Alexa dan pengawalnya mencoba melarikan diri dari kejaran para penjahat bersenjata, hampir saja gadis itu tertangkap. Tapi untung saja sang pengawal dengan sigap menolong Alexa.
Alexa dan pengawalnya berhenti sejenak saat gerombolan penjahat itu tidak lagi terlihat. Dengan napas yang masih terengah-engah, Alexa dan sang pengawal mencoba mencari tempat untuk bersembunyi. Mata pengawal itu terpaku pada bangunan kosong yang berada di depannya.
"Nona, lihat! Ada bangunan kosong, kita bisa bersembunyi di sana!" usul sang pengawas.
Alexa melihat di sekeliling. "Tidak! Kita bisa langsung ketahuan! Jangan di bangunan kosong itu, bahaya! Kita sembunyi di sana saja!" gadis itu menunjuk ke arah ilalang liar yang tumbuh rimbun dan tinggi menjulang. " Cepat! Kita harus segera bersembunyi!" lanjutnya.
Keduanya sepakat! Gadis itu bersama sang pengawal segera berlari menuju ilalang yang sangat rimbun tersebut dan mereka langsung tengkurap supaya tidak ketahuan oleh para penjahat. Alexa dan pengawalnya mengintip dari celah tumbuhan liar tersebut untuk memantau keadaan.
Beberapa saat kemudian ... para penjahat itu datang, mereka langsung mengepung dan menggeledah bangunan kosong tersebut untuk mencari keberadaan Alexa. Sama persis seperti dugaan Alexa.
Alexa menatap ke arah pengawalnya. "Seperti dugaanku! Mereka langsung menggeledah rumah kosong itu, bukan? Tidakkah kamu terkesan dengan kecerdasanku??" Alexa menyombongkan diri di depan pengawalnya.
"Saya akui kecerdasan nona Alexa! Nona memang sangat hebat dalam hal melarikan diri dan bersembunyi! Saya akan belajar dari nona Alexa setelah ini, " bisik sang pengawal agar tidak ketahuan.
Alexa memutar bola matanya, kata-kata sombongnya kini berbalik menjadi kata candaan bernada sindiran untuknya. Alexa dan sang pengawal kembali fokus mengintai gerak-gerik para penjahat.
"Kita perlu senjata untuk melawan," ucap Alexa, matanya terus mengawasi. Alexa mengulurkan tangannya. "Mana pistolmu?" tanya Alexa kepada sang pengawal.
" Ayo ... cepat keluarkan pistolnya, bukankah papaku membekali kalian dengan pistol untuk berjaga-jaga?!" Alexa mendesak sang pengawal.
Sang pengawal terlihat ragu untuk mengatakan. "Pistolnya ada di mobil! Karena di dalam area sekolah tidak diperbolehkan membawa senjata! Maka dari itu, pistolnya kita simpan di dalam mobil," ucapnya.
Alexa terkejut. "Apa!! Tamatlah riwayat kita! Kita tidak bisa terus-terusan bersembunyi di dalam sini, cepat atau lambat kita pasti ketahuan!" Alexa merasa risau.
"Nona tunggu di sini! Saya akan mencoba menghadang dan mengecoh mereka. Setelah ada kesempatan, nona Alexa bisa melarikan diri," usul sang pengawal.
"Apa kamu sudah bosan hidup?! Kamu bisa mati konyol! Kita tunggu saja di sini! Kita cari benda yang sekiranya bisa kita jadikan alat untuk mempertahankan diri," ucap Alexa.
Alexa mengikat rambut panjangnya dengan pita yang ia simpan di dalam jaketnya, gadis itu melihat di sekelilingnya untuk mencari benda yang bisa ia gunakan sebagai senjata. Mata gadis itu tertuju pada sebatang kayu yang masih tertancap paku tidak jauh dari kakinya, gadis itu segera mengambilnya.
Alexa menyerahkan kayu itu kepada sang pengawal. "Pegang ini," ucap Alexa lalu ia mengambil pasir dan menggenggamnya di kedua tangannya.
Di tempat lain ...
Indra mengerahkan ratusan anak buahnya untuk mencari keberadaan Alexa. Indra membagi anak buahnya menjadi beberapa kelompok dan menyuruh mereka berpencar.
