"Akh." Desis Karra karena terjatuh dari kasur. Menggerutu kesal kenapa tidurnya seperti kuda liar dan berakhir jatuh dengan tidak elit.
"Sudah bangun?"
Suara yang menginterupsi dalam ruangan itu sukses mengambil atensi Karra. Menatap kaget, gadis itu berdiri dan membungkuk hormat.
Karra memperhatikan sekelilingnya, ruangan yang sangat klasik. "Ini...."
"Kamar saya." Ujar Kaisar sambil menyesap kopi.
Bagaimana bisa dirinya berada disini dan juga dirinya memakai gaun? Dan siapa yang mengganti pakaian lusuhnya dengan gaun seperti ini? Mulut Karra terbuka lebar menduga yang tidak-tidak mulai menyilangkan kedua tangan menatap Kaisar waspada.
"Apa yang kau lakukan!"
Kaisar menaikkan pandangannya sambil menaikan sebelah alisnya, "apa."
"Kau... Tidak mungkin kan kau yang mengganti pakaian saya?"
Kaisar tersenyum miring, "kau berharap seperti itu?"
Karra menatap horor. "Ti..tidak.. Maksudnya bukan seperti itu! Itu..." Karra tersadar dengan perlakuannya kali ini, sedikit memperkecil suaranya agar tidak ada yang mendengar. "Kau tidak melihat apa-apa kan?"
Kaisar menghela nafas pelan. "Berhenti bodoh. Keluarlah."
Karra mengerjap kaku, sedikit tersinggung dengan ucapan Kaisar mengikuti perintah Kaisar untuk keluar dari ruangannya dan menutup pintunya sedikit kasar. Baru tersadar bagaimana bisa dirinya berada di ruangan Kaisar dan juga gaunnya yang tertukar.
Dasar mesum!
Gerutu Karra terhenti ketika seorang pelayan wanita menghampirinya dan membungkuk hormat. "Saya pelayan Mar. Nona diperintahkan Yang Mulia segera ke ruang makan untuk makan siang."
Karra menunjuk dirinya memastikan bahwa Kaisar salah orang, pelayan Mar mengangguk lalu mengajak Karra menuju ruang makan.
Lagi, Karra takjub dengan konsep ruang makan dengan lantai marmer yang diinjaknya. Terlihat Kaisar duduk di kursi utama di ujung sana, sedangkan dirinya berdiri saja dekat dengan pelayan Mar. Meja yang panjang dan berisikan makanan yang banyak membuat Karra meneguk liurnya sendiri saking lezat makanan itu.
Pelayan Mar heran dengan Karra yang tidak berdiri di samping Kaisar, sedikit menyenggol lalu berbisik. "Berdirilah di samping Kaisar."
Karra menunjukan ekspresi kaget ingin memprotes namun pelayan Mar seakan tidak ingin mendengar apapun. Dengan kesal, Karra berjalan menuju Kaisar dan berdiri di sampingnya.
"Silahkan makan Yang Mulia." Kata Karra setelah menuangkan wine.
Terlihat beberapa pelayan menatapnya protes disana, dan juga pelayan Mar yang berdiri di samping pintu menunduk malu. Karra yang tidak membaca situasi dengan baik mengangkat suara. "Kenapa?"
Pelayan pria mendekatinya dan berbisik, "Yang Mulia tidak bisa makan kalau sudah ada yang menyentuh. Seperti Nona yang menuangkan wine ke gelas. Beliau tidak suka itu."
Nafas Karra seakan tercekat mendengar perkataan itu. Sedikit melirik Kaisar yang dengan tenang menatap meja, Karra menggigit bibir dalamnya.
"Keluar."
Karra memejamkan matanya merutuk dalam hati, tidak pernah berhati-hati dalam tindakannya. Menggaruk tengkuknya sambil merutuk dalam hati, Karra mengikuti pelayan untuk keluar dari ruangan.
"Siapa yang menyuruhmu keluar?"
Langkah Karra terhenti lalu berbalik menatap Kaisar. "Ta..tadi Yang Mulia menyuruhku keluar."
"Saya bahkan tidak menyebutkan nama mu untuk keluar."
