Chereads / Alexa's Dream And Love / Chapter 34 - Bab 34. Hati dan Ciuman pertama Daniel untuk Alexa.

Chapter 34 - Bab 34. Hati dan Ciuman pertama Daniel untuk Alexa.

Setelah kejadian hari itu, Alexa berubah menjadi sangat pendiam dan lebih suka menyendiri. Alexa selalu berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali dan ia sudah tidak lagi menumpang mobil Daniel dan malah memilih menggunakan mobil papanya yang lain.

Sepulang sekolah juga, Alexa selalu mengurung diri di kamar dan tidak pernah keluar. Untuk urusan makan, Minah lah yang selalu mengantar makanan dan minuman untuk gadis itu di kamarnya.

Di malam hari pun, biasanya Alexa selalu berada di balkon untuk melihat bintang-bintang atau hanya sekedar untuk menghirup udara segar atau mengobrol dengan Daniel. Tapi, akhir-akhir ini ia sudah tidak lagi melakukan kebiasaannya itu dan perubahan Alexa yang sangat drastis inilah yang membuat Daniel merasa sangat kesepian.

Daniel selalu terhibur oleh kecerewetan Alexa dan juga tingkah polah gadis itu yang terkadang menyebalkan tapi kadang juga menggemaskan. Akan tetapi, belakangan ini ia tidak bisa lagi bertemu dengan Alexa ataupun mendengarkan suara gadis itu dan Daniel sangat merindukan sosok Alexa ...

Di kantor ...

"Untuk jadwal kegiatan hari ini. Pukul 11.00 ada meeting dengan dewan direksi, setelah itu anda ada pertemuan dengan pimpinan bank ...."

Pikiran Daniel melayang jauh, pria itu bahkan tidak mendengarkan penjelasan Rian tentang jadwal pekerjaannya untuk hari ini. Di pikirannya saat ini hanya ada Alexa dan Alexa. Daniel bahkan tidak bisa berkonsentrasi penuh dengan pekerjaannya dan lebih banyak melamun.

"Daniel! Daniel!" Indra berkali-kali memanggil nama Daniel seraya melambai-lambaikan tangannya tepat di depan muka pria itu, tapi Daniel masih saja melamun. Hingga, Indra menepuk bahu Daniel untuk menyadarkan pria itu.

Daniel mengerjap-ngerjapkan matanya. "Hah? Apa?" Daniel tersadar dari lamunannya dan pria itu terlihat linglung. "O–om Indra? Om Indra kapan datang?" tanyanya setelah menyadari kedatangan Indra.

"Apa yang sedang kamu pikirkan? Beberapa hari ini kamu juga tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja? Apa kamu sedang ada masalah?" tanya Indra merasa bingung terhadap perubahan sikap Daniel.

Daniel hanya tersenyum lalu menggeleng cepat. "Tidak! Daniel tidak sedang memikirkan Apa pun! Oh iya, om Indra ada perlu apa mencari Daniel?"

"10 menit lagi, kita ada meeting penting dengan Tuan Harri. Cepat siapkan semua dokumen-dokumen yang akan kita gunakan untuk meeting," perintah Indra kepada Daniel.

"Semua dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap semua, Om Indra jangan khawatir."

"Baiklah kalau begitu! Ayo ... kita harus segera pergi ke ruang meeting sekarang juga, jangan sampai kita membuat Tuan Harri menunggu lama." Indra menepuk pundak Daniel pelan dan mengajaknya pergi ke ruang meeting bersama-sama.

Sementara itu di sekolah ...

"Lex ... kamu kenapa sih akhir-akhir ini menghindar dariku?" tanya Raka, pemuda itu menghadang jalan Alexa dan menuntut jawaban dari Alexa.

Alexa terpaksa menghentikan langkah kakinya. "Stop, Raka! Jangan mengikutiku terus! Dan tolong jangan membuat masalah lagi. Aku sudah benar-benar lelah! Aku ingin fokus belajar untuk ujian," ujar Alexa kesal.

"Jawab dulu pertanyaanku!"

"Pertanyaan yang mana?! Bukankah aku sudah memberimu jawaban? Aku ingin fokus belajar untuk ujian. Aku masih punya banyak impian yang ingin aku kejar! Jadi, aku tidak ingin membuang waktu hanya untuk membicarakan omong kosong tentang cinta," jelas Alexa.

Alexa menempelkan kedua telapak tangannya. "Jadi tolong, Raka! Pergilah menjauh dariku, aku sungguh-sungguh ingin mengejar dan mewujudkan impianku tanpa harus diganggu dengan masalah percintaan yang bagiku sama sekali tidak berguna," imbuhnya lagi.

Alexa berbalik dan pergi meninggalkan Raka yang masih berdiri terpaku di tempatnya. Alexa berjalan menuju ke kantor seorang konselor, gadis itu rupanya ingin berkonsultasi tentang program studi di perguruan tinggi.

"Bu Sovia ... apakah bisa kalau Alexa mengambil kuliah di 2 perguruan tinggi sekaligus?" tanya Alexa kepada salah satu konselor.

Dahi Sovia mengernyit. "Apa maksud kamu?" Sovia bertanya balik kepada Alexa.