Setelah berhasil melacak posisi mobil yang ditumpangi Alexa. Indra bergegas menuju ke tempat itu. Anak buah Indra bergegas memeriksa ke dalam mobil. "Bos, di dalam mobil tidak ada siapa-siapa! Kami hanya menemukan ini." Anak buah Indra menyerahkan tas dan ponsel milik Alexa.
Di dalam mobil tidak ada siapa-siapa? Lalu ... Ke mana perginya seorang pengawal Alexa yang sedang tidak sadarkan diri tadi?
Indra meremas tas Alexa, emosi pria itu mulai terpancing. "Cepat! Cari di sekitar sini! Jangan biarkan para penjahat itu melukai putriku!"
Indra segera masuk ke dalam mobil, pria gagah itu masuk ke dalam mobil, ia dan anak buahnya mencari keberadaan Alexa dengan menyusuri sepanjang jalan sedangkan anak buahnya yang lain sedang berpencar dan mencari di setiap sudut jalan.
....
Mobil Daniel melaju kencang di jalanan. Pria itu menyetir seperti orang yang kesetanan, ia tidak bisa berpikir apa-apa karena yang ada dipikirannya adalah bagaimana cara untuk menyelamatkan nyawa Alexa.
Daniel sempat menelepon Indra dan menanyakan posisi mereka saat ini. Setelah itu Daniel bergerak cepat menyusul Indra, pria itu juga telah melapor ke polisi dan ia juga menelepon mobil ambulance untuk berjaga-jaga.
"Ketemu! Mereka ada di sini!!" salah seorang penjahat berhasil menemukan tempat persembunyian Alexa dan pengawalnya.
Karena para penjahat sudah mengetahui tempat persembunyiannya. Alexa dan sang pengawal tidak ada pilihan lain selain keluar dan menghadapi para penjahat, sang pengawal menyembunyikan Alexa di belakangnya. Pria itu mencoba melindungi Alexa
"Kalian tidak akan pernah bisa bersembunyi dariku!" pimpinan penjahat itu menodongkan senjata tajam ke arah Alexa dan pengawalnya.
Tangan dan tubuh Alexa gemetar, perasaan takut mulai menyusup di hatinya. Akan tetapi, gadis itu berusaha melawan ketakutannya. Ia berusaha untuk kuat.
"Hey .... Bukankah kita terlihat seperti sedang syuting film action? Wuuah, rasanya sangat seru ?!" Alexa masih sempat-sempatnya bercanda di saat situasi sedang tegang.
Sang pengawal hanya melirik ke arah Alexa. "Sekarang bukan saatnya untuk bercanda! Kita harus bekerja sama mencari cara untuk menyelamatkan diri," ucap sang pengawal.
"Yah ... ide yang bagus! 2 pria dari kiri, itu bagian ku! Sedangkan sisanya adalah bagian kamu, bagaimana? Apa kamu setuju, Randi? Maaf, aku baru ingat kalau namamu adalah Randi." Alexa terus saja mengoceh tidak jelas.
"Habisi mereka!" pimpinan penjahat memberi perintah dan mulai menyerang Alexa dan Randi.
Seorang penjahat menghunuskan pedang dan berniat menusuk Randi. Namun, Randi berhasil menahan pedang itu dengan menggunakan sebatang kayu yang sedari tadi ia pegang.
Melihat ada sedikit celah, Alexa bergerak maju lalu melempar mata penjahat itu dengan pasir yang sedari tadi ia genggam, melihat penjahat itu kesakitan. Gadis itu kemudian menendang penjahat itu tepat di ulu hatinya sehingga penjahat itu memekik kesakitan lalu roboh. Alexa dengan cepat menyambar pedang yang tergeletak di samping penjahat itu dan menggunakannya untuk melindungi diri.
Alexa menghunus pedang ke arah 4 orang penjahat yang tersisa. Berbekal ilmu bela diri yang ia pelajari sejak berusia 10 tahun, Alexa bisa melumpuhkan keempat penjahat tersebut dengan mudah.
Kini hanya tersisa satu orang penjahat, pria itu adalah pemimpin penjahat. Pria itu cukup tangguh dan tidak mudah untuk melumpuhkannya. Saat Alexa hendak menebas pria itu, Randi melihat rekannya sedang membidikkan pistol ke arah Alexa.
Randi segera berlari menghampiri Alexa dan memeluk tubuh Alexa dengan erat.
Dorr! Sebuah timah panas melesat dan menembus punggung Randi. Darah segar mengucur dari punggungnya dan membasahi seluruh bajunya, pria itu menggunakan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi Alexa.
