Odila meruntuk dalam hati. Cuaca sangat tidak baik dan dia terpaksa pergi ke Berlin hanya demi menemui Adeline. Kenapa sepupunya itu tidak mengatakan saja apa yang dia inginkan. Dia justru memaksa Odila datang ke Berlin.
"Huft! Entah apa yang Adeline pikirkan tentang diriku. Mungkin dia pikir aku tidak punya pekerjaan dan bisa datang kapan pun dia inginkan. Tampaknya Adeline lupa bahwa aku adalah seorang CEO. Walah perusahaanku tidak sebesar perusahaan yang lain, tetap saja aku harus bekerja." Odila bergumam sendiri ketika dia duduk di sebuah café sambil menunggu kedatangan Adeline.
Kopi panas di hadapannya menjadi tidak menarik. Odila ingin segera tahu apa yang Adeline inginkan. Sepupunya yang jauh lebih muda itu rasanya terlalu banyak permintaan.
"Nona, Odila."