Saat Lysa masuk ke dalam ruang persidangan, ruangan itu masih tampak sepi. Mungkin,emang takkan ada yang datang ke sini.
Seperti yang ia ketahui, Affa pun tak memiliki siapapun di sampingnya. Termasuk juga dengan Lysa. Jadi, takkan mungkin ada satu orang pun yang akan datang ke sini untuk melihat persidangan yang melibatkan mereka berdua.
Tapi, setidaknya Lysa masih lebih baik. Yasa duduk tepat di samping Lysa. Yasa mengambil cutinya hari ini hanya untuk menemani Lysa.
Lysa menatap ke arah sampingnya. Wajah samping milik Yasa benar-benar terlihat sangat dekat.
Beberapa jarak barisan dari mereka berdua, ada tuan besar Gumara yang benar-benar datang dan menyempatkan waktu untuk hadir.
Sementara Affa, dia sendirian.
"Ada apa?" tanya Yasa kepada Lysa. Lysa sudah berusaha untuk menahan tangisnya.
"Hei, dia tak pantas untuk kau tangisi!"
"Tapi, ia benar-benar berarti banyak bagiku. Dia lah yang membuat aku bertahan hinggap saat ini. Aku benar-benar—"