Chereads / mutiara istri yang di jual / Chapter 17 - Terbuang

Chapter 17 - Terbuang

Tanpa terasa sudah satu bulan Dewa tidak menemui Tiara,selama itu juga Tiara memendam kerinduan yang begitu dalam.

ia ingin sekali bertemu dengan Dewa dan memeluk erat tubuh kekar itu,tetapi ia tak bisa melakukan apapun karena Dewa tak kunjung menemuinya. beberapa kali ia menanyakan kepada Leo kapan Dewa akan datang,tetapi selalu jawaban yang sama ia dapatkan.

kini Tiara sedang berada di taman ia menanam beberapa bunga,ia menyuruh Leo untuk membelikan beberapa bibit bunga untuk ia tanam.terus terang ia merasa bosan dan mengalihkan rasa bisanya untuk melakukan pekerjaan ringan seperti ini.

saat sedang asik menanam bunga mawar kesukaannya,Leo datang menemuinya dan berkata kalau Dewa sudah datang dan ingin menemuinya segera.

Tiara yang mendengar Dewa sudah menunggunya,dengan semangat ia melangkahkan kakinya untuk menemui Dewa.

sebelum ia menemui Dewa ia mencuci tanganya dan merapikan penampilanya.ia berjalan dengan penuh semangat ke ruangan dimana Dewa berada. sungguh kali ini jantungnya berdebar kencang,senyum terus tersungging dibibirnya.

setelah sampai di depan pintu ruangan Dewa,sekali lagi ia merapikan penampilannya agar terlihat lebih baik di depan pujaan hatinya itu,sungguh ia tidak bisa menolak tentang hatinya yang telah jatuh diberikan untuk Dewa.

tangan tiara terangkat untuk mengetuk pintu,

setelah mendengar jawaban dari dalam tanpa menunggu lama Tiara membuka pintu dan masuk ke dalam dan menutupnya kembali, dilihatnya laki laki yang sangat ia rindukan itu sedang berdiri menghadap luar jendela sembari kedua tangannya masuk ke saku celananya.

senyum terukir di bibir Tiara,ia langsung berlari memeluk laki laki yang sudah mencuri hatinya,ia memeluk Dewa dengan sangat erat.

Dewa terpaku ketika Tiara memeluknya, sungguh tak di pungkiri selama sebulan ini ia juga merindukan Tiara, selama bersama Calista pikiranya tidak bisa fokus terhadap Calista. sekuat tenaga Dewa membuang rasa aneh yang hinggap di hatinya saat Tiara memeluknya dengan erat.

Ia bisa merasakan bagaimana wanita yang memeluknya ini begitu merindukannya. dengan kasar Dewa melepas pelukan Tiara mengabaikan perasaan aneh yang menghinggapi hatinya.

"jaga batasanmu nona." ucap Dewa dingin dan datar, ia membalikkan badan menatap Tiara yang terkejut dengan perlakuannya.

sekuat tenaga Dewa menahan ingin memeluk Tiara,tetapi Dewa menahannya dia harus ingat tujuan untuk menemui Tiara.

Dewa menatap Tiara yang menunduk sembari memilin jari yang saling saling bertautan.

Dewa mengerutkan kedua alisnya heran pasalnya Tiara tidak akan seperti jika ia membentaknya, justru ia akan melawan Dewa.

tetapi tidak untuk kali ini,

"pergilah,kali ini aku membebaskanmu." ucap Dewa datar. Tiara mendongak menatap Dewa dengan penuh tanya.

"apa maksudmu tuan?" tanya Tiara yang masih belum mengerti arah pembicaraan Dewa.

Dewa menghela nafas secara kasar.

"sesuai perjanjian awal,aku akan melepasmu jika aku benar benar sudah bosan denganmu." sebenarnya Dewa bisa saja melepaskan Tiara begitu saja dengan menyuruh Leo tanpa harus repot repot seperti ini. tetapi entah kenapa ia ingin melihat Tiara untuk yang terakhir kalinya.

keputusan ini sudah ia pikirkan secara matang,ia tidak ingin Calista mengetahui keberadaan Tiara dan akan menganggu hubungannya dengan Calista.

sebenarnya ia ragu untuk melepas Tiara,karena jujur ia lebih nyaman bersama dengan Tiara tetapi ia mencintai Calista dan tak ingin melukai wanita yang dicintainya. ia akan segera menikahi Calista dalam waktu dekat. dan ia memutuskan untuk melepas Tiara tanpa mau peduli dengan perasaan Tiara.

Tiara tak menjawab ucapan Dewa, sungguh perasaanya saat ini hancur dengan keputusan Dewa,ia menatap nanar wajah yang di rindukannya selama sebulan ini.

ia benar benar merasa bodoh karena sudah mengharapkan sesuatu yang mustahil. ia pikir kebersamaanya dengan Dewa selama enam bulan terakhir ini akan mengubah Dewa bisa menumbuhkan cinta untuknya sama seperti halnya dirinya.

"sungguh munafik sekali pikiranmu Tiara." gumam Tiara dalam hati.

