Chereads / Dokter Baik ku Selamatkan hidupku / Chapter 3 - Pasien pertamakua

Chapter 3 - Pasien pertamakua

Dokter Bailly, sempat menolong seorang ibu, yang sedang kesusahan. Karena putrinya yang tiba-tiba kejang, dan kejangnya sangat parah, dan harus cepat di tangani. Beruntunglah beliau bertemu Dokter Bailly. Akan tetapi, tidak. Hanya di situ mereka bertemu kembali di Rumah Sakit.

"Bu, bagaimana keadaan SaiLy saat ini?" tanya Darvi kepada Saira. "Pak, SaiLy sampai saat ini belum ada perubahan juga." ungkap Saira kepada Darvi ayah dari SaiLy. Darvi bekerja sebagai buruh Cat mobil di sebuah bengkel. Dari jam 7 pagi sampai jam 5. Terkadang dia lembur sampai malam.

"Ibu bagaimana sih? bisa gak sih, cari Dokter yang handal. Cari dokter yang becus dong Bu!" cetus Darvi seraya memakai pakaian kerjanya.

"Pak... Ibu juga sudah berusaha, cari Dokter terbaik. Tapi' sudahlah pak mungkin, SaiLy belum waktunya sembuh. Sekarang kita hanya perlu sabar menunggu hasilnya. Besok Ibu mau coba lagi kontrol anak kita, kepada Dokter Berry!" ucap Saira mencoba memahami isi hati suaminya itu.

"Lah. Sudahlah! saya mau kerja. Capek mikirin pengobatan SaiLy melulu, kesehatan SaiLy bukan urusan Saya!" cetusnya seraya melangkahkan kakinya untuk bergegas menuju tempat kerjanya. Akan tetapi, "Biarin saja lah pak! lagian kan, Ibu krmanapun juga sendiri. Ibu gak pernah minta bapak nganterin Ibu untuk ngobati SaiLy." ujarnya. Seketika Darvi pun kembali marah kepada Saira dengan hati penuh, amarah. "Apa? coba ucapkan sekali lagi! Bu ingat bu, kepala rumah tangga di sini tuh siapa... Saya Bu. Jadi, ibu gak usah banyak ngomong deh. Ngerti!" cetusnya seraya mendorong Saira.

Saira pun terbentur keningnya ke sebuah kursi. Dan seketika kening Saira pun sedikit terluka. Sungguh sadis sekali sih prilaku Darvi kepada istrinya. Setelah dia menganiaya istrinya. Dia pun berlalu pergi. SaiLy pun berlari menuju ibunya yang sedang terluka. "Bu... bu." teriak SaiLy seraya memeluk ibunya.

"SaiLy, maafkan ibu ya! Ibu... tidak apa-apa ko." ucap Saira seraya memeluk erat putrinya itu. "Bu..." panggil SaiLy kepada ibunya.

Sungguh kasihan sekali, nasib SaiLy. Selain dia mengalami sakit Epilepsi dia pun belum bisa bicara jelas. Seperti anak lainnya. "Nak, besok kita ke Dokter lagi ya! sekarang kita ke dapur dulu ya nak. Kita masak buat bapak!" ajak Saira kepada SaiLy putrinya.

Sementara Dokter BaiLy masih dalam perjalanan. Cukup jauh juga perjalanan yang telah di tempuh oleh Dokter BaiLy. "Dokter Clesia, saya jadi merasa dosa ya. Dengan beliau, semoga saja, beliau bisa meridhoi kepergian saya! Lho, ko saya jadi mikirin Clesia ya? BaiLy sadar! kamu harus fokus." celoteh hati Dokter BaiLy seraya menyebutkan kembali lagi mobilnya.

Hari pun berganti pagi, kini Saira bersiap-siap menuju Rumah Sakit Harapan sejati. Untuk mengontrol kembali SaiLy. Apakah pengobatannya akan berjalan lancar? "Ananda SaiLy!" panggil seorang Suster kepada Saira. Saira pun bergegas masuk. Menuju Ruangan Dokter untuk memeriksakan keadaan SaiLy. "Pagi Dok!" ucap Saira kepada Dokter Berry. Yang sudah hampir 2 Tahun mengobati SaiLy. "Namun" sayang belum ada perubahan apa pun.

"Bagaimana keadaan anak ibu, sekarang? apakah kejangnya sudah berangsur hilang," tanya Dokter Berry kepada Saira. "Bu, jika begini terus menerus sih... dengan sangat terpaksa, anak ibu... harus di bawa ke Rumah Sakit yang lebih canggih pengobatannya. Dan Rumah Sakit itu... berada di Rumah Sakit Harapanku, yaitu di sebuah kota Dawiri." ujar Dokter Berry kepada Saira.

