Chereads / The Lost Moon : Final / Chapter 7 - Bertemu Kembali

Chapter 7 - Bertemu Kembali

Liana bergegas menuju parkiran, mengatasi cecunguk seperti tadi bukanlah hal sulit baginya, mengingat lelaki yang berani melawannya tadi tak lain hanya seorang budak yang memiliki kekuatan jauh berada di bawahnya.

Liana dengan mudah mengetahui siapa laki-laki yang bersamanya di lift melalui sebuah simbol tersembunyi yang berada di tengkuk lehernya. Saat ada seorang mahkluk yang bukan manusia, simbol yang berada di tengkuk lehernya akan mengeluarkan hawa panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya, pertanda bahaya berada di dekatnya.

Sepertinya Ankhra tak akan pernah lelah untuk mengejar gadis itu kemanapun dia berada, mungkin sampai ke dasar bumi pun dia akan terus mengejar Liana sampai dia mendapatkan apa yang diinginkannya!

Simbol Horus berada tepat di tengkuk lehernya. Menurut kabar, simbol-simbol lainnya tersebar di beberapa penjuru dunia dan siapa pun yang memiliki simbol itu memiliki kekuatan di atas rata-rata.

James sendiri mendapatkan simbol setelah Liana menyelamatkannya, oleh karena itu kekuatan seorang alter yang dimiliki James berbeda dengan alter lainnya.

Liana bergerak dengan cepat, menyalakan motor besar miliknya lalu melajukannya keluar dari arah parkiran.

Sementara itu di hotel, James sedangkan mengadakan jumpa pers, beberapa gadis yang muncul di lokasi terlihat begitu histeris melihat James yang saat itu sedang mengenakan setelah jas berwarna hitam. James terlihat seperti seorang bangsawan dengan aura yang begitu memikat siapa pun di sekelilingnya.

Seorang wartawan bergerak mendekati James, tak ada satu pun di antara mereka yang curiga jika James bukanlah manusia seperti mereka.

"James, bagaimana perasaanmu ketika mengetahui jika Anda akan bekerjasama di film terbaru Sutradara Lewis?"

Wartawan perempuan itu sempat tak berkedip begitu melihat wajah James yang begitu dekat dengannya. Dia seorang wartawan baru di perusahaannya, dan dia adalah salah satu pengagum James.

Selama ini dia hanya bisa melihat James melalui siaran acara di televisi, baru hari ini dia bertemu secara langsung dengan James, dan dia tak mampu menggambarkan ketampanan James dengan kata-kata.

Kulit wajah James begitu putih dan halus, fitur wajahnya begitu tegas, menggambarkan sebuah kesempurnaan dari seorang laki-laki yang cantik.

"Bagaimana perasaanku? Tentu saja aku bahagia. Sebelum bertanya banyak, kenapa kau tak memperkenalkan diri padaku, Nona?"

Wartawan perempuan itu tersipu, kedua pipinya memerah karena malu. Suara James terdengar begitu indah di telinganya.

"Namaku Tracy," ujarnya tak berani menatap wajah James terlalu lama.

"Ada lagi yang ingin kau tanyakan?"

"Menurut kabar, Anda sedang dekat dengan salah satu lawan main Anda di film yang terdahulu, apakah kabar itu benar?"

Sebenarnya pertanyaan yang baru saja ditanyakan Tracy sama sekali tak ada di dalam agendanya, dia sengaja menanyakan pertanyaan itu, karena dia merasa penasaran, selama ini James tak pernah terlihat jalan dengan wanita lain selain managernya, tetapi managernya bukan seorang wanita single berusia muda. Tapi seorang wanita yang sudah hampir berkepala empat dan juga tidak terlalu cantik menurut Tracy.

"Hanya kedekatan biasa sebagai seorang teman, apakah berita itu mengusikmu?" goda James membuat Tracy tertawa memamerkan sederet gigi putih yang tertata rapi, saat dia tertawa di pipinya terlihat dua buah lesung pipi yang semakin mempermanis wajahnya.

"Tentu saja tidak, sama sekali tidak mengusikku, James. Lalu apakah Anda memiliki seorang wanita spesial di dalam hidup Anda?"

Lagi-lagi sebuah pertanyaan yang sama sekali tidak ada di dalam script, dia tahu pertanyaan yang baru saja diajukannya bersifat pribadi. Tapi apa salahnya?

Lagi pula, banyak perempuan di luar sana yang juga mengagumi James dan pastinya ingin mengetahui banyak tentang kehidupan pribadi James.

Dengan suara yang agak keras, James menjawab, "Aku memiliki seorang wanita yang sangat spesial di dalam hidupku, dan wanita itu meninggalkanku, tapi aku tak pernah berhenti untuk mencintainya. Wanita itu pernah berjanji jika dia akan selamanya bersamaku sampai mati. Saat ini aku selalu merasa, dia tak benar-benar mengucapkan janjinya saat itu, karena dia mampu meninggalkanku!"

