Pernikahan kita.
Kalimat itu terdengar bagaikan alarm bagi Arsia. Berdengung dalam kepalanya sebagai penanda mengenai perubahan yang akan segera terjadi di hidupnya. Dan melihat bagaimana roman muka sang pangeran saat mengatakannya membuat Arsia meremang. Arsia dapat merasakan dengan jelas bila saat ini jantungnya berdetak tak karu-karuan di balik rongga dadanya.
'Kenapa dia berbicara seolah kami akan menikah karena cinta?', batin Arsia antara mengeluh dengan menahan malu.
"Kau berbicara seolah masalah fitnah itu tidak lebih penting dari pernikahan. Bukankah karena fitnah itu kita terjebak dalam situasi seperti ini?" Arsia berpendapat. Ada setitik nada sarkasme dalam suaranya saat mengatakannya.
Dalam hati Salim meringis mendengar bagaimana Arsia mendeskripsikan situasi mereka dengan kata 'terjebak'. Namun dia tetap mengulas senyumnya.