"Akkkhh!" Randi memekik dan langsung roboh ke dalam pelukan Alexa.
Gadis itu sangat terkejut saat melihat wajah pelaku yang telah menembak Randi. Gadis itu tidak menyangka kalau pelakunya adalah rekan Randi sendiri. Apa yang ia inginkan sebenarnya? Kenapa ia bisa berkhianat dan menjadi musuh dalam selimut?
"KAMU!! Mengapa kau lakukan ini kepada kami!!" Alexa berteriak kepada rekan pengawal Randi.
"Maafkan saya, Nona! Karena saya mendapat tugas dari seseorang untuk menghabisi nyawa nona alexa," ucapnya ringan dan masih menodongkan pistol ke arah Alexa.
Mata Randi memerah, darah segar keluar dari mulutnya, pria itu kesakitan.
Air mata Alexa mengalir. "Randi ... Tidak! Bertahanlah! Bantuan akan segera datang," ucap Alexa seraya merangkul tubuh Randi.
"Beritahu aku! Siapa orang yang menyuruhmu! CEPAT KATAKAN!!" Alexa berteriak, gadis itu terlihat sangat murka.
"Aku tidak bisa mengatakannya! Tapi aku dibayar mahal oleh orang itu untuk menghabisi nyawamu," ucap pengawal Alexa.
Kali ini Alexa terlihat sangat marah, sorot matanya sangat tajam dan terlihat kejam. Sorot mata itu sama persis dengan Indra Prayoga. Hanya tersisa 2 orang penjahat lagi, apakah Alexa bisa menghadapi kedua penjahat itu?
"Cepat!! Habisi gadis itu! Habisi keturunan Indra Prayoga!"
Pemimpin penjahat itu berjalan menghampiri Alexa dengan membawa pisau, pria itu menghujamkan pisau ke tubuh Alexa. Untung saja tangan Alexa sigap, gadis itu menggenggam pisau dengan tangan kosong. Ia berusaha menahan pisau itu supaya tidak menghujam ke tubuhnya.
Darah segar mengucur dari telapak tangan Alexa. Pria itu terus semakin mendekat ke tubuh Alexa, dan ....
"Akkkhhh!" Alexa memekik kesakitan.
Pria itu mendorong tubuh Alexa hingga tersungkur, saat ini Alexa sudah benar-benar tidak berdaya.
Pria itu tertawa lantang dan berjalan mendekati Alexa yang sedang terkulai lemas. Pria itu menghunuskan pisaunya, saat ia hendak menghujamkan pisau ke tubuh Alexa ...
Dooorrr ....
Tangan pria itu terhenti, matanya melebar lalu Tubuh pria itu langsung terkapar tidak bernyawa! Indra Prayoga datang tepat waktu. Indra berhasil membunuh penjahat itu tepat sebelum ia melancarkan aksinya untuk membunuh Alexa.
Sedangkan pengawal Alexa yang berkhianat itu berhasil di bekuk oleh anak buah Indra dan saat ini sudah diserahkan kepada pihak kepolisian untuk diadili.
Indra Prayoga segera berlari menghampiri putrinya yang terkulai lemas, lelaki itu mendekap kepala Alexa ke dadanya. "Alexa!! Kamu tidak apa-apa, 'kan?" tanya Indra panik.
Di saat yang bersamaan, Daniel juga tiba. Pria itu langsung keluar dari mobilnya dan berlari menghampiri Alexa tanpa mematikan mesin mobilnya terlebih dahulu ..
"Alexa ... Alexa! Kamu tidak apa-apa, 'kan?" wajah Daniel terlihat sangat syok.
Alexa terlihat sangat lemas dan terus memegangi perutnya. "Alexa tidak apa-apa, kok! Alexa hanya terlalu lelah," ucap Alexa lemah.
Melihat Alexa yang terus memegangi perutnya, Indra Prayoga langsung menyingkap jaket berwarna hitam yang Alexa kenakan. Alangkah terkejutnya Indra saat melihat luka tusukan yang menganga di perut Alexa.
Daniel terkejut, matanya melebar dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "TIDAK! Alexa ...." Daniel menggenggam erat tangan Alexa yang berlumuran darah.
Air mata Alexa mengalir, tangan gadis itu terjatuh dari genggaman tangan Daniel dan Alexa menutup matanya.
"Alexaa .... Tidak!! Alexaaa ..." Daniel dan Indra menangis histeris.
To be continued.