Dengan lesuh Karra berdiri lagi di samping Kaisar. Melihat Kaisar yang juga meliriknya membuat Karra jadi canggung.
"Makanlah."
Karra tertawa renyah, "ah.. tidak, saya cukup kenyang.."
Kruyukk..
Sial. Karra mengumpat dalam hati lantaran perutnya tidak bisa diajak kerja sama. Kaisar tersenyum miring lalu menyuruhnya untuk makan.
"Saya akan makan nanti." Karra tersenyum mempertahankan niatnya dari awal walaupun sudah hancur sekarang.
Kaisar menarik tubuh gadis itu untuk mendekat dan makan bersamanya sementara gadis itu menatap kaget, terlihat lensa mata hitam milik gadis itu membuatnya terpaku di tempat. Gadis itu berdiri langsung menatap kesal.
"Apa kau sengaja?!"
Kaisar menatap dalam tanpa berkedip, seakan mengerti dengan tatapan itu Karra mendengus kesal sambil duduk di kursi. "Baiklah baiklah.. aku akan makan!"
Kaisar merasa senang melihat Karra kesal, meneguk wine hingga habis lalu meminta lagi pada Karra untuk menuangkan.
Sekali berkuasa, membabukan segalanya.
Karra mendumel dalam hati setelah menuangkan wine pada gelas Sang Kaisar. Mulai menyantap daging di depan, Karra merasa senang dengan tekstur lembut daging itu. Mungkin karena faktor lapar mulutnya penuh dengan makanan, menguyah dengan perlahan hingga habis.
"Saya harus memperbanyak lagi jumlah pelayan kalau kau makan seperti ini." Komentar Kaisar.
Karra mendesis kesal, "silahkan saja. Yang membayar gaji mereka kan anda."
Kaisar memasukan beberapa potongan daging ke dalam mulut, lalu menyodorkan kepada Karra piringnya berisi daging yang sudah dipotong rapi. Karra melirik sejenak lalu menerima.
"Aku badan sekecil ini tapi makan ku sangat banyak, kau harus tau itu.." Ujar Karra santai.
Kaisar mengangguk setelah meneguk wine, "Tidak perlu kau beritahu, saya sudah tau kau makan layaknya seekor kuda."
Karra tersedak menatap kesal ke arah Kaisar. Tidak takut terhadap sosok di sampingnya itu, ekspresinya menunjukan kejujuran disana. "Sekali saja kau jangan memancing kekesalan."
Kaisar melipat tangan menatap datar tanpa ekspresi, "selesaikan makan mu." ujarnya lalu berdiri mulai meninggalkan Karra.
"Tunggu!" Titah Karra membuat langkah Kaisar berhenti. "Daging apa sebenarnya ini? Kenapa sangat lezat?"
"Mungkin saja menu hari ini daging kera."
Perut Karra seketika bergejolak di dalam. Karra menutup mulutnya sambil melotot ke arah Kaisar, dengan cepat Karra menuju westafel kamar mandi menumpahkan segala isi di sana. Sementara Kaisar melipat tangan bersandar pada pintu dengan senyum miring yang sangat samar.
Membersihkan segalanya, Karra menatap penuh kesal pada Kaisar. Demi apapun, semenjak Karra tinggal di istana Karra selalu kesal.
"Sama sekali tidak lucu!" Karra mencebikkan bibirnya.
Kaisar berbalik tanpa berkata apapun, Karra menggertakan giginya gemas ingin menonjok wajah Kaisar itu. Karra melengos pelan, bisa percaya begitu saja dengan ucapan Kaisar, seharusnya Karra sudah mengkonfirmasi menu hari ini.
**
Karra meneguk susu murni tawar itu hingga kandas meninggalkan jejak titik-titik di bibirnya. "Ahh.... Kenapa nikmat sekali... Kerajaan ini memang pusatnya sumber daya." Pujinya.
Kerajaan Extier memang gudangnya sumber daya alam. Semua tumbuhan dan hewan membentang banyak pada luas wilayah. Tidak heran warga kerjaan ini hidup berkecukupan walaupun cuman seorang petani dan peternak.
