah tidak tahan untuk memulai sesuatu yang menjadi keinginannya sejak tadi.
"Sayang, aku udah ngences," ucap Doni. Dia memejamkan matanya merasakan kulit halus Rezka yang sedang berada di sana.
"Iya aku tahu." Rezka menanggapi. Dia menuruti Doni yang ingin mendapatkan sentuhan dari tangannya.
"Terus gimana dong?" tanya Rezka. Dia kasih pada kekasihnya. Karena harus melihat sesuatu yang panas disana dan mereka tidak bisa melakukan yang lebih dari ini.
'lagian, ngapain si mereka masih di sana. Pake cium ciuman sambil meraba-raba pula. Kayak tadi belum siap aja. Terus di lanjutkan di luar.'
'kayak kurang aja mainnya tadi di dalam.' batin Rezka merasa kesal. Karena dia tidak pernah seperti mereka.
Dan satu lagi, Rezka seperti tidak memiliki hasrat untuk berlebihan seperti itu. Hasratnya biasa saja. Bahkan terkadang dia berpikir apa dia tidak memiliki nafsu. Karena dia sama sekali tidak menginginkan seperti itu meski melihatnya secara langsung atau melalui video.
Bahkan di saat Doni uring-uringan seperti ini, dia biasa saja. Tidak ingin cepat-cepat melakukan sesuatu seperti yang mereka lakukan. Padahal, Rezka sedang memegang apa yang menjadi kebanggaan pria. Tapi tetap saja, dia tidak berhasrat sama sekali untuk itu.
"Mereka udah pergi. Ayo kita kesana aja. Dari pada bingung ke tempat lain. Kita gantian sama mereka pake tempat itu."
Doni berujar seraya memberitahu. Dia sudah terlihat jika tidak lagi bisa menahan sesuatu yang memberontak di dalam tubuhnya.