Chereads / Daddy's Love Scandal / Chapter 4 - Makan Malam Yang Menyebalkan

Chapter 4 - Makan Malam Yang Menyebalkan

Tak seperti biasa. Papa hari ini terlihat ceria banget. Bahkan, aku dan Mama diajak makan malam.

"Ajak kawan kamu Diandra ya," perintah Papa.

"Iya telepon dia sekarang, biar ikut makan malam bersama kita," timpal Mama.

"Sialan. Perempuan jahanam itu diajak makan malam. Penting banget dia!" gerutuku dalam hati.

Spontan aku jawab saja nggak ada paket dan nggak pulsa buat telepon Diandra.

"Pinjam ponselnya Pa. Sini buat telepon Diandra," pintaku.

Papa langsung menyodorkan ponselnya.

Karena lagi asik bersiap-siap. Papa nggak perhatian ke aku.

Betapa kagetnya aku. Nama Diandra di ponsel Papa. Tertulis Honey. "Jahanam banget. Nama dia spesial," pekikku dalam hati, kesal.

Sepertinya Papa tak menyadarinya, aku sudah tahu nama Diandra siapa, di ponsel Papa. Beberapa saat kemudian dia buru-buru meminta ponselnya.

"Eh iya sini Papa mau telepon kawan."

Aku pun menyerahkan ponsel itu ke Papa.

Wajah Papa terlihat berubah. Mungkin dia merasa kecolongan setelah aku tahu nama Diandra di ponsel Papa, namanya Honey.

Padahal aku belum sempat bicara sama Diandra.

"Papa aja yang telepon Honey!" kataku sambil ngeloyor masuk ke kamar.

"Siapa lagi, Honey?" tanya Mama heran.

Tapi aku nggak menjawab pertanyaan Mama, karena keburu kesal setelah melihat nama Diandra di ponsel Papa, dengan nama Honey.

"Pa. Aku nggak ikutan. Kenyang!" kataku menolak ikut makan malam.

"Nggak mau, nanti kamu menyesal," kata Papa, dan aku cuek saja apa kata dia.

Mama mendekatiku, mencoba membujuk aku, supaya ikutan ke acara makan malam itu.

"Nggak Ma, sekali lagi Fitri nggak minat makan malam," elakku masih kesal.

"Ya sudah....kalau begitu Mama juga nggak ikutan." sebut Mama.

"Ma, kalau makan malamnya batal. Aku ada urusan sama kawan ya. Lain kali makan malamnya. Tunggu Fitri mau ikutan," kata Papa aku dengan santai dan dia sama sekali nggak ada rasa peduli sama aku.

"Kalau begitu, istirahat saja ya, Fit. Mama ke dapur," ucap Mama santai, lalu beranjak pergi.

Papa dalam sekejap sudah menghilang dari pandangan aku.

Aku telepon Diandra. Kata dia lagi ada acara makan malam bareng keluarga.

"Oh maaf ya," kataku seraya menutup ponsel percakapan di ponsel aku.

"Perempuan jahanam itu pasti lagi ngedate sama Papa." tuduhku dalam hati.

Keesokan harinya, Diandra cerita soal makan malamnya bareng keluarga, seru.

"Mau seru atau apa, aku nggak peduli," jawabku dalam hati.

Tiba-tiba Diandra bertanya soal Gilang.

"Katanya Gilang mau lanjut kuliah di Jawa ya, terus kamu sama dia gimana?"

Aku diam saja. Kenapa dia lebih tahu soal hubungan aku dengan Gilang.

Asal sama dia, aku selalu kesal dibuatnya.

"Sabar, Fit. Kamu dekat dengan Diandra, tujuannya kan mau balas dendam. Sabar sabar aja ya tahan emosi," gumamku bicara sendiri dalam hati.

"Aku sih terserah dia aja. Lagi pula kita kan masih temanan doang. Nggak ada hak mau melarang dia kuliah di mana. Mau di Jawa atau dimana, itu juga urusan dia, Di," jelasku panjang lebar.

"Iya sih. Tapi, kalian kan lagi dekat. Pastinya LDR an ya sama dia," celetuk Diandra.

Sepekan telah berlalu dan Papa mengajak makan malam lagi untuk yang kesekian kalinya. Tapi, kali ini aku ikut serta dengan ajakan Papa. Bahkan, Diandra juga diajak Papa.

