"Leo?" panggil Raffly pelan.
Leo tak menyahutnya. Malah memilih menenggelamkan wajahnya di antara ke dua lututnya yang ditekuk. Terdengar sedannya yang masih tersisa.
Tangan Raffly terulur, merangkul bahu keponakannya itu. Matanya menerawang, kembali mengingat masa-masa dimana keluarganya masih utuh.
Ada Farkhan dan kakak iparnya yang lembut, serta perhatian, dan Leo kecil yang menggemaskan.
Hari-hari itu di kediaman Bagaskara begitu berwarna. Adanya balita yang ceria, dengan keluarga yang utuh menghangatkan rumah itu.
Namun, semua itu sirna saat kepergian kakaknya yang mendadak.
"Leo, kita masuk, yukkk? sudah sore. Langit juga mending." Raffly mengajak Leo ke dalam rumah.
Tapi, keponakannya itu masih bergeming.
Raffly merasakan iba, dan penyesalan menggelayut di hatinya. Kemana saja dia selama ini? sampai mengabaikan Leo, dan menjadikan anak itu sosok yang tidak seharusnya?
"Apa Om juga tidak menyayangi Leo?" tanya Leo pelan.
Raffly mendesah.