"Tunggu, di pintu?" kata Allesio sambil melirik ke pintu ruangan. Lalu, pintu itu terbuka dan memperlihatkan Kei dan Rin yang saling bergandengan tangan. Wajah Rin dipenuhi air mata, apalagi saat matanya bertemu tatap dengan mata Allesio.
Rin melepaskan tangan Kei yang ia jabat sejak tadi. Lalu, ia berjalan mendekat Allesio dan menangis keras. Kei tak bisa mengatakan apapun lagi.
Rin tadi sudah berusaha untuk tak menangis, tapi rasa nyaman dilindung oleh Kei membuat ia tak bisa menahannya. Sekarang, ia juga makin merasa nyaman karena kehadiran kakaknya di sini.
Rin tentu saja tak bisa menceritakan semuanya. Ia hanya bisa menangis dan menghilangkan semua rasa khawatir di dalam dirinya. Rin sebenarnya ingin memeluk Allesio, tapi ia tak melakukannya.
Tangan kakaknya yang patah itu membuat ia ragu untuk melakukannya.
Tatapan tanya sekaligus marah dari Allesio itu membuat Kei menceritakan semua cerita versinya, semua cerita yang ia tahu.