"haaa, kenapa kau muncul tiba tiba seperti itu?! hei kamera kan kalau kena air rusak. duhh, kau itu kameraku satu satunya tau. dulu aku harus gelut dulu dengan anak anak untuk mendapatkanmu" ujarku emosi. "satu satunya? kau sampai bertengkar, cuma akan mendapatkanku? kalau begitu.." dia tiba tiba memelukku. "wah!!! kau benar benar!" teriakku mendorongnya. "mau dipukul pakai tutup tupperbare nya mama ya?!" teriakku. "yahh!! kalau tupperbare kan nggak sakit, menantang sedikit dong" teriakknya. "wah, anak ini!!" ujarku kesal lalu keluar sebentar mengambil panci susu nya mama. lalu masuk ke kamar lagi. "hei, rasakan ini!" teriakku.
prangg
aku melemparnya namun dia berhasil menghindar. "wleee nggak kena tuh" ucapnya menjulurkan lidah. aku melemparnya macam macam barangku. namun dia selalu bisa menghindar. rumahku jadi rame dan ricuh.
"Sinyoung, mama pul-" PRANGGG. "huwaaa apa itu?! Sinyoung kau sedang apa dikamar??!" teriak mama terkejut. yahaha pukulanku mengenai kepalanya sedikit. "bagaimana? eh mama datang ya? HEI CEPAT BERUBAH" suruhku. dia menggeleng. "tak mau. enak saja" jawabnya menjulurkan lidah. "Sinyoung! apa kau.." ucap mama membuka pintu kamarku. "kau bertengkar dengan tembok? Duh, Kang Sinyoung kamu bercanda ya? itu barang dapur mama nanti rusak loh" ucap mama. aku hanya diam. tak akan mungkin aku bilang kalau kameraku bisa hidup. "ha..ya sudah ya sudah, nanti mama beli lagi aja. dasar kamu ini" ucap mama keluar kamar. "hei, aku sangat kesal padamu" ujarku sendiri.
malamnya:
"hei, anak nakal, tolong obatin dong, memar nih" ucap Cheonsu menepuk pundakku ketika aku berbaring di kasur. "wah! mengagetkan saja. tak mau. wlee" ujarku meledek. "haa gitu ya?! kenapa kau daritadi minta gelut sih? sakit nih huhu" ucap Cheonsu. "ck sebentar. aku ambil obatnya" ujarku mengambil plester. "hei hei, sini kau mendekat. kalau kau duduk di bawahku tentu akan sulit aku menempelkannya dasar" ucapku. "lalu aku duduk dimana?" tanyanya. aku memutar bola mata, lalu menepuk pahaku sendiri. "sini. duduklah disini sebentar" ucapku. entah ada angin apa, muka nya memerah dan bengong. "hei bocah, kau nggak berpikir aku akan ngapa ngapain kan?" tanyaku kesal. lalu dia duduk di pahaku menghadapku. "ah..nggak" jawabnya memalingkan mukanya ke arah lain. aku yang kesal langsung memegang dagu nya mengarahkan wajahnya dengan tanganku agar menghadapku. lalu aku menempelkan plester itu di keningnya. dia hanya menatapku tanpa kata kata. begitu juga denganku. "hei bocah, sedang apa? turunlah, sudah selesai" ucapku. "eo? ap..apa?" tanyanya lagi. "kubilang turunlah sebelum tanganku melayang lagi di muka mu" ucapku ulang. "ha..hei anak nakal, bisakah kamu membiarkanku duduk disini sebentar lagi saja?" tanyanya. "untuk apa aku melakukan itu" ucapku. "please, ah! 5 menit deh yaa??" mintanya sambil mempoutkan bibirnya. "he..hei. kau bisa imut juga ya. seperti kriteria ku" ucapku pelan sambil melirik arah lain. "hah?! benar nih?! kalau begitu aku imut saja yaa" ucapnya tersenyum. haa..aku paling kesal saat deg deg an begini. "hei anak nakal, kau tahu nggaa? kenapa di drama drama itu..sukanya perempuan mengkalungkan tangannya ke leher laki laki. seperti ini.." ucapnya mengalungkan kedua tangannya di leherku. "he..hei!!! apa yang kau lakukan??! aku geli kalau harus mengalungkan tanganku ke laki laki. harusnya laki laki kan?!" tanyaku kesal. "um?? karena kau tomboy? tapi memang sih. kau itu laki laki atau perempuan yaa. kau suka nya laki laki yang feminin seperti perempuan dan kau perempuan tomboy seperti laki laki. apa ini nggak terbalik?" tanyanya memiringkan kepalanya sedikit. "hah?" tanyaku. "setahuku itu terbalik. tapi kalau sama kamu..terbalik pun tak papa. karena aku juga sukanya perempuan tomboy seperti laki laki yang bisa menjaga laki laki feminin seperti perempuan" ucapnya melepaskan kalungan tangannya di leherku. "hei bocah! ke..kenapa dilepas? kalungkan saja tanganmu se lama mungkin yang kau mau" ucapku menarik tangannya ke leherku. "eh? se..sebentar. aku..berdebar" ujarnya turun dari pangkuan pahaku. "apa aku harus memanggilmu kakak nakal? nggak mau deh. bagusan anak nakal. sebutan itu cocok sekali denganmu" ucapnya mengedipkan 1 matanya. "ha..kau bikin merinding. sana berubah dan tidurlah" suruhku. "aku tidur disampingmu?" tanyanya. "heh! enak saja!" jawabku. "bercanda kok kak haha" ucapnya.
besoknya di sekolah:
Cheonsu si bocah itu benar benar memanggilku 'kak'? aku tidak salah dengar kan?. tanpa sadar aku malah senyum senyum sendiri. "hei, kasih tahu sesuatu dong apa yang membuatmu tersenyum seperti itu? pasti Yoo Sungbin?" tebaknnya. "nggak. ini bukan Yoo Sungbin. pokoknya rahasia. dan kau salah jika mengira Yoo Sungbin suka pdaku. nggak mungkin dia begitu. usia kita kan berbeda lumayan jauh" ucapku. "yah kan cuma menebak, siapa tau benar" ucapnya. "nggak. sama sekali nggak benar. aku kan dekat dengan Yoo Sungbin itu.." ucapanku terhenti. "Hayoung, aku pergi sebentar" ujarku beralih dari tempat duduk. aku berjalan jalan di sekitar sekolah. "kakak" panggil seseorang. aku menoleh. "hm?" "anu..ke..kemarin laki laki yang bersama kakak itu..siapa?" tanyanya sedikit gugup. "eh? itu..kamu belum boleh tahu, Sungbin nggak usah khawatir. dia anak baik kok" jawabku tersenyum paksa. huh, baik apanya, kemarin minta gelut terus rumahku jadi seperti kapal pecah. "kak Sinyoung ingat janji kakak kan?" tanyanya. "janji? janji apa?" tanyaku. "sudahlah. lupakan saja kak" ujarnya berbalik. aku masih bingung apa yang dia bicarakan.