Setelah menyampaikan keadaan Pak Hasan pada Bu Nana, akhirnya keluarga itu memutuskan, apa yang menurut mereka terbaik untuk suami, sekaligus ayah.
Bahwa alat-alat, yang menunjang kehidupan Pak Hasan akan dilepas. Bukan kejam, tapi, dokter sudah angkat tangan dengan kondisi Pak Hasan. Yang dari hasil pemeriksaan, organ-organ inti tubuhnya sudah tidak bekerja, selain karena alat bantu.
Dan disinilah, saat ini mereka berada. Di sebuah pemakaman umum kecil, menghadap ke arah gundukan tanah merah. Tempat dimana sosok panutan menghilang dari pandangan. Dan tak akan kembali, berkumpul di tengah keluarga mereka.
Bu Nana terduduk lemah di kursi roda. Terlihat, raut wajahnya begitu terpukul karena kehilangan separuh jiwanya. Matanya sembab, dengan mata kosong. Seolah, gairah hidupnya telah redup.