Chereads / Kutukan Pembawa Jodoh / Chapter 2 - Ruang

Chapter 2 - Ruang

Di tengah teriknya matahari, berteduh dibawah pohon nan rindang adalah pilihan yang tepat. Berjajar kang cilok, kang es krim, kang dawet ayu, dll di pinggir taman. Lala membeli cilok dan es dawet. Sedangkan Feti membeli es krim. Mereka berdua tampak menikmati makanan yang mereka beli. Sambil bercerita-cerita, tertawa, mengghibah, seperti kerjaan anak muda pada umumnya. Teduh, silir dibawah pohon membuat tak ingin beranjak dari tempat itu.

"La, apaan tuh dikepala mu?" tanya Feti.

"Oh ini jepit rambut Fet", jawab Lala sambil memegang jepit rambutnya.

"Baru ya", ucap Feti.

"Hehe dikasih sama Reza, Fet. Bagus kan?" jawab Lala.

"Ha? Dikasih Reza? Serius?" kata Feti terkejut.

"Biasa aja kali Fet kagetnya, gak usah sampe es krim mu kemana-mana tuh", ucap Lala sambil nunjuk ke es krim yang jatuh sedikit di kursi.

"Habis aku kaget. Kok bisa dikasih Reza. Jangan-jangan Reza naksir juga sama kamu La", kata Feti.

"Ah masa sih Fet, tapi kalau beneran aku juga mau sih hahaha", ujar Lala sambil tertawa. Tak selang lama dari itu, waktu menunjukkan pukul 15.00. Mereka berdua pun bergegas pulang ke rumah masing-masing. Lala tidak langsung pulang, melainkan mampir ke toko buku terlebih dahulu. Lala ingin membelikan buku untuk Reza. Karena Reza suka membaca buku novel. Melukis Senja. Judul buku yang dipilih Lala untuk diberikan ke Reza.

"Ah kira-kira Reza suka gak ya buku ini", gumam Lala. Setelah memilih-memilih lagi, tetap saja pilihan Lala adalah buku melukis senja. Setelah selesai membeli buku, Lala pulang ke rumahnya. Setelah sampai dirumah, buku tersebut dibungkus dengan kertas kado berwarna biru. Rencananya, akan diberikan esok hari ketika disekolah. Bagai puisi nan indah, perasaan Lala saat ini. Dan sepertinya Reza juga punya perasaan yang sama ke Lala. Hari pun telah berganti pagi. Saatnya bergegas ke sekolah. Dengan riang gembira dan semangat membara, Lala berangkat ke sekolah. Ditengah jalan, Lala melihat kucing hitam sedang melirik padanya. Tidak ada rasa takut atau berfikiran yang lain-lain dibenak Lala. Lala tetap melajukan motornya menuju sekolah. Sesampainya disekolah, sudah disambut Feti dan Gisel. Seperti biasa, Lala memang suka datang terakhir, tapi bukan suka telat. Setelah proses belajar di ikuti dengan tertib, saatnya pulang sekolah. Rasa berdebar didalam hati Lala bergejolak. Lala harus menemui Reza dikelasnya, karena mereka beda kelas. Lala sudah bilang kepada kedua sahabatnya, kalau ingin menemui Reza. Kedua sahabatnya pun mendukung yang akan dilakukan Lala. Setelah sampai di depan kelas Reza, Lala terhenti. Reza sedang diajak ngobrol dengan wanita lain, namanya Sela. Sela memang menyukai Reza. Sela juga tak begitu suka dengan Lala. Seperti ingin membakar hati Lala, Sela sengaja semakin mendekati tubuh Reza. Karena Sela sudah melihat Lala terlebih dahulu, dan Reza belum lihat. Sela memegang tangan reza dan mengajak Reza pulang bareng. Tetapi reza menolaknya. Reza langsung berdiri dan otomatis melihat Lala. Reza dengan sigap langsung mendekati Lala dan mengajaknya pergi dari kelas itu.

"Za, kamu gak mau pulang bareng Sela?" tanya Lala.

"Enggak La. Emang kenapa? Kamu cemburu ya?" tanya Reza to the point.

"Apaan sih Za", jawab Lala tersipu.

"Oh iya, kenapa La kesini? Tumben", kata Reza.

