Esen Bey melangkah mendekati Koral Bey. Kemudian dia mencondongkan wajahnya begitu dekatnya dengan sang adik.
Kedua mata Esen Bey menatap nyalang kepada Koral Bey. Nafasnya memburu. Hembusannya terasa begitu panas sebab ledakan amarah di dalam dirinya. Dadanya naik turun dengan cepat. Wajahnya tertekuk dalam dengan warna kulitnya yang sudah lebih merah daripada sekedar merah padam.
"Kau adikku! Bagaimana bisa kau melakukan hal mengerikan seperti ini kepadaku?! Dan kepada keponakanmu sendiri?!" teriak Esen Bey penuh rasa tidak terima. Bak sebuah gunung berapi yang baru saja meletus, ledakannya terhambur tepat menuju sang adik.
Koral Bey tidak berpindah dari posisinya barang sedikitpun. Dia hanya menutup kedua kelopak matanya ketika sang kakak berteriak begitu keras di depan wajahnya dengan kemarahan yang sedemikian rupa. Bibirnya pun terkatup rapat-rapat.
