Bab 2
Hari pertama Aira dan Demas masuk kerja. Demas dengan kemeja putihnya sudah rapih dan langsung menjemput Aira di rumahnya. Tidak lupa dia meminta doa restu kepada sang ibu sebelum pergi berangkat ke tempat kerja.
"Bu, doain mas ya!" ucap Demas sambil mencium tangan ibunya.
"Doa ibu selalu menyertai kamu, Mas." Demas pun pamit dan langsung menjemput Aira.
Jarak rumah Demas dan Aira tidak terlalu jauh, cukup 15 menit saja sudah sampai. Gadi canti dan manis itu sudah menunggu kekasihnya di depan pintu pagar rumahnya. Keduanya melemparkan senyuman dan Aira langsung naik ke atas motor kekasihnya.
Selama perjalanan, keduanya terus membicarakan impian-impian mereka ke depannya. Seperti, setelah uang mereka cukup, mereka akan mengambil perumahan yang ada di kota kelahiran mereka itu. Impian mereka memang sebelum menikah sudah mempunyai sebuah rumah wlaupun ukurannya kecil.
Tidak terasa Aira dan Demas sampai di perusaan. Tidak banyak yang di terima kerja di sana. Dari hampir 500 pelamar dan yang diterima hanya 15 orang saja. Itu menjadi kebanggaan tersendiri untuk semua pegawai yang diterima masuk kerja. Dari Universitas Negeri Yogyakarta sendiri hanya ada dua orang yang diterima, yaitu Demas dan Aira.
Semua pegawai yang baru diterima, dituntun berjalan menuju ruang meeting sambil diterangkan setiap divisi dari perusahaan.
Setelah berkeliling kantor, 15 orang yang diterima masuk di ruang meeting untuk dijelaskan tugas dan bagian kerjaan masing-masing. Kebetulan Aira dan Demas berada di divisi yang sama yaitu marketing produk kecantikan sesuai dengan jurusan yang mereka ambil yaitu managemen marketing. Masing-masing dari mereka sudah berdiri di samping pegawai senior sesuai divisi masing-masing. Dan para senior memberikan arahan dan juga memberitahukan peraturan-peraturan yang ada di setiap divisi.
"Peraturan penting di kantor ini, dilarang untuk menjalin hubungan dalam satu divisi. Kenapa? Karena itu bakal mempengaruhi kinerja kalian saat dimana kalian punya masalah pribadi. Dan itu yang membuat kenapa peraturan ini ada. Kalau ketahuan pastinya bakal ada sanksi dan pastinya sanksi yang terparah adalah salah satu dari kalian harus ada yang mengundurkan diri."
Deg … mendengar itu jelas Membuat Aira dan Demas langsung saling menatap dengan wajah yang panik. Itu artinya mereka harus menyembunyikan hubungan mereka entah sampai kapan. Aira seketika menunduk, dia tidak mungkin mengalah, apalagi Demas. Mana mungkin bisa mengalah sedangkan dia harapan satu-satunya keluarganya.
"Kak, bagaimana kalau berhubungan dengan divisi lain?" Tanya salah satu dari pegawai baru sambil tertawa bercanda. Tapi pertanyaan itu mewakili rasa penasaran Demas juga Aira.
"Silakan saja, asal jangan pernah membawa masalah pribadi yang bisa membuat perseturuan antara divisi," jawab senior itu sambil tertawa.
Senior itu pun memperkenalkan satu-satu pegawai yang ada di divisi marketing sambil menjelaskan tugas mereka masing-masing. Setelah hampir satu jam berkeliling divisi dan juga perkenal, akhirnya mereka di antar di meja kerja masing-masing. Aira dan Demas kebetulan menempati meja yang berhadap-hadapan. Keduanya sesekali saling melirik dengan tatapan yang cemas. Aira langsung mengambil ponselnya dan mengirimi Demas pesan singkat.
Aira : "Sayang, bagaimana ini? Aku tidak mau kehilangan pekerjaan aku."
