Sebuah berita yang sangat mengemparkan di seluruh negeri, berita panas dan sangat mudah terbakar hanya dengan tambahan bumbu-bumbu penyedap.
Berita yang hanya di ketahui oeh pejahat, pejabat pemerintah serta beberapa detektif membuat mereka semua waspada di karenaka anak satu-satunya dari Mafia terkejam di kota Arvie telah dikabarkan menghilang sejak beberapa hari lalu, kabarnya anak itu diculik oleh musuhnya yang bernama Mafia Azar.
Namun tidak ada yang tau kebenaran dari berita tersebut yang kebanyakan hanyalah praduga semeta untuk membuat kekacauan di tengah perang dingin yang dilakukan kedua kelompok mafia tersebut.
"Dimana rekaman itu," tanya Ken Keith yang merupakan boss dari kelompok mafia terkejam, Varsha.
"Ini tuan'" ujar sekertaris Ken memberikan ipad yang menujukan video saat anaknya dipaksa masuk ke dalam mobil putih di depan Day Care atau tempat penitipan yang bisa anaknya selalu ditititipkan di sana.
"Tynan, hanya ini? Sepertinya matamu sudah buta," ucap Ken menoleh dan menatap tajam ke arah sekatarisnya itu, namuan terlihat Tynan bersikap biasa saja.
"Tuan, tolong lihat video selajutnya," ucap Tynan menggeser video ke kiri, video kedua memperlihatkan anaknya sedang digendong oleh seorang wanita muda berusia 20 tahunan ke arah barat.
"Ehem... kenapa tidak bilanng dari tadi," ujar Ken berusaha menyembunyikan rasa malunya, segera ia berdiri memakai jas berwarnaa hitam bergegas menju lokasi video ke dua itu berada.
"Tonny, bereskan dia," perintah Ken kepada tangan kanannya bernama Tonty.
Tidak lama setelah Ken melangkah keluar dari Wereshouse terdengar suara tembakan sebanyak 2 kali dan teriakan yang sangat merdu.
Ken berjalan menuju mobil mewah berwarna hitam dengan sekertaris, Tynan mengikutinya di belakang.
"Selamat jalan Tuan," sapa seluruh anak buah Ken yang telah berbaris di depan mobil yang akan digunakan Tuan mereka.
"Renon, ikut aku," perintah Ken masuk ke dalam mobil, setelah mengangkat tangan kananya yang merupkan tanda ia menerima salam atau hormat dari anak buahnya itu.
Klik...
Renon membukakan pintu untuk Ken sementara Tynan masuk dari pintu yang berseberangan setelah Renon masuk yang bertugas menjadi supir, mobil itu perlahan masuk ke jalan sepi menuju jalan raya yang berjarak 20 menit perjalanan.
Setelah memasuki jalan raya akhirnya mobil memasuk pusat kota, tidak ada yang mencolok dari mobil tersebut terlihat sama dengan mobil yang sedang berlalu lalang, tidak lama mobil berhenti tempat di depan market tempat cctv yang diberilkan Tyanan tadi.
"Tuan kita sudah sampai," kata Renon melihat tuanya dari cermin d dalam mobil yang mengarah ke belakang, ia memakirkan mobil di pinggir jalan di sela-sela mobil yang sudah di parkir duluan.
"Tau, tidak tidak perluh bilang," ujar Ken menurunkan kaca jendela sebatas matanya, manik-manik berwarna biru mengamati lingkungan sekeliling.
Jari-jari panjang dan kurus meraih handle pintu, bersiap membukannya namun Tynan menahannya dengan manarik kerah kemeja Ken, "Tuan tidak bisa keluar dengan penampilan seperti ini," ujarnya menghela nafas sambil menunjukan darah di kemeja putih yang ia gunakan saat ini.
"Menyusahkan," jawab Ken membuka jas serta kemeja dan mengantinya dengan kaos yang diberikan Tynan.
"Puas," ucap Ken saat selesai memakai kaos yang sebenarnya itu kaos tranning yang biasa di pakai orang yang tidak mempunyai pekerjaan alias pengagguran.
Tawa kecil terdengar dari Tynan saat melihat tuannya memakai kaos tersebut, Ken yang mendengar tawa langsung menoleh ke belakang tapi Tynan langsung pura-pura tidak tertawa.
"Awas saja dirimu," ancam Ken masuk ke keluar dari mobil, melangkahkan kaki jenjangnya di atas trotoar yang panas dan keras.
Agar tidak menarik perhatian orang banyak yang bisa jadi ada polisi ataupun lanak ;buah musuhnya, Ken sedirian menyusuri jalan tersebut dengan Renon dan Tynan mengawasinya dari jauh.
