April, 20xx
Malam itu hujan mengguyur kota dengan sangat deras. Membuat banyak orang merasa enggan meninggalkan rumah mereka. Namun, akan lain ceritanya bagi kaum kalangan atas. Mereka tidak akan melewatkan satu pesta pun. Seperti putri seorang pejabat penting ini, rela mempersiapkan diri dari jauh- jauh hari.
Supaya ia tidak melewatkan acara ulang tahun kerabatnya. Malam itu ia tampil sangat gemilang mengalahkan kecantikan tuan rumah. Membuat wanita mana pun merasa iri ketika melihatnya. Sebagai seorang putri dari salah satu tokoh penting di negara itu, tidak ada dari kalangan atas yang berani menyinggungnya.
Akan tetapi, malam itu sekelompok pria yang bersembunyi dalam kegelapan, menamakan diri mereka Appollyon. Appollyon sendiri memiliki makna kehancuran dan penderitaan. Dengan berani menculik beberapa wanita yang berasal dari kalangan atas. Termasuk putri dari kanselir negara tersebut. Mereka menyusup ke dalam pesta untuk memulai aksi pemerasan.
Tidak ada satupun korban yang bisa lolos hidup -hidup dari tangan mereka. Gangster pindahan dari Eropa Timur tersebut, kini menetap di perbatasan negara Swiss. Melihat negara itu aman dan berkembang pesat. Membuat sekelompok orang menjadi iri dan ingin memonopoli pemerintahan.
Bruk! Prang!
"Ah! Gaunku!" desah gadis cantik bergaun merah.
"Maaf aku tidak sengaja! Katakan saja harganya! Maka, aku dapat mengganti gaunmu dengan yang baru!" ucap seorang gadis dengan tatapan meremehkan. Tidak ada niat sedikitpun untuk menunjukkan ketulusannya dalam meminta maaf.
"Tidak perlu! Sebaiknya kau simpan uangmu baik- baik, sebelum kau dan keluargamu jatuh miskin!" seru gadis bergaun merah dengan geram. Karena merasa telah diremehkan oleh gadis di hadapannya.
"Kurang ajar! Ternyata mulutmu pintar mengeluarkan sampah! Jangan- jangan wajah cantikmu berasal dari tumpukan sampah hasil operasi!" teriak gadis yang mengenakan gaun hitam dengan belahan dada sedikit lebih rendah.
"Cih! Tidak usah berbelit- belit! Bilang saja kau iri aku berhasil menarik perhatian semua orang di pesta ini! Dasar jalang munafik!" balas gadis bergaun merah dengan sengit.
"Hentikan Sofia! Semua orang sedang menatap ke tempat ini! Lebih baik kau membersihkan dirimu!" tegur gadis lain yang masih memiliki kekerabatan dengan gadis bergaun merah.
"Aku tidak peduli, Amber!" timpal Sofia sambil melototi sepupunya.
"Tapi aku peduli! Karena pesta ini diadakan oleh keluargaku untukku!" desis Amber merasa kesal karena tidak dihargai oleh sepupunya.
"Oh! Maaf kalau aku telah menghancurkan pestamu! Permisi!" balas Sofia dengan marah.
Gaun pesta yang dikenakan oleh gadis itu memiliki noda besar akibat terkena tumpahan jus. Sehingga ia bergegas meninggalkan ballroom menuju kamar mandi. Sepanjang jalan ia terus merutuki sang pelaku yang telah mempermalukannya. Ditambah perkataan dari sepupunya membuat dirinya merasa sangat kesal.
Namun, ketika ia berada di sebuah lorong penghubung antara ballroom dengan kamar mandi, seseorang membungkam mulutnya dari arah belakang. Sehingga membuat ia memekik karena merasa terkejut. Gadis itu berusaha keras untuk memberontak. Akan tetapi, tenaganya masih tidak sebanding dengan orang tersebut.
"Hmmph... hmmpppphhhh!"
"Cepat bawa gadis itu ke mobil! Kumpulkan dia bersama gadis lainnya!" titah seorang pria berbadan gempal dengan luka di pipi kiri sepanjang 10 centimeter.
"Baik Bos!" jawab pemuda kurus yang tengah membungkam mulut seorang gadis cantik.
Kemudian Sofia diseret dengan paksa oleh pria itu. Keduanya berjalan melalui lorong panjang yang mengarah pada pintu belakang hotel tersebut. Air mata mengenang di kedua pelupuk matanya. Seumur hidup gadis itu belum pernah merasakan kekerasan seperti ini.
Selama menyusuri lorong ia mengedarkan pandangan mata ke sekeliling. Berharap dirinya dapat berpapasan dengan orang lain. Namun, gadis itu harus menelan kekecewaannya. Sebab semua penjagaan area pintu belakang telah berhasil dilumpuhkan oleh kelompok gangster tersebut.
