Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Vahana

PeterRH
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.6k
Views
Synopsis
Dedy Endang, adalah seorang lulusan magister dari universitas utama Inggris, yang menarik perhatian perusahaan manufaktur senjata ternama dunia karena thesis dan kasusnya ketika sarjana. Namun, sebuah aksi terorisme yang dilakukan oleh pihak geng motor berkekuatan super memaksanya membuat keputusan sulit yang melibatkan masa lalunya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Wisuda, Masa Lalu, dan Masa Depan

Hari itu adalah hari dimana tangis dan tawa menyatu. Hari dimana masa lalu dan masa depan saling menyapa. Sebuah hari yang menentukan nasib setiap orang yang terlibat di dalamnya. Dan hari itu diberi nama hari wisuda.

Hari itu layaknya ritual yang dilakukan setiap universitas setiap tahunnya, termasuk universitas ternama asal Inggris. Setiap tahun, selalu ada mahasiswa, dengan prestasi di atas rata-rata, menyampaikan pidato tentang prestasinya. Dan di tahun ini, adalah giliran seorang anak keturunan asia yang berpidato. Dia bukan dari jepang, juga bukan dari India. Dia dari Indonesia, yang mungkin masih asing di telinga masyarakat Eropa.

Sungguh prestasi yang sangat membanggakan, dan tentu semua kamera tertuju kepadanya. Setelah wisuda, keberuntungannya belum berakhir. Seseorang menelponnya, dan menawarkannya sebuah pekerjaan. Orang itu adalah HRD dari sebuah perusahaan senjata terkenal dunia. Namun walaupun terkenal, perusahaan ini masih menduduki peringkat dua sebagai perusahaan senjata ternama dunia. Perusahaan itu dikenal sebagai Quartz.

Namun, Dedi bukanlah orang yang mudah percaya. Dia memastikan terlebih dahulu terkait identitas orang yang menghubunginya. Melalui media sosial, dia bertanya :

"Mohon maaf tuan, sebelumnya saya sangat senang dengan tawaran ini. Namun saya perlu mengklarifikasi terlebih dahulu terkait keaslian tawaran ini. Terlebih karena bapak menghubungi saya dengan Bahasa Indonesia, bolehkah bapak mengirimkan bukti bahwa bapak memang benar HRD Quartz?"

Tidak lama berselang, HRD tersebut menelpon Dedi dengan video chat, berlatarkan sebuah logo perusahaan Quartz.

"Bagaimana? Apakah ini sudah meyakinkan anda?"

Dengan perasaan gugup, karena dihubungi secara langsung oleh HRD Quartz, Dedi tidak dapat berkata-kata. Hanya satu kalimat yang bisa disampaikan olehnya.

"Bahasa Indonesia anda sangat bagus" katanya dengan kaku.,

"Haha, anda tidak perlu gugup begitu. Justru saya yang merasa terhormat menerima balasan dari anda. Mohon maaf jika saya menghubungi dengan Bahasa Indonesia, dan terima kasih atas pujiannya. Rencana awal saya menghubungi anda dengan Bahasa Indonesia adalah agar anda tertarik dengan tawaran saya. Dan sepertinya strategi itu berhasil. "

"hehe, tapi saya tidak yakin apakah strategi itu yang membuat saya merespon pesan ini. Maaf apakah saya boleh bertanya terkait apa yang membuat anda tertarik merekrut saya?",

"Oh iya saya belum menjelaskannya ke anda. Direktur saya berencana membuka sebuah perusahaan manufaktur senjata di Indonesia. Direktur kami berencana mencari pimpinan cabang yang sesuai untuk perusahaan tersebut. Memang terdengar unik, karena harus mencari pimpinan terlebih dahulu dibandingkan menentukan tema usaha yang akan didirikan, tapi itu adalah prinsip dari direktur kami. Alhasil, kami menemukan Anda, dan direktur kami tertarik dengan prestasi Anda, bahkan karena ketertarikan tersebut beliau telah menentukan tema yang sesuai untuk usaha tersebut, yaitu bioteknologi sesuai dengan keahlian anda.",

Siapa yang tidak tergerak hatinya untuk menerima tawaran dari perusahaan yang mengagungkan dirinya, terutama perusahaan dengan pengaruh besar. Sesaat ketika Dedy ingin menerima tawaran tersebut, terbesit dalam hatinya perasaan ia ingin pulang. Mengikuti hatinya, akhirnya Dedy menjawab :

"Izinkan saya pulang terlebih dahulu, saya ingin meminta restu orang tua saya terkait hal ini."

"Tentu, Anda berhak menentukannya kapan saja" Jawab HRD itu dengan tenang.

Hari pun berlalu, HRD itu mendatangi kantor direkturnya sebelum ia pulang. Dia melaporkan hasil diskusinya dengan Dedy. Sang direktur tersenyum, dia menerima laporan tersebut sambil berkata.

"Kerja bagus Edward, tugasmu hari ini sudah sangat bagus. Sekarang kita hanya perlu menunggu. Jangan lupa untuk menghubunginya setelah 10 hari, namun jika dia menolak, mohon maaf Edward pekerjaanmu juga akan berakhir di saat itu. Dia adalah berlian yang baru muncul ke permukaan. Aku bisa melihat masa depan yang cerah dalam dirinya. Masa lalunya sudah cukup untuk memastikan dia adalah berlian, dan sekarang dia semakin memancarkan kilaunya. Terlambat sedikit saja, kita akan kehilangan berlian itu. Dan kita kehilangan kesempatan untuk menjadi yang pertama."

Di waktu yang sama namun di saat yang berbeda, Dedy masih mempertanyakan perasaannya pada siang itu. Seperti perasaan kehilangan, yang membuatnya gelisah. Dia segera menghubungi ayahnya, Adam Endang.