Membersihkan gelas bekas dan menyimpannya, Karra malah salah fokus dengan keranjang berisi kentang yang tidak diolah itu padahal masih segar. Memiliki ide cemerlang, Karra ingin membuat kentang goreng seperti di kota tempat asalnya.
"Nona mau apakan kentang ini?" Tanya pelayan wanita itu ketika melihat Karra mulai mengupas kentang.
"Akan ku buat kentang goreng. Bisa kah kau membantu?"
Pelayan wanita sedikit membungkuk, "saya pelayan Win dengan senang hati membantu Nona."
Karra tersenyum menanggapinya. "Baiklah, potong kentang ini seperti batang korek api lalu campurkan beberapa bahan ini."
Pelayan Win mulai mengikuti instruksi Karra, mereka berdua membuat dalam jumlah yang banyak. Kata Karra agar bisa membagi para pelayan kerajaan dan prajurit. Dalam hati Pelayan Win, Karra adalah sosok yang baik dan ramah hati sangat cocok bila disandingkan dengan Kaisar. Hanya saja masih abu-abu bagi Pelayan Win melihat Karra dan Kaisar saat ini.
Beberapa pelayan memasuki dapur dan terkejut bahwa Karra sedang menggoreng pada panci yang besar. Beberapa pelayan menegur Karra agar tidak memasuki dapur yang penuh asap ini, menegur untuk hal yang baik pikir Karra dengan senyum tipis Karra menolak dan meneruskan pekerjaannya.
"Aku butuh satu orang untuk membantuku menggoreng ini." Kata Karra sambil mengangkat kecil alat penggorengan.
"Apa Nona merasa capeh? Maafkan saya yang membiarkan Nona kerja sendiri." Kata Pelayan Win tak enak hati.
Karra terkekeh pelan, "ah.. tidak apa-apa. Aku memasak ini untuk kalian semua, jangan merasa bersalah. Lebih baik kalian membantuku bukan?"
Beberapa pelayan mulai membantu pelayan Win mencampurkan bahan-bahan pada tempat besar itu, sebagian mengupas kentang pada keranjang itu hingga habis dan lainnya membantu Karra menggoreng kentang. Mereka sepertinya senang dengan Karra yang tidak seperti gadis kerajaan lain.
"Aku merasa senang bercerita dengan Nona Eugene. Dia terlihat santai dan lucu, aku perlahan menyukai sikap Nona yang menghargai seluruh pelayan dan prajurit kerajaan." Bisik Win kepada tiga orang pelayan yang membantunya.
"Aku akan memperbaiki tatanan rambutku, tolong kau ganti sebentar.." pinta Karra dan langsung berdiri di pintu dapur melepas rambutnya yang sedikit basah akibat keringat.
Karra merasa ketagihan karena sapuan udara pada lehernya yang membuatnya mulai tidak gerah. Karra curiga, ini tidak seperti angin dari alam yang membuatnya nyaman sepeti ini. Perlahan menoleh, Karra mendapati Kaisar yang berada di belakangnya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Karra dengan nada kesal.
"Perbaiki nada bicaramu."
Karra menurunkan nada, "ah...iya baiklah. Maafkan aku."
Kaisar berdeham sebagai jawaban, melihat ke belakang gadis itu lalu menatap lagi gadis di depannya. "Apa yang kau lakukan pada semua pelayan itu."
Karra menoleh ke belakang, "ah.. itu, aku sedang membuat suatu camilan yang sangat enak. Pelayan itu yang datang membantuku. Kau pasti akan menyukai makanan ini." Karra mulai mendramatisir, "setelah camilan ini kau cicipi, pasti kau akan bangga dengan ku sebagai kepala dapur hari ini."
"Berhenti menghayal, kau punya banyak pekerjaan bukan di dapur."
Karra memicingkan matanya, "Kaisar mengkhawatirkan ku apabila alu terluka di dapur? Aish.. kau perhatian sekali.."
Kaisar menatap datar gadis di depannya yang berusaha bercanda dengannya. Perlahan kekehan gadis itu mulai hilang di ganti dengan wajah kebingungan.
"Apa kau merasa tak nyaman dengan ucapanku?"
