Kedua mata Salim bergerak mencermati Arsia. Dia menilik ke dalam manik gadisnya, mencari tahu apa yang sekiranya sedang dipikirkan oleh calon istrinya itu.
Sungguh menggelikan bagaimana rasa takut Salim terpantik hanya dengan mendengar ucapan Arsia. Pikirannya jadi ke mana-mana. Padahal apa yang mengerikan dari 'bolehkah aku menanyakan sesuatu'? Tidak ada. Seharusnya.
Perlahan Salim mengangguk. "Katakanlah, Arsia," katanya meloloskan permintaan gadisnya.
Arsia tidak langsung bersuara. Sejenak dia tampak menarik diri sehingga membuatnya sedikit bergerak gelisah dalam duduknya. Takut-takut dia menemui pandangan Salim.
"Ehm, itu... Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya, Salim. Aku harap kau tidak salah sangka dan mengira bila aku memanfaatkan posisimu. Tapi kau dari keluarga Baran. Artinya, kau seorang tuan muda..."
Baiklah. Arsia tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena rasa sungkannya yang menguasai dirinya membuat lidahnya serasa terkunci secara otomatis.