Ia memasuki market yang di maksud dan berpura-pura membeli sesuatu namun perhatiannya teralihkan saat melihat wanita muda mengandeng seorang anak laki-laki yang sangat mirip dengan anaknya.
Memastikan jika itu memang anaknya Ken bergegas berlari mengikuti mereka berdua tanpa membayar barang yang ia ambil dari market, sebuah pemadangan yang jarang sekali Ken lihat yaitu wajah bahagia serta senyuman lebar dari buah hatinya hal ini terjadi karena Ken memang tidak mempunyai waktu untuk anaknya sejak kematian dari istrinya 5 tahun lalu karena menderita sebuah penyakit.
"Kein capek?" tanya Cherilyn menghentikan langkah kakinya memandangi wajah Kein yang telihat sedikit merah namun anak itu mengelengkan kepalanya.
"Kein tidak capek," ujarnya mengenggam tangan Cherilyn dengan erat, mereka akhirya tiba di tempat tujuhan mereka yaitu toko pakaian.
Tidak tau Kein akan berapa lama tinggal dengannya hingga Kein menemukan orang taunya. Di dalam toko Kein di minta memilih baju yang ia sukai dengan senang hati Kein berlarian kesana kemari seperti seekor anjing yang bermain lepar tangkap dengan tuannya.
Tidak lama bagi mereka pergi dari toko tersebut dan menuju lokasi selanjutnya, Ken dengan mata tajamnya mengikuti mereka berdua namun Cherilyn datang menghampirinya di saat Ken menelpon Tynan.
"Apa maumu?" tanya Cherilyn terus terang berdiri tepat di depan Ken, akhirnya Ken melihat jelas wajah dari wanita yang sedang membawa anaknya itu.
Ia memiliki rambut panjang bergelombang berwarna hiam lengam, matanya coklat terang, hidungnya sedikit mancung serta tingginya sebatas dada Ken, wajahnya tidak begitu cantik namun ia terlihat memiliki aura yang berbeda dengan wanita yang selama ini ia temui.
"Orang gila," umpat Cherilyn melihat Ken yang tidak merespon pertanyaan darinya dan hanya menatap tanpa berkedip.
"Fix orang psikopat," bantin Cherilyn melangkah mundur perlahan namun Kein bersikap tidak seperti biasanya, dia menyembunyikan wajahnya di antara kaki Cherilyn yang membuatnya salah paham, mengira jika Ken merupakan orang yang menculik Kein tempo lalu.
Grab...
Dalam waktu singkat Cherilyn menggendong Kein dan berlari menjauhi Ken masih berdiri tidak bergerak dari tempatnya semula, barulah saat Cherilyn hampir menghilang di sudut jalan Ken bergerak mengejarnya.
Adegan kejar-kejaran akhirnya terjadi sepanjang jalanan yang pernuh dengan hiruk pikuk suasana perkotaan, Ken yang memiliki kakinya yang panjang dengan cepat menyusul Cherilyn.
"Kenapa cepat sekali," panik Cherilyn saat mengetahui Ken yang tinggal 50 meter dari dirinya.
"Apa yang harus aku laku...kan." Baru saja Cherilyn memalikan pandangan dari Ken sudah ada di depannya serta menyudutkannya di tembok toko buku, kedua lengannnya melebar menghalangi pergerakan Cherilyn.
Sisi lain Kein membenamkan wajahnya pada punggung Cherilyn seolah tidak mau melihat Ken , orang yang mengejarnya.
"Berikan anak. Itu," ujar Ken terengah-engah setelah berlari cepat, manik berwarna biru manatap wajah Cherilyn yang sama sekali tidak merasa takut kepada Ken melainkan menujukan ekspresi bingung bercampur waspada.
"Tidak... Aku tau siapa dirimu," jawabnya menendang dua buah telur Ken yang tergantung, melihat kesempatan untuk melarikan diri tidak ia sia-siakan.
Cherilyn berlari sekuat tenaga ke arah apartemennya yang untungnya hanya tinggal 500 m, Ken hanya bisa menatap punggung Kein dan rambut Cherilyn yang menari-nari saat meraka berlari sementara dirinya harus merintih kesakitan dengan perbuatan Cherilyn tadi.
"Tuan... tuan tidak apa?" terik Renon memegang pundak Ken membantunya untuk berdiri, sementara Tynan menyipitkan matanya melihat ke arah Cherilyn pergi.
"Tuan saya ada rencana," ujar Tynan tiba-tiba sambil membenarkan kacamatanya yang turun.
~Tbc