"Halo nak Dedy, ada apa menelpon malam-malam? Oh iya selamat ya karena sudah lulus dengan predikat cumlaude. Kamu adalah kebanggaan ayah dan ibu."

"Halo ayah Adam, apakah ayah Adam sudah tidur? Bagaimana kabar ibu Gina? apakah beliau baik-baik saja?"

" Alhamdulillah kami disini sehat, kenapa nak Dedy terlihat khawatir? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya Adam heran,

Dedy merasa lega mendengar hal itu, namun perasaannya masih belum hilang. Dia penasaran kenapa perasaan itu belum hilang. Dia pun berkata ke ayahnya,

" Alhamdulillah, syukurlah. Ayah Adam, besok Dedy akan pulang ke Jakarta. Ada hal penting yang mau aku bicarakan. Kemungkinan Dedy sampai disana jam 6 malam, apakah Ayah Adam bisa menjemput?"

" Tentu, ayah Adam akan tiba disana jam 5 sore. Nanti ayah Adam akan minta ibu Gina siapkan seblak kesukaan nak Dedy."

"Terima kasih ayah Adam," Jawab Dedy senang.

Pasti terlintas di pikiran Anda, kenapa Dedy memanggil Adam sebagai "ayah Adam"? Sebenarnya Dedy bukanlah anak kandung Adam, bisa dibilang hubungan mereka adalah paman dan keponakan. Ayah kandung sebenarnya dari Dedy adalah Sabeni Endang, seorang pesilat dari desa Rojo Tole. Karena keahliannya, dia dikenal sebagai "Pendekar Hantu". Dia mendapatkan julukan itu karena dia adalah kepala keamanan desa itu, namun desa itu tidak dikenal dan dianggap sebagai desa hantu. Desa itu terletak di sebuah pulau dekat Jakarta. Desa itu adalah desa tertutup yang menutup diri dari dunia luar. Ada banyak misteri yang meliputi desa itu, namun tidak ada satupun misteri yang ada disana bisa terpecahkan. Konon dikatakan bahwa tidak ada yang bisa masuk ataupun keluar dari desa itu, terlebih karena ada Sabeni di dalamnya.

Hubungan Sabeni dan Dedy bisa dibilang tidak harmonis. Mereka berdua berbeda sifat, seperti minyak dan air. Apabila Sabeni lebih berfokus kepada keterampilan dan kekuatan untuk bertahan hidup, Dedy merupakan orang yang lebih mengedepan akal dibandingkan kekuatan. Anda pasti bertanya, kenapa hal itu diperselisihkan? Dalam kisahnya ada sesuatu yang membuat Dedy melanggar hukum di desa itu, dan dapat berakibat pada terbunuhnya Dedy. Beruntung Dedy diselamatkan oleh sosok misterius, salah satu misteri di Desa Rojo Tole, dan akhirnya Dedy ditemukan di pelabuhan oleh Adam.

Kurang lebih tujuh belas jam lamanya, akhirnya Dedy tiba di Jakarta. Seperti janjinya, Adam sudah siap menjemput Dedy. Mereka pulang dan menikmati seblak sambil berbincang-bincang. Hingga akhirnya makan malam selesai, Adam duduk di teras sambil menikmati indahnya langit. Melihat Adam duduk santai, Dedy menghampiri dan berbincang dengannya.

"Ayah Adam, apakah aku boleh bertanya?",

"Tentu," Jawab Adam singkat

"Aku kemaren ditawari bekerja di perusahaan manufaktur senjata. Perusahaan itu merupakan perusahaan ternama di dunia. Apakah boleh jika aku terima tawaran itu?"

Adam tersenyum, dan berkata,

"Tentu boleh, itu adalah berita yang menakjubkan. Walaupun yang memberikan beasiswa kepadamu adalah polisi, namun kamu tetap boleh menentukan nasibmu. Namun tetap ingat, tetap waspada. Karena perusahaan senjata kadang memiliki sisi gelap, dan kamu tidak boleh terlibat di sisi itu."

"Tapi apakah tidak ada penalti dari kepolisian?"

"Masalah itu biar Ayah Adam yang tanggung"

"Wah terima kasih Ayah Adam, aku jadi tidak enak merepotkan Ayah Adam terus. Aku berjanji untuk membayar semua jasa Ayah Adam terhadapku nanti"

"Wahahaha, lebay kamu nak"

Mereka pun tertawa dan diam sejenak. Dalam keheningan itu, kembali terbesit kata Ayah dalam pikiran Dedy.

"Ayah Adam, bagaimana kabar Ayah?"

Adam tidak langsung menjawab jawaban itu. Dia diam sejenak. Lalu dia menjawab

"Alhamdullillah sehat...."

dengan ekspresi yang kurang meyakinkan. Dedy sedikit curiga, namun dia percaya terhadap Adam. Ketika obrolan selesai, mereka bersiap untuk tidur. Namun ketika mau masuk kamar, muncul berita tidak mengenakan di TV:

Breaking News

"Buas Ganas", sekelompok geng motor berkekuatan super, dikabarkan telah melarikan diri ke salah satu pulau dekat Jakarta. Dikabarkan polisi sudah ada di lokasi geng motor itu, namun polisi belum bergerak karena dikabarkan ada desa tak dikenal di pulau Itu, dan seluruh penduduk di desa tersebut menjadi tawanan geng motor tersebut. Laporan terbaru menunjukkan bahwa ada 5 orang warga yang meninggal dalam kejadian itu, dan polisi dikabarkan sedang melakukan negosiasi untuk menyelamatkan sisa penduduk yang masih menjadi tawanan.