Emosi yang selama sesaat menguasai dirinya membuat Salim ingin berputus asa menjadi seorang pria yang sabar. Membuatnya ingin memiliki Arsia tanpa harus memperdulikan apapun lagi. Dengan begitu dia juga tidak perlu menghabiskan waktunya menunggu Arsia mencintainya terlebih dahulu untuk mendapatkan sesuatu yang sudah menjadi haknya setelah mereka resmi menikah nanti. Dan mungkin beberapa bulan setelahnya dia akan mendapatkan calon pewarisnya dari Arsia, sepaket dengan kebencian gadisnya itu kepada dirinya yang telah memaksakan hubungan tersebut.
Salim menatap gelap kepada Arsia. Namun segera pudar seketika saat didapatinya sesuatu yang berusaha disembunyikan oleh Arsia di dalam kedalaman sepasang manik hitamnya. Ketakutan. Ya, tidak salah. Gadis itu menyimpan ketakutan terhadapnya. Melihatnya membuat hati Salim melunak perlahan oleh rasa tak tega kepada Arsianya.
'Aku menginginkannya sebagai pendampingku. Bukan hanya sebagai istriku semata', hela Salim.