Kedua mata chartreuse Salim terpaku lurus ke arah gadis itu. Dia memandang tajam ke arah putri Esen Bey dengan sorot kemarahan di dalam sepasang maniknya. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal dengan erat. Nafasnya pun memburu sebab api yang berkobar di dalam dirinya.
Salim berani bersumpah bahwa dia bukanlah merupakan seorang lelaki bertemperamen buruk. Terlebih terhadap wanita, dia selalu akan lebih berhati-hati dalam menjaga sikapnya dan mengatur gerak-geriknya. Namun pengecualian untuk kali ini, dia ingin sekali segera keluar dari tempat persembunyiannya demi mempertunjukkan kemarahannya kepada putri Esen Bey itu.