"Maksud Alexa, apakah itu mungkin kalau Alexa kuliah management Bisnis dan Kedokteran sekaligus?"

Sovia terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Alexa.

"Bisa! Tapi, ibu tidak akan menyarankannya. Kamu hanya bisa memilih salah satu saja, tidak keduanya sekaligus. Kamu tidak akan bisa membagi waktu untuk belajar karena kuliah jurusan kedokteran itu harus benar-benar fokus dan tidak bisa sembarangan. Jadi ... pikirkan masak-masak agar kamu tidak menyesal nantinya setelah mengambil keputusan," saran Sovia.

Alexa menundukkan kepalanya, apa yang dikatakan Sovia benar adanya. Tapi ... apa yang harus Alexa lakukan?

Di satu sisi, ia harus menuruti perintah papanya untuk kuliah Management Bisnis. Tapi di sisi lain, Ia tidak ingin melepaskan impiannya untuk menjadi seorang dokter.

Apakah Alexa harus menyerah dan akan melepaskan impiannya untuk menjadi seorang dokter?

Atau, Alexa harus berani melawan keinginan papanya demi meraih impiannya?

Alexa benar-benar berada di persimpangan, ia sungguh tidak tahu harus memilih yang mana.

Bel pulang sekolah telah berbunyi.

Semua teman-teman Alexa sudah pergi meninggalkan kelas, tapi Alexa masih duduk dan terdiam di bangkunya.

"Nona Alexa ... kita harus segera pulang," ucap salah seorang pengawalnya.

Alexa bergeming. "Tunggu 10 menit lagi! biarkan aku berpikir sejenak," pintanya seraya menatap meja dengan tatapan kosong.

Sang pengawal mematuhi dan membiarkan Alexa duduk termenung di bangkunya selama 10 menit dan ternyata Alexa benar-benar menepati perkataannya. Setelah 10 menit, gadis itu benar-benar beranjak dari bangkunya lalu berjalan menuju parkiran mobil dan pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, gadis itu langsung masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci kamarnya rapat-rapat agar tidak ada seorang pun yang bisa masuk ke dalam kamarnya.

Setelah mengganti bajunya, gadis itu langsung berbaring di ranjangnya seraya menatap kosong ke langit-langit kamarnya. Hal itu berlangsung selama berjam-jam lamanya, Ia bahkan tidak menghiraukan Minah yang terus mengetuk pintu kamarnya untuk mengantar makanan.

"Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus kabur dari rumah dan menghilang?" lirihnya.

"Tidak mungkin! Karena anak buah papa pasti bisa menemukanku dengan mudah meski aku bersembunyi di lubang tikus sekalipun."

Alexa memiringkan badannya ke kanan, ia mencoba berpikir keras sambil menggigiti kuku jarinya.

"Apa aku harus mencari program beasiswa kedokteran di luar negeri? Tapi aku harus punya tabungan untuk membeli tiket, membuat visa dan untuk biaya hidup selama menetap di sana. Butuh rencana yang sangat matang untuk itu, aku tidak boleh ceroboh."

Alexa bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju ke meja belajarnya. Ia memasang headphone di telinganya untuk mendengarkan music kesukaannya lalu ia membuka buku-bukunya pelajarannya dan mulai belajar dengan giat.

Kalau Alexa ingin mengambil program beasiswa, nilai-nilai ujiannya haruslah sempurna. Berbekal keyakinan itulah gadis itu bisa kembali bersemangat kembali.

Malam semakin larut, Alexa masih saja duduk di meja belajarnya. Tapi, karena kelelahan ia lalu ketiduran di atas meja belajarnya dengan beralaskan buku-bukunya.

Beberapa saat kemudian, seorang pria masuk ke dalam kamar Alexa. pria itu melepaskan headphone yang masih menempel di telinga Alexa, lalu pria itu mengangkat tubuh Alexa dan membaringkan tubuh Alexa perlahan-lahan ke atas ranjang dan menyelimutinya.

Pria itu adalah Daniel, ia berbuat nekat dengan melompat ke balkon Alexa. Pria itu hapal betul kebiasaan Alexa yang jarang sekali mengunci pintu balkonnya, pria itu sangat merindukan Alexa. Karena dorongan hatinya lah yang membuatnya berani berbuat nekat seperti itu.

Daniel duduk di tepi ranjang Alexa, mengelus pucuk rambut Alexa dengan sayang. Pria itu kemudian membelai pipi mulus Alexa dan perlahan-lahan mendekatkan wajahnya ke wajah Alexa.

Awalnya pria itu terlihat ragu-ragu, namun pada akhirnya pria itu kembali mendekatkan bibirnya ke bibir Alexa. Hingga ...

Cup!!

Daniel mengecup lembut bibir Alexa selama 5 detik. Pria itu kemudian membelai pipi Alexa dengan lembut dan membisikkan kata-kata cinta ke telinga Alexa saat gadis itu masih terlelap tidur.

"Aku mencintaimu, Alexa Prayoga! Dan aku telah memberikan hati dan ciuman pertamaku hanya kepadamu. Hanya kamulah satu-satunya gadis yang aku cintai di dunia ini."

"Jangan pernah membuatku cemburu lagi dengan mendekati laki-laki lain."

To be Continued