Chereads / The Bawdy Vampire / Chapter 2 - Velarina Ramsey

Chapter 2 - Velarina Ramsey

"Shh," desis seorang perempuan ketika merasakan tidurnya terganggu. Perempuan itu tampak mencari posisi nyaman dalam ketidaksadarannya.

"Hah...hah...hah," kaget perempuan itu terbangun dari tidur yang membuat dirinya gelisah sembari memegang lehernya, ia bisa merasakan bulu kuduk yang meremang.

"Cuma mimpi," gumamnya, dia Velarina Ramsey. Lala menjadi panggilan kesayangan orang-orang terdekatnya. Lala pun mencoba untuk tidur kembali, namun ia sudah mencoba memejamkan matanya. Akan tetapi tetap tidak bisa juga karena mimpi tadi terus terngiang-ngiang dalam benaknya.

"Mukanya kayak ga asing," lirih Lala pada dirinya sendiri.

"Shh," ringis Lala memegang kepalanya yang terasa sakit ketika mencoba mengingat wajah pria yang ada di mimpinya.

Karena ia yang tidak bisa melanjutkan tidurnya kembali, pada akhirnya ia memutuskan untuk berjalan-jalan. Sepertinya ia butuh udara segar untuk menghilangkan mimpi yang mengganggu pikirannya itu.

Ia duduk di taman belakang rumah besarnya dan merenung, memang ia bisa merasakan udara yang begitu menyejukkan namun ia masih teringat kembali akan mimpinya. Mimpi di mana ada seorang pria yang berbuat mesum padanya, bisa-bisanya ia bermimpi seperti itu. Apakah itu yang namanya 'wet dream' seperti yang Abang Alenya pernah bilang kepada sang papah?

Sebelum ia terbangun dari mimpinya itu, ia sempat merasakan pria itu yang seperti ingin menggigit lehernya dan hingga kini ia masih bisa merasakan taring yang begitu dingin menyentuh lehernya.

"Lala?" sapa seorang pria yang bertubuh tinggi dengan wajahnya yang begitu tampan kepadanya.

"Abang!" seru Lala menghamburkan diri ke dalam dekapan sang abang. Valerio Ramsey merupakan abang satu-satunya Lala yang begitu menyayangi dirinya, ia tak pernah marah padanya walaupun orang-orang merasa Ale itu sosok yang pendiam, namun baginya ia merupakan sosok yang friendly.

"Masih pagi loh La, kenapa keluar?" tanya Ale, awalnya pria itu sempat ragu untuk menghampirinya namun karena merasa khwatir ia pun melangkahkan kakinya mendekati sang adik.

Lala menautkan kedua jari telunjuknya, "Abang kayaknya Lala juga ngalamin 'wet dream' deh."

"Hah?!" kaget Ale.

"Lala maksudnya gimana? Kamu ngompol kali ya?"

"Ih bukan abang, Lala udah besar masa masih ngompol?! Itu loh bang Lala tadi mimpi ada laki-laki yang berbuat kayak gitu ke Lala terus Lala ngerasain kayak ada taring mau gigit leher Lala," ungkap Lala membuat Ale agak ekspresif sebagai responnya.

"Berbuat gitu maksudnya apa hem?" tanya Ale bingung dengan perkataan sang adik yang terdengar ambigu.

"Pokoknya cium-cium Lala terus juga nempelin Lala terus, Lala mau pergi ke luar dia ikut, Lala tidur dia ikut. Anehkan?"

"Hem." Ale nampak berfikir sembari mencoba merangkai kata-kata.

"Lala 'wet dream' itu buat orang yang beranjak dewasa aja, yang tadi Lala bilang itu cuma mimpi karena Lala engga ngompol jugakan?"

"Engga, emang kalo 'wet dream' itu ngompol ya bang? Tapi Lala juga ngerain basah kok tapi di leher sama bibir Lala."

"Lala juga kan udah mau besar abang, buktinya tinggi Lala naik satu senti."

"Ah," canggung Ale, ia tampak salah tingkah menjelaskan hal tersebut.

"Yah pokoknya Lala tadi cuma mimpi aja ya, Lala emang sebelum tidur udah berdoa sama Tuhan?"

Lala pun menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia belum berdoa.

"Lain kali jangan lupa berdoa biar engga mimpi aneh kayak gitu ya."