Diam- diam ia berupaya memilin keduanya tangannya, supaya terlepas dari genggaman pria tersebut. Akan tetapi, Sofia harus kembali kecewa karena tidak bisa melarikan diri. Tubuh Sofia didorong hingga memasuki sebuah mobil van. Ternyata di dalamnya terdapat beberapa gadis yang berhasil mereka tangkap.
Setelah itu mobil yang ditumpangi oleh Sofia dan para gadis, melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan hotel mewah tersebut. Isak tangis ketakutan lolos dari bibir mereka satu- persatu. Dibawah todongan pistol tidak ada satupun yang berani melawan. Ditambah mereka semua dilahirkan dengan sendok emas di mulutnya. Terbiasa hidup bagaikan seorang putri di tengah keluarganya.
"Diam atau kubunuh kalian semua!" tegur seorang pemuda dengan tegas sambil menodong sebuah senjata api ke arah mereka. Pasalnya telinga pemuda itu berdengung terus- menerus mendengar tangisan para gadis.
Mereka langsung terdiam mendengar ancaman yang dilontarkan salah satu anggota Appollyon. Wajah pucat seputih kapas mewarnai paras rupawan para gadis. Disudut kanan Sofia memilih menelengkupkan kepala di atas kedua tangan yang sedang memeluk tubuhnya sendiri. Ia terlihat mengigit bibirnya sambil memutar otak. Supaya menemukan cara melepaskan diri dari jerat kelompok gangster ini.
Dua jam lebih kendaraan melaju di jalan raya bebas hambatan. Sampai akhirnya mobil memasuki hutan lebat penuh dengan pohon pinus. Penduduk desa di sekitar utara Bern, lebih mengenal tempat itu dengan sebutan hutan Bremgarten. Kendaraan milik gangster tersebut menghabiskan waktu selama satu jam di dalam hutan.
Hingga akhirnya kendaraan van tersebut berhenti di depan sebuah rumah kayu di tengah hutan. Rumah sederhana itu terletak tidak jauh dari kaki gunung Eiger. Udara dingin menyelimuti daerah sekitar dari tahun ke tahun. Sekelompok pria berbadan besar segera mendatangi pintu belakang mobil.
Salah satu dari mereka meraih kenop pintu untuk membuka pintu selebar mungkin. Kemudian menyeret dengan paksa, kelima belas gadis cantik tersebut supaya keluar dari dalam kendaraan. Suara rengekan terdengar di tengah malam yang dingin. Namun, tidak sedikitpun mampu meluluhkan hati sekumpulan pria itu.
Mereka semua dibawa memasuki sebuah bangunan tua yang ada dihadapan mereka. Seluruh gadis dipaksa untuk berbaris dengan rapi di ruang tamu. Terdapat seorang pria berumur diatas 40 tahunan tengah duduk di atas sofa sambil menghisap cerutunya. Disisinya berdiri seorang pemuda tampan yang memasang ekspresi datar pada wajahnya.
"Hanya ini?" tanya pria tersebut kepada salah satu bawahannya sambil menghisap cerutu yang berada di sela- sela jari tangan.
"Ya, Bos!" jawab pria bertubuh gempal terlihat menundukkan kepalanya. Karena hasil buruan malam hari ini sangat sedikit. Mengingat target mereka adalah seluruh para gadis yang berasal dari kalangan atas.
"Bodoh! Berapa banyak kerugian yang akan kudapatkan karena kebodohanmu?!" raung Troy pimpinan dari Appollyon.
"Maaf, Bos! Hanya mereka yang tidak memiliki pengawalan ketat malam ini! lain kali saya berjanji akan menebusnya!" sahut pria bertubuh gempal tersebut.
"Jangan pernah berani berjanji kepadaku, jika kau tidak sanggup menepatinya!" balas Troy dengan sinis.
"Baik Bos, tetapi malam ini kami mendapatkan ikan besar! Seorang putri dari kanselir negeri ini!" ujar pria bertubuh gempal penuh rasa bangga.
"Putri dari kanselir? Segera tunjukkan padaku!" perintah Troy penasaran.
"Baik Bos!" jawab pria itu sambil menganggukkan kepala.
Kemudian pria itu melangkahkan kedua kakinya menghampiri Sofia yang tampak pucat pasi. Sebuah tangan menjulur ke depan meraih salah satu lengan gadis itu. Lalu menariknya dengan kasar ke hadapan Troy. Disisi lain, Sofia mencoba mengelak dan terus memberontak dari cengkeraman pria bertubuh gempal tersebut.
"Lepaskan aku!" seru Sofia dengan marah.