"Apa, Dok? apa... tidak ada cara lain lagi. Untuk pengobatan anak saya." tanya Saira kepada Dokter Berry. "Namun" Dokter Berry pun, tetap tidak sanggup untuk mengobati SaiLy. "Maaf Bu, tapi... saya tidak punya cara lagi. Dan jujur! saya sudah tidak sanggup lagi menangani anak ibu." ungkap Dokter Berry. "Begini ya bu, saya akan kasih ibu rujukan untuk pergi kesana, siapa tau! SailLy menemukan obat yang cocok di sana." pesan Dokter Berry.

"Ya sudah Dok! Terima kasih, dan selamat pagi." ucap Saira seraya keluar dari ruangan Dokter tersebut. "Ananda SaiLy!" tegur seorang Suster. "Ya Sus!" jawab Saira kepada Suster tersebut. "Ibu, ini... untuk rujukan ya. Dan rujukan nya di cetak, di bagian administrasi. Dan ini resepnya, jadi mulai minggu depan ibu, tidak usah berobat lagi kesini! mulai nanti, Ibu tinggal lanjutin saja berobatnya ke Rumah Sakit Harapanku." titah seorang Suster. "Ya, makasih ya Sus!" ucap Saira. "Sama-sama!" balas Suster.

Sementara Dokter BaiLy pun sampai di sebuah Rumah Sakit. Yang berada di

kota Dawiri. "Hmm, sampai juga nih di kota Dawiri. Cukup segar juga nih

cuacanya." ungkapnya seraya membuka sejenak jaket nya. Yang semalam

melekat di badannya. Dua hari Dokter BaiLy meraih perjalanan sejauh ini.

"Namun" terlihatlah seorang Ibu membawa seorang anak kecil. Dan anak itu sedang mengalami kejang. "SaiLy sadar nak! SaiLy... " teriak seorang Ibu yang tak lain adalah Saira. Dokter BaiLy pun, tak bisa membiarkan Saira kebingungan sendiri. Beliau pun bergegas menghampirinya. "Permisi bu! apa yang terjadi dengan anak Ibu?" tanya Dokter BaiLy penasaran.

"Tuan, anak Ibu... mengalami kejang!" ungkap Saira kepada Dokter BaiLy.

Dokter BaiLy pun seketika kaget. Mendengar perkataan Ibu itu. "Maaf bu! boleh saya periksa anaknya?" tanya dokter BaiLy kepada Saira. "Silahkan, Tuan!" balas Saira kepada Dokter BaiLy. Beliau pun memeriksa SaiLy sejenak. "Maaf Bu, ya anak Ibu sakitnya sudah lama ya! begini bu. Kebetulan saya punya obat penawar kejang, semoga dengan obat ini... anak Ibu sedikit terbantu kejangnya bisa sedikit reda." kata Dokter BaiLy, seraya memberikan obat tersebut. "Terima kasih Tuan!" ucap Saira kepadanya. "Ya! Sama-sama bu, jika begitu... saya permisi ya bu! Soalnya, saya sedang terburu-buru. Assalamu'alaikum." ucap Dokter BaiLy, seraya bergegas kembali.

"Tunggu Tuan!" Saira menahan Dokter BaiLy yang bergegas pergi. Menuju Rumah Sakit. Akan tetapi... Dokter BaiLy terlanjur pergi. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Dan kenapa Saira menahan Dokter BaiLy?

Sementara Dokter BaiLy, sudah menyalakan mobilnya kembali. Dan beliau pun melajukan Mobilnya dengan sangat cepat. Seraya menyetir Dokter BaiLy pun sempat kaget. Karena... Ada sesuatu yang hilang di sakunya tersebut. Lalu... apa yang hilang. "Astagfirullah... Dompet saya! saya harus putar arah lagi nih!" ujar Dokter BaiLy seraya memutar kembali arahnya.

Sementara Saira tidak berani membuka dompet tersebut. "Saya harus simpan dulu, nih Dompet! siapa tau besok beliau kembali lagi." ujarnya seraya bergegas pulang menuju Rumah nya. Siapa tau besok dia akan bertemu dengan orang itu lagi.

"Siapa tau, dompet saya masih ada di sini!" harap Dokter BaiLy. Akan tetapi... Dompet milik Dokter BaiLy pun, sudah tidak ada di tempat. Siapakah yang sudah menemukan Dompet Dokter BaiLy itu?

"Saya harus secepatnya memberikan ini kepada orang itu!" orang itu seraya berjalan kembali. Apakah Dokter BaiLy akan mendapatkannya kembali?