"Huum."

"Tidur lagi sana, ayo sini abang gendong."

"Abang bobo sini aja sama Lala," ujarnya menahan baju Ale.

Tak tega dengan adiknya yang menatap penuh harap, Ale pun membaringkan diri di samping Lala.

"Bentar lagi, Lala sekolah abang. Kata papah nanti Lala sekolah di Academy Berlin, itu bukannya sekolah abang juga ya?"

"Iya," jawab Ale mengelus punggung sang adik agar cepat terlelap, namun mata sang adik masih terbuka sepenuhnya membuat Ale tak menyerah untuk membuat Lala tertidur.

"Berarti Lala juga bakal ninggalin mamah papah kayak abang?" tanya Lala dengan nada yang tak rela, matanya tampak berkaca-kaca.

"Iya Lala, tapi nanti kita bisa ketemu lagi kan?"

"Hem," gumam Lala menyandarkan kepalanya di dada Ale.

"Lala," teriak sosok orang di depan pintu membangungkan kedua anak berbeda jenis kelamin di dalam kamar itu.

"Egh," lenguh Lala merasa terusik.

Pintu terbuka menampakkan anak laki-laki seusia Lala yang berlari menuju ranjang.

"Loh ada abang juga?"

"Hem, kamu berisik aja Velo," keluh Ale. Velorano Ramsey, merupakan kembaran Lala yang lahir lima menit setelah Lala.

"Kenapa kalian jahat bobo bareng tanpa aku, kenapa aku engga di ajak?!" sewotnya membuat mata Lala terbuka sepenuhnya akibat intonasi Velo yang cukup tinggi.

Ale menatap tajam ke arah Velo mendengar intonasi yang tinggi tersebut, namun itu tidak membuat Velo takut kembaran Lala itu bibirnya terus bergerak.

"Velo berisik, Lala jadi bangun," keluh Lala menuju ke arah kamar mandi tanpa menghiraukan kembarannya yang sedang mengomel biarkan saja sang abang yang meladeni itu.

"Abang ayo."

"Mau kemana?"

"Loh makan Velo, kan biasanya juga jam segini kita sarapan gimana sih," ketus Lala membuat Velo cemberut mendengarnya.

"Baru aja tiduran," keluh Velo, tak ayal ia pun mengikuti Lala.

Ale yang melihat itu terkekeh dan menggandeng tangan adik-adiknya menuju ruang makan. Di sepanjang jalan Lala bercerita bahwa tadi ia tidak bermimpi aneh lagi membuat Velo bertanya-tanya karena rasa penasaran.

"Emang kamu tadi mimpi apa?"

"Mimpi ba-eh apa ya bang berarti? Pokoknya Lala mimpi aneh Velo."

"Lala engga baca doa dulu ya?" tanya Velo tepat sasaran membuat perempun tersebut menggembungkan pipinya.

"Lala kan lupa ish."

"Sok kalian masuk duluan ya, abang mau cuci muka dulu."

"Apa perlu aku tulisin di dinding?"

"Tulisin apa?"

"Jangan lupa berdoa, pftt hahaha. Ide aku kayaknya bisa di coba ya La haha, emang dasar kamu udah tua jadi sering lupa."

"Enak aja, Lala masih muda masih cantik kayak gini."

"Lala jelek kalo udah tua berarti ya?" tanya Velo menahan tawanya membuat Lala mendelik kesal, tak menghiraukan kembarannya Lala membuka pintu besar.

"Papah!" seru Lala ketika memasuki ruang makan. Lala dan papahnya sangat dekat, karena sang papah yang tidak pernah mengomeli dirinya seperti sang mamah. Papah yang selalu memanjakan Lala menjadikan anak itu lebih terbuka kepada sang papah. Masing-masing orangtua memang memiliki caranya sendiri untuk lebih dekat dengan anak-anaknya. Dan masing-masing anak juga nyaman dengan cara yang membuat mereka merasa di manja dan di kasihi.

"Halo, tidur nyenyak?"

"Engga papah, Lala mimpi aneh. Padahal beberapa minggu ini udah ga mimpi aneh tapi sekarang muncul lagi," keluhnya.

"Mimpi yang sama?" tanya Damien, sang papah.

Lala mengangguk.

'Apakah ini memang kebetulan?' tanya Damien dalam hati.

To be continued