Tapi, entah kenapa, makan satu meja dengan Papa, aku jadi nggak selera. Di otakku, hanya kebencian yang kian hari terus bertambah selapis demi selapis, kebencian itu.

"Kenapa nih, anak Papa nggak selera makan malam," kata Papa yang mencoba memecah suasana makan malam itu.

"Padahal, minggu-minggu kemarin Fitri yang minta makan malam bareng. Ini kan ada Diandra, ayo yang semangat maemnya, sayang!" kata Papa mencoba berdamai dengan aku yang lagi pasang wajah tak bersahabat.

"Lagi malas," jawabku.

"Ya sudah nanti kita cari makan malam di tempat yang kamu suka. Dimana?" tanya Papa.

"Nggak. Mau pulang. Kenyang," jawabku ketus.

Diandra dari tadi cuma pasang senyum termanis di depan Papa. Aku mual melihat senyum itu. Sedangkan Mama, hanya bisa diam melihat suasana makan malam tak menyenangkan ini.

Tak lama, Papa membayar semua tagihan makannya, dan kami beranjak pergi, mencari tempat makan lainnya yang menurut Papa, aku suka.

Padahal, kalau Papa tahu, aku nggak suka makan malam ini, semua karena kehadiran Diandra yang sudah merusak suasana hati aku.

Di sepanjang perjalanan di mobil, kami lebih banyak diam. Papa, juga asik mendengarkan musik di ponselnya, dengan headset.

Beberapa menit kemudian, Papa menghentikan mobilnya di sebuah pusat angkringan makan malam ala kaki lima.

"Biasanya, anak Papa ini suka makan tahu bacem kan. Makanya Papa bawa ke angkringan," celetuk Papa.

Aku diam saja. Bahkan, aku nggak menyentuh sama sekali makanan angkringan itu.

Selang beberapa menit, Papa berdiri lalu mengajak kami beranjak pergi dari angkringan itu.

"Ma, kita balik aja. Aku nggak tau kenapa anak gadis kamu ini dari tadi pasang wajah masam!" ungkap Papa terlihat kesal padaku.

Tapi, aku nggak peduli. Karena aku memang nggak minat banget, jalan sama Papa dan juga Diandra.

Akhirnya Mama pun menuruti apa yang dikatakan Papa dan kami semua masuk mobil. Diandra diantar ke rumahnya.

"Diandra, maaf ya. Kalau makan malamnya nggak berkenan. Nggak tahu nih kenapa anak gadis satu ini cemberut terus dari tadi," ungkap Papa ke Diandra dan aku semakin kesal saja mendengar itu. Seolah-olah aku ini dipersalahkan, atas suasana yang tak sesuai ekspektasi itu.

"Iya Om, mungkin Diandra capek," jawab Diandra dan dia turun dari mobil Papa.

"Maaf ya Diandra. Sampai ketemu lagi kapan-kapan," imbuh Mama.

Kembali kami terdiam dengan isi di kepala masing-masing. Papa diam, Mama juga dan aku pura-pura ngantuk.

Tiba di rumah, Papa marah-marah. Menyalahkan aku.

"Aku heran, kenapa kamu seperti ini, Fitri. Papa salah apa?" tanya Papa penasaran ke aku.

Aku masih diam. Berusaha menghindar, dengan cara masuk ke kamar.

"Malu aku Ma...sama Diandra. Nanti dia cerita sama orang tuanya." protes Papa dengan nada emosi.

Mama diam sejenak.

"Mungkin anak gadis kamu itu lelah." jawab Mama membela aku.

"Aku bela-belain nggak lembur malam ini, demi mengajaknya makan malam. Tapi, apa balasan dia. Pasang wajah cemberut, seolah nggak suka sama aku, di depan Diandra," sebut Papa sedikit menunggikan nada bicaranya.

"Ya sudahlah Pa. Biarkan saja. Mungkin dia itu lagi nggak mood makan malam. Terus mau gimana lagi, kita?" ungkap Mama.

"Bela terus aja anak gadis kamu itu. Biar dia besar kepala!" bentak Papa.

"Ya sudah...Pa. Nggak perlu kita perpanjang masalah ini. Cukup sampai disini," pungkas Mama.(***)