"Ini buat kamu Za, suka gak?" ucap Lala sambil menyodorkan buku novel ke Reza.

"Ih suka banget La, makasih La. Repot-repot deh kamu", kata Reza.

"Syukur deh kalau kamu suka Za, gak repot sama sekali. Kemarin aku sekalian lewat aja", ucap Lala.

"Yaudah yuk pulang", ajak Reza. Reza dan Lala pun segera pulang. Ternyata Feti dan Gisel juga belum pulang. Mereka masih menunggu didepan pintu gerbang.

"Kok belum pulang Feti, Gisel", tanya Lala.

"Belum nih. Tuan putri ku belum pulang juga soalnya", ucap Gisel melontarkan candaan.

"Yaudah yuk pulang semua nyaaaa grakkk", kata Lala membalas candaan Gisel. Keceriaan hari ini serasi dengan kecerahan langit. Langit seakan juga ikut bersinar cerah saat itu. Tak ada warna lain dilangit, selain warna putih dan biru. Begitu bahagianya mereka. Ditengah jalan, ban Lala tiba-tiba bocor. Lala sejenak menepi, ingin meminta pertolongan. Karena dilihatnya, disekitar tidak ada bengkel. Lala mencoba menelepon Reza, tapi dimatikan lagi oleh Lala. Lala berfikir nanti malah merepotkan Reza dan membuat Reza capek. Akhirnya Lala memutuskan untuk menuntun motornya sembari melihat kanan dan kiri jika ada bengkel. 15 menit berlalu pun, Lala belum nememukan bengkel. Seakan-akan itu hari sial bagi Lala. Lalu, Lala berfikir dalam benaknya, apa semua ini gara-gara kucing hitam yang meliriknya tadi pagi. Daripada bengong terus, Lala melanjutkan menuntun motornya. Akhirnya Lala menemukan bengkel juga setelah berjalan lagi selama 5 menit.

"Pak, permisi. Mau tambal ban", kata Lala.

"Ya nak, tunggu sebentar. Masih antri 1 lagi", jawab bapak bengkel. Lala pun menunggu sampai ban motornya kembali seperti semula dan bisa dia pakai lagi. Lala mengabari Mamanya, agar Mamanya tidak terlalu khawatir. Sambil menunggu, tiba-tiba bola mata Lala tertuju pada seorang Kakek dan kucingnya. Kucing itu digendong Kakek tua seperti anaknya. Kakek itu berjalan, sambil memungut sampah botol bekas. Sepertinya kakek tersebut pemulung. Tetapi kenapa harus bawa kucing? Itu pertanyaan yang ada dipikiran Lala. Ketika Lala sedang fokus melihat Kakek itu, bapak bengkel memanggilnya.

"Nak nak motornya sudah siap", kata bapak bengkel.

"Oh iya pak", jawab Lala sembari kaget. Setelah membayar, Lala langsung pulang. Sesampai dirumah sudah disambut sang Mama. Lala segera masuk rumah, bersih-bersih dan lanjut makan. Makanan sudah siap saji di meja makan. Tak lama dari itu, Papa Lala pun pulang. Lala tambah senang, karena ada oleh-oleh dari sang Papa.

"La, ini kado buat kamu. Maaf ya nak, kemarin Papa belum pulang", kata Pak Denis (Papa Lala).

"Wah, apa ini Pa? Makasih ya Pa", jawab Lala. Lala pun segera membuka kado dari Papanya. Dan betapa senangnya hati Lala. Lala mendapat hadiah buku diary baru. Karena Pak Denis tahu, kalau anaknya satu itu suka menulis diary. Buku diary warna jingga, siap menemani hari-hari Lala. Malam pun telah datang. Setelah menonton tv bersama Mama dan Papanya, Lala ijin kekamar duluan buat belajar. Lala belajar sambil melirik buku diary jingga pemberian Papanya. Dia mengambil buku itu dan menulis peristiwa yang dialaminya hari itu. Susah, senang ditulisnya dalam buku diary jingga itu. Hingga perasaannya ke Reza pun, ia tuliskan di buku diary warna jingga baru itu. Setelah selesai, Lala tutup buku diary nya dan melanjutkan belajar.