Dewa mengerutkan kening karena Tiara tak kunjung mengeluarkan suara.ia hanya melihat Tiara yang masih bergelut dengan pikiranya sendiri.

"apa kau mendengarkan Tiara?" ucap dewa menyadarkan Tiara dari lamunannya.

"baiklah tuan saya menerima keputusanmu tuan." ucap Tiara, sungguh Tiara sebenarnya merasa keberatan dengan keputusan Dewa.

banyak hal yang ingin ia tanyakan kepada Dewa,tetapi ia takut mendengar kebenaran yang akan membuatnya semakin tersakiti.

maka dari itu ia memilih untuk diam dan menerima keputusan Dewa.

Dewa kecewa melihat respon Tiara yang biasa saja dan tidak menolak dengan keinginan Dewa.

"hei apa yang aku pikirkan,bukankah ini akan lebih mudah jika dia hanya diam dan menurut?" gumam Dewa dalam hati.

"baiklah tidak ada lagi yang ingin aku bicarakan,cepat pergilah aku sudah menyuruh Leo mempersiapkan semuanya." ucap Dewa mengalihkan pandangannya dari Tiara.

"sebelum saya pergi,bolehkah saya meminta sesuatu?" tanya Tiara dengan sangat lirih yang masih bisa di dengar oleh Dewa.

Dewa sontak menatap Tiara yang masih menunduk, "sepertinya Tiara sedang menahan tangis." batin Dewa

"apa itu?" tanya Dewa menatap lekat kearah Tiara yang masih saja menunduk.

"bolehkan aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya tuan?" tanyanya sambil menatap lekat ke wajah laki laki yang sudah mematahkan hatinya sebelum ia mengungkapkan isi hatinya terhadap pria yang ada di depannya ini.

"baiklah..." ucap Dewa menatap kedua bola mata Tiara, dia bisa melihat kekecewaan yang begitu dalam.

mendengar jawaban dari Dewa, ia langsung berhambur memeluk Dewa dengan erat,di benamkannya wajahnya di dada bidang milik Dewa sungguh tak dapat di pungkiri Tiara sangat merindukan Dewa,dia menghirup dalam dalam aroma Dewa,dia pasti akan merindukan laki laki ini. ia tahu ia bodoh karena telah menautkan hatinya kepada laki laki yang jelas jelas dari awal sudah mengatakan hanya memakainya untuk menghangatkan ranjangnya.

Dewa membalas pelukan Tiara,dia merasakan tubuh Tiara bergetar. ia tahu kalau di Tiara sedang mati-matian menahan tangisnya.

Dewa merasa bersalah karena telah membuat Tiara terluka,tapi apa boleh buat dari awal ia sudah mengatakan kalau Dewa hanya memerlukan Tiara untuk menghangatkannya di ranjang.

Dewa tidak tahu kenapa perasaanya begitu sakit melihat Tiara yang terluka oleh ulahnya.tanpa sadar ia mengecup lembut kepala Tiara.

Tiara yang merasakan usapan itu langsung melepas pelukanya, ia tak ingin terbuai dengan sikap lembut Dewa.

"baiklah tuan, terima kasih karena sudah mengijinkan saya untuk memeluk anda." ucap Tiara menatap mata Dewa. seperkian detik mereka saling menatap, tanpa sadar tangan Dewa telurur ingin menyentuh wajah Tiara,tetapi secepat mungkin Tiara memalingkan wajahnya,dan mundur beberapa langkah.

"kalau sudah tidak ada yang dibicarakan lagi saya permisi."

Dewa menarik tanganya kembali sembari mengangguk menyetujui ucapan Tiara.

"ah...satu lagi,jika kita tak sengaja bertemu di jalan aku harap kamu untuk tidak menyapa,anggap saja kita tidak pernah saling mengenal." ucapan Dewa menghentikan langkah Tiara,sungguh hatinya benar-benar sakit mendengar ucapan Dewa.

"anda tenang saja tuan,saya akan menuruti kemauan anda." ucap Tiara tanpa menoleh kearah Dewa dan melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan tempat ini.

Tiara melihat Leo sudah menunggunya di luar,

"tuan menyuruh saya untuk mengantarkan anda nyonya."

Tiara hanya mengangguk dan mengikuti Leo dari belakang. ia berusaha untuk tidak menangis dan menahan air mata yang sudah menggenang.

Tiara memasuki mobil yang sudah Leo persiapkan untuk mengantarnya. entah kemana Leo akan mengantarnya,Tiara tak memikirkan itu,yang ada dalam pikiranya sekarang bisa cepat menjauh dari tempat yang penuh kenangan ini.

tangis Tiara pecah saat mobil sudah meninggalkan Fila milik Dewa. Tiara menangis tersedu sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sakit berharap rasa sakit itu akan hilang, ia benar-benar merasa terbuang dan sakit hati atas perlakuan Dewa.

Leo yang melihat Tiara menangis tersedu hanya bisa menatap iba,dan berharap semoga Tiara mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.