Itu bukan penolakan tetapi kecanggungan yang tercipta tidak dapat dihindari. Untungnya situasi itu hanya berlangsung sejenak karena setelahnya Esen Bey sudah dapat mengendalikan dirinya yang tiba-tiba saja terbawa suasana.
Benar, terbawa suasana. Begitulah Esen Bey menyebut dirinya yang tiba-tiba saja menyamakan sang utusan istana dengan Pangeran Salim. Toh, bagaimana lagi dia akan menyebutnya ketika dia sendiri saja tidak menyadari bila itu merupakan instingnya?
'Mungkin karena putriku sedang sakit saat ini maka aku jadi berharap bila calon suaminya pun ada di sini untuk menemuinya', kembali Esen Bey menghela dalam hatinya.
Selanjutnya Esen Bey merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri karena sudah berpikiran seperti itu. Kalau dia tidak berpikiran begitu pasti situasinya dengan pria muda itu tidak akan berubah menjadi kikuk seperti yang baru saja terjadi.
'Entah apa yang akan Sencer Bey pikirkan tentangku saat ini', Esen Bey membatin.
