Arsianya yang cantik menyetujui klausulnya tanpa drama berkepanjangan.
Senyum tipis Salim menghiasi wajah ningrat rupawannya. Menyembunyikan ratusan kembang api yang kini tengah meletup sahut-sahutan di dalam dirinya karena Arsianya. Rasa bahagianya sungguh tak terjelaskan. Ini baru permulaan. Lalu bagaimana bentuk kebahagiaan yang akan dicecapnya bila Arsia benar-benar akan menjadi miliknya seutuhnya, jiwa dan raga? Salim sungguh tak sabar menanti saat itu. Saat di mana Arsia akan datang atas kemauannya sendiri ke dalam pelukannya dan memberikan cinta yang dibutuhkannya.
'Aku tidak akan melepaskanmu, Arsia. Kau milikku', suara hati Salim terdengar sekeras keyakinannya. Misalnya, sekalipun Arsia miliknya adalah sebuah kebohongan tetapi bukankah kebohongan yang didengungkan terus-menerus akan menjadi kenyataan? Dan Salim akan mewujudkannya.
"Terima kasih karena sudah mau mengertikanku, Arsia," untuk saat ini hanya itu yang dapat Salim ucapkan sebagai bentuk suka citanya.
