Risma Budiman memegangi dadanya, matanya gelap, hampir pingsan.
Perawat di samping tempat tidur dengan cepat menopangnya dengan penglihatan dan tangan.
Sepanjang hidupnya, Risma Budiman tidak pernah tersipu malu dengan siapa pun, temperamennya lembut dan jarang marah.
Pikiran Ira Kuswono kacau, dan dia dengan cepat membantunya, "Bu, ibu, apakah kamu baik-baik saja?"
Risma Budiman memegang meja dengan tangan gemetar, terengah-engah dan mengangkat kepalanya, "Bagaimana dengan tangan Deska?"
Meskipun dia tidak banyak bertanya. Dia tidak tahu banyak tentang barang anak muda, tetapi dia juga tahu bahwa Deska Wibowo memainkan biola dengan baik, dan guru di Jakarta mengunjungi pondok itu.
"Bu, duduk dulu." Ira Kuswono tidak menyangka Risma Budiman begitu khawatir dengan cedera tangan Deska Wibowo. Dia membantunya duduk di tempat tidur. "Tangannya bukan masalah besar. Dia masih bersekolah sekarang. Jangan khawatir. "
Risma Budiman terengah-engah.