Saat James mengatakan kalimat  itu, beberapa suara berkasak-kusuk dengan nada kecewa.

James yang diidolakan ternyata memilik cinta sejati yang tak pernah bisa dilupakannya.

Di saat yang sama Liana kebetulan berada di tempat itu, dia hanya melihat aktor yang dimaksud oleh Laura yang akan ditemuinya dari punggungnya saja. Dia mendengar dengan jelas kalimat laki-laki yang sedang diwawancara oleh seorang wartawan perempuan.

"Sayang sekali, apakah ada kemungkinan suatu saat nanti hati Anda akan terbuka dan menerima kehadiran perempuan lain?"

"Tidak akan ada yang bisa menggantikannya di hatiku," jawab James dengan tegas. Seakan memberi pernyataan secara tak langsung jika dia tak akan pernah bisa membalas perasaan wanita manapun yang akan mencintainya.

Liana tertegun untuk sesaat ketika mendengar suara laki-laki yang masih terus menjawab pertanyaan pewawancara tersebut.

"Kenapa suaranya terdengar tak asing bagiku?" gumam Liana.

Liana berjalan sedikit mendekat ke arah kerumunan para wartawan dan beberapa gadis-gadis muda yang jumlahnya cukup banyak untuk sekadar melihat wajah laki-laki yang sedang diwawancara tersebut.

Liana berputar ke arah depan, saat melihat wajah aktor yang sedang diwawancara, kedua matanya terpaku pada sosok itu dan tidak bisa mempercayai penglihatannya.

"James?" ujarnya pelan.

James menutup kedua matanya. Dia merasakan kehadiran yang tak biasa didekatnya. Aroma yang sama, yang tak asing lagi bagi dirinya. Dia tahu, seseorang yang baru saja dimaksud olehnya ada tak jauh darinya.

'Liana, akhirnya!'

"Ke-kenapa bisa seperti ini? Jadi aktor itu, dia?"

"Baiklah, saat ini aku harus bertemu dengan seseorang. Lain waktu kita bisa melanjutkan lagi sesi wawancara ini. Semoga kalian mendapatkan berita yang cukup tentangku hari ini," ujar James lalu membubarkan rombongan yang semakin lama semakin bertambah jumlahnya.

James berjalan mendekati Liana yang masih terpaku di tempatnya, bergeming tanpa mampu menggerakkan tubuhnya. Rasa terkejut di wajah Liana terlihat begitu jelas.

Para wartawan dan beberapa  orang yang memilih untuk tak beranjak, menyaksikan adegan tersebut. Di mana James perlahan mendekati Liana.

"Kita bertemu lagi, Liana?"

Mulut Liana seakan terkunci, dia tak menjawab sapaan James padanya.

Sembilan belas tahun?

Ya, sembilan belas tahun dia menghilang dan memutuskan pergi dari kehidupan James. Lalu hari ini, dengan jelas James telah berdiri di hadapannya. Tak ada yang berubah, mereka masih abadi seperti sebelumnya.

"J-James, jadi kau?"

"Apakah ini suatu kebetulan?" tanya James.

"Kurasa ... mungkin suatu kebetulan. Apa kau aktor dari Aiden Enterprise?"

"Benar. Apa kau datang untuk menemui Aiden?"

"Aku ... sedang tak bermimpi, kan?"

"Kalian boleh bubar, aku ingin berbicara dengan kawan lamaku," ucap James dengan sopan meminta kerumunan itu untuk segera membubarkan diri. Dia tak ingin mereka mendengar percakapannya dengan Liana.

"Kau tak bermimpi Liana, ini memang aku. Seseorang yang kau janjikan untuk bersama selamanya, tapi pada akhirnya kau membuangku!"

"Ti-tdak seperti itu, James. Kau tahu alasannya, aku—"

"Sudah, saat ini aku tak ingin mendengar alasanmu. Kurasa keperluanmu bukan hanya ingin menemuiku. Mari ... kubawa kau bertemu Produser Aiden dan Sutradara Harper. Mereka sedang menunggumu ruang pertemuan," potong James pada kalimat Liana.

Dia sedang tak ingin menunjukkan sisi sentimentil dirinya. Meski dia tak bisa mengingkari jika dirinya begitu merindukan Liana saat ini.

Liana baru menyadari, tak heran semalam dia merasakan sesuatu, dan aura yang dirasakannya saat itu memang aura yang sangat dikenalnya.

James sama sekali tak berbicara banyak padanya, mereka terlihat canggung dan asing satu sama lain.Wajah James terlihat begitu dingin padanya, sikapnya pun acuh seakan dirinya memang bukan siapa-siapa lagi bagi James.

"Maafkan aku," ucap Liana pelan dan kalimat itu dengan tulus dikatakannya.

"Tak ada yang perlu dimaafkan. Selesaikan urusanmu, hubungan kita adalah hubungan profesional. Maaf, jangan melibatkan perasaan dalam urusan ini. Aku tak ingin pekerjaanku menjadi hancur hanya karena masa lalu yang sekarang tak ada artinya lagi!"