Demas :"Tenang, Sayang! Aku pun sama tidak mau kehilangan pekerjaan aku. Kamu tahu sendiri 'kan aku tulang punggung keluarga. Nanti kita bicarakan hal ini setelah pulang. Nanti maaf ya, sepertinya kita tidak bisa pulang bareng. Pulang kerja kita janjian di café biasa ya, yank." Aira mengangkat wajahnya melirik ke arah Demas sambil mengangguk.
Di hari pertama bekerja, Aira dan Demas langsung disuguhi dengan banyak kerjaan. Tidak perlu lagi belajar, karena semenjak kuliah mengerjakan laporan penjualan sudah makanan mereka sehari-hari. Pantas saja perusahaan ini mencari pegawai yang benar-benar kompeten dan juga penghasilan di perusahaan ini sangat terjamin, kerjaan yang diberikan juga tidak main-main. Di jam-jam kerja seperti ini, semua tampak serius dengan kerjaan masing-masing. Tidak ada yang berbicara, semua tampak sibuk membuat suasana sangat hening. Memang ada kalanya suasana santai dan ada kalanya suasana hening seperti sekarang.
Pada saat makan siang, Aira memilih bergabung bersama pegawai wanita untuk menuju ke kantin perusahaan. Pada saat seperti inilah semua divisi bertemu dan saling tegur sapa tanpa adanya persaingan. Kantin yang luas dan sangat ramai membuat Aira dan Demas sangat terpana. Terlebih makanan yang di sajikan adalah makanan yang benar-benar sangat mewah. Selain makanan enak dan mewah, perusahaan juga menyediakan tempat istirahat rileks dengan dilengkapi ruang pijit yang terdapat beberapa kursi pijit, ruang santai yang disediakan banyak cemilan dan sofa yang sangat empuk. Ada juga ruang melepas penat, biasanya ruangan ini digunakan oleh para lelaki, karena ruang ini terdapat beberapa playstasion untuk main game, sesuai dengan nama ruangannya untuk melepaskan penat setelah lelah bekerja.
Pantas saja sangat susah masuk ke sini, dan orang-orang yang terpilih masuk ke perusahaan ini tidak ada yang mengundurkan diri. Semua kenyamanan pegawai sangat terjamin. Walaupun kerjaannya banyak dan sangat berat, tapi perusahan menyediakan tempat yang nyaman untuk pegawai dan juga bayaran yang sangat besar untuk kinerja para pegawai. Setelah seharian kerja, Aira dan Demas pergi ke café tempat mereka biasa kunjungi. Demas sudah lebih dulu datang dan dia memesan kopi sambil menunggu Aira yang masih dalam perjalanan.
"Sayang, lama ya? Maaf! Tadi jalanan macet banget," Ucap Aira yang baru saja tiba dan langsung duduk di depan Demas.
"Enggak kok, Yank. Aku juga baru saja memesan kopi. Maaf ya, Sayang kamu jadi naik bis." Demas merasa sangat bersalah membiarkan kekasihnya pergi sendiri.
"Enggak masalah, Sayang. Dan mungkin aku harus mulai terbiasa seperti ini. Yank, bagimana ini? Aku takut kalau hubungan kita ketahuan."
"Emmm … kamu jangan takut, Sayang! Asal kita pandai menyebunyikannya semua akan baik-baik saja. Untuk sekarang kita sembunyiin dulu aja hubungan kita. Kamu tidak masalah 'kan, yank?"
"Enggak masalah, Sayang. Demi kebaikan kita berdua." Demas tersenyum, menarik tangan Aira dan menciumnya.
"Aku janji, Yank, secepatnya bakal minta pengajuan pindah divisi biar kita tidak harus terus-menerus menyembunyikan hubungan kita. Aku juga enggak mau harus pura-pura tidak mempunyai hubungan sama kamu. Kita sudah pacaran selama empat tahun dan sekarang harus menjadi orang asing yang tidak saling mengenal, aku tidak bisa!"
"Iya Sayang, aku percaya kok. Kita sama-sama berusaha saja sekarang, demi impian kita."
"Ya Sayang, demi impian kita!" keduanya saling menatap dan melempar senyuman.
~Bersambung~
'Cinta yang sebenarnya adalah selalu saling mendukung, setia dan selalu ada untuk pasangan kalian. Dengan begitu sebesar apapun badai yang akan datang hubungan kalian akan tetap bertahan.'
¬Demas