Pertanyaan itu membuat Kaisar malas menjawab, membalikkan tubuhnya meninggalkan gadis itu yang berteriak.
"Yeah, kau menganggap serius dengan ucapanku? Ah.. sial sekali kau tidak bisa diajak bercanda."
Karra mendesis kesal menatap Kaisar yang sudah hilang dari pandangannya, Karra tidak peduli lagi kembali mengikat rambutnya agar tidak terjuntai yang membuatnya kerepotan nanti. Kembali ke dapur, pelayan sepertinya mendengar obrolan ringan dirinya dengan Kaisar.
"Jangan salah paham, aku dan Kaisar hanya sebatas rekan kerja." Ujar Karra seolah mengetahui isi pikiran para pelayan itu.
"Nona ingin mencicipi kentang ini?" Tawar Pelayan Essy.
Karra jadi tau nama pelayan dilihat dari nama mereka yang di bordir pada pakaian pelayan. Tersenyum memamerkan giginya Karra semangat ingin mencicipi, "ayok! Kita bersama-sama mencicipi."
Karra memasukan kentang goreng kedalam mulutnya dan langsung bersorak girang karena sangat enak. Karra tidak salah resep yang sering dibuat di kota nya. Beberapa pelayan memuji Karra yang pintar meracik bumbu.
"Kenapa ini enak sekali? Apa nama makanan ini Nona?" Tanya Win penasaran.
Karra mengangguk menyetujui, "ternyata aku tidak lupa dengan resep ini! Nama makanan ini sebut saja kentang goreng."
"Ah.. kenapa enak sekali? Mungkin hari ini menjadi makanan favoritku!" Imbuh Essy yang kelewatan senang.
Pelayan yang lain menyetujuinya, lalu mulai menggoreng lagi sisa kentang hingga habis.
"Kentang goreng ini lebih cocok di sandingkan dengan sambal tomat. Katy, apakah kau bisa membuat sambal tomat? Aku tau kau ahli dalam hal per-sambalan." Usul Karra dan langsung di setujui pelayan Katy.
Semuanya berjalan dengan baik. Mulai dari ide Karra membuat kentang goreng, memprosesnya hingga menjadi camilan yang enak hingga terakhir sambal tomat menjadi teman kentang goreng itu semua ide Karra. Para pelayan memuji kepintaran Karra dalam hal memasak, bukan merasa bangga justru Karra merendahkan diri.
"Aku tidak bisa apa-apa tanpa kalian membantuku, jadi jangan memuji ku saja. Banggalah dengan diri kalian sendiri yang membantu membuat makanan yang lezat ini. Kalian juga berkontribusi besar dalam hal ini." Kata Karra membuat semua pelayan mengangguk setuju.
Merenggangkan jarinya, Karra menghela nafas lega lantaran idenya berjalan. Karra tersenyum kepada semua pelayan yang membantunya, "terima kasih atas kerja kalian. Aku akan menuliskan resep, dan kalian boleh mengikutinya."
"Terima kasih Nona Eugene." Ujar mereka kompak dan membungkuk hormat.
Karra ikut membungkuk hormat dan tak lupa senyum yang terpatri di bibirnya. Itu bukanlah senyum tulus, melainkan kepalsuan yang sangat memiriskan bagi Karra yang hidup menggunakan nama orang lain. Hatinya bergejolak merasa bersalah menipu seluruh orang di istana ini.
"Kalian bisa membagikannya kepada semua pelayan dan prajurit. Aku sudah menyisahkan untuk Kaisar. Sampai jumpa dan terima kasih." Kata Karra langsung beranjak membawa kotak berisi kentang goreng buatannya menuju ruangan kerja Kaisar.
Langkah Karra mulai perlahan dan menatap langit jingga yang sangat-sangat indah. Andaikan saja Karra membawa ponselnya mungkin galerinya sudah diisi oleh warna jingga cantik pada langit sore itu.
Sampai kapan aku harus hidup berpura-pura menggunakan nama orang lain?
Pikiran itu sukses membuat Karra gundah gulana sore ini, menghela nafas berat mengeluarkan sedikit bebannya lalu berjalan menuju tujuannya yaitu ruangan Kaisar.
**
Tbc