Sontak Arsia melemparkan diri dari posisi duduknya. Dari yang sebelumnya dia duduk di sebelah Salim, kini dia berdiri dengan sepasang manik hitamnya yang melebar dan tertuju lurus kepada sang pangeran. Sorotnya dipenuhi bayang-bayang kecurigaan yang begitu jelas.
"Apa maksudnya itu? Apa kau berniat untuk menyentuhku setelah kita menikah nanti?!" tanya Arsia tak dapat menutupi keterkejutannya. Dan rasa ngerinya, tentu saja.
Secepat gerakan cahaya pikiran Arsia berkelana ke mana-mana. Lantas berhenti dan terpaku pada percakapannya dengan Behram mengenai alasan mengapa dirinya menolak menikah dengan Salim.