Merle dan Jerk tertawa bahagia saat malam tiba ternyata malah memuluskan rencana Jerk untuk mengajak Merle pergi ke acara Valentin yang dia janjikan.
"Hihihi, aku tidak menyangka bisa menerobos jendela di tengah malam begini, Jerk! Rasanya jiwaku sangat lepas. Aku sangat bahagia!" Tawa Merle bersemangat.
"Haha! Aku juga terkejut kamu bisa melakukan pelanggaran. Padahal aturan itu sudah empat tahun kamu pegang erat, percayalah padaku. Kehidupan di luar sangat menyenangkan. Kamu pasti suka!" sahut Jerk sambil menggenggam erat tangan Merle yang sudah kedinginan.
Mereka hanya memakai penerangan berupa lampu minyak. Lampu yang berbentuk wadah berisi minyak dan memiliki corong di mana ditempatkan sumbu untuk mengontrol kecepatan pembakaran dan menjaga api dari pembakaran di seluruh permukaan minyak, ditutup sebuah tabung kaca tipis tembus pandang.
"Aku juga senang kau percaya kepadaku. Tenang saja, hutan ini aman, meskipun malam begitu gelap, tapi semua akan baik-baik saja," ucap Jerk lembut menenangkan hati Merle yang tampak gugup.
"Apakah kita datang ke acara Valentin, Jerk?" Merle masih meragu.
"Tentu saja, acara itu setahun sekali. Acara yang sangat menyenangkan," balas Jerk.
"Tapi ... aku tidak punya kado, kau bilang acara bertukar kado?"
"Tenang saja, aku sudah menyiapkan kado untukmu. Satu buatku dan satu buatmu." Jerk menyerahkan sebuah kotak kado yang Merle tidak tahu apa isinya.
Merle tidak ingin tahu isi kado itu atau isi kado milik Jerk. Yang ia rasakan begitu berbinar-binar haru untuk saat ini saking gembiranya.
Dia pertama kali melanggar aturan, jiwa mudanya bergolak serta rasa ingin tahunya terhadap dunia luar begitu besar. Mereka berjalan dengan semangat untuk acara yang terdengar sangat menarik menurut cerita Jerk. Tentu saja Merle pergi saat semua pelayan penjaga itu tengah pulas. Jerk juga berjanji akan memulangkan Merle sebelum pagi agar tidak ketahuan.
Gegap gempita sebuah tempat yang cukup besar disertai dengan halaman yang luas dihias bunga begitu indah berwarna-warni. "Benar yang Jerk bilang, tempat ini begitu meriah dan bagus. Begitu banyak orang yang sedang berbahagia dan mereka semua, sebagian besar berpasangan," gumam Merle dalam hati berbunga-bunga.
"Tolong tutup sebagian wajahmu dengan kain ini," perintah Jerk seraya menyodorkan selembar kain.
"Kenapa, Jerk?" Merle keheranan.
"Hei lihat! Tukang kayu itu membawa siapa? Palingan anak tukang urut. Hahaha!" celetuk seorang anak lelaki ketika Merle dan Jerk melewatinya.
"Hahaha, kalau bukan ya, putri tukang potong kayu, siapa lagi yang mau pergi bersamanya?" celoteh yang lainnya membuat Merle tidak nyaman. Wajahnya ia tutup kain dari hidung hingga dagu sesuai permintaan Jerk.
"Siapa Jerk? Mereka menghinamu?"
"Biarkan saja, mereka tong kosong nyaring bunyinya. Anak-anak bangsawan, tapi minim adab." Jerk terus berjalan melewati mereka.
Mata Jerk dan mata mereka saling bertatapan sinis. Merle menatap mereka pula karena penasaran, tetapi sambil menunduk malu. Dia baru kali ini datang ke sebuah acara di keramaian seperti ini, dari kecil seingat Merle jika ada acara atau penyambutan besar di istana Dhemous, Merle selalu disembunyikan di dalam kamar. Dia tumbuh menjadi gadis yang penakut, pemalu, dan jiwanya terkekang.
Kini jiwa itu bagai burung yang terlepas dari sangkar emas. Bebas, lepas, lega dan itu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bahkan setiap nafas serta setiap langkahnya tak bisa berhenti dihiasi senyuman yang mengembang.
Semua orang yang hadir penuh dengan canda tawa, banyak juga dihiasi suasana harunya cinta dan kasih sayang. Semua nampak menikmati acara ini.
"Acara siap dimulai! Semua dimohon untuk memasuki altar!" Semua orang yang hadir berbondong-bondong memasuki ruangan itu sambil menggandeng pasangan yang sudah dibawa mereka. Tak terkecuali Merle. Tanpa ia sadari juga sedang digandeng oleh seorang anak lelaki.
"Dia teman, Merle. Dia anak yang baik dan mau repot mengajak pergi untuk menyenangkanmu!" bantah Merle dalam hati ketika dirinya tetiba saja tersipu malu melihat banyak orang yang saling mengekspresikan perasaan mereka.
Ada yang saling berpelukan, ada juga yang saling bersenda gurau malu-malu, ada yang berdansa dan banyak lagi yang saling memberikan perhatian.
"Acara akan dimulai, semua akan berdansa," ucap Jerk bersemangat.
"Aku mau duduk saja, Jerk. Aku tidak bisa berdansa dan aku tidak pernah melakukannya!" Merle mengerutkan dahi.
Pemandu acara sedang mengadakan kata penyambutan dan mempersilahkan para peserta acara untuk menikmati hidangan dan suasana Valentin yang terlihat sangat mewah dan sempurna ini, lalu menyambut acara-acara selanjutnya.
Jerk tertawa puas. Dia juga memiliki niat untuk memamerkan gadis cantik yang ia bawa ke acara ini adalah gadis yang sempurna melebihi para gadis yang pernah ia temui. Dia ingin membuat semua yang melihatnya terpana dan tersirat tanda tanya melihatnya bergandengan dengan gadis bak seorang putri raja.
Jerk mulai berbisik kepada Merle untuk membuka ikatan penutup wajahnya tadi, ia juga meminta untuk membuka tudung kepalanya. Merle yang tidak berfirasat apa-apa itu menurutinya. Merle diajak berjalan oleh Jerk menuju depan dari posisi awal melewati semua yang di awal acara telah mengejek Jerk.
Pesona kecantikan Merle menghipnotis semua pasang mata yang ada. Kulit putih nan mulus, seta tubuh yang tinggi semampai benar-benar ideal dipadu dengan gaun yang super indah dengan bahan yang tidak tampak biasa, gaun itu terlihat mahal dan membuat banyak para gadis yang hadir saling berbisik dan berdecak kagum. Dia memang seorang putri, putri Merle Celosia dari kerajaan Dhemous yang besar. Tentu kulit dan kecantikannya terawat dengan sempurna.
Dia tidak pernah melakukan pekerjaan rumah apalagi pekerjaan kasar, tidak heran jika dia begitu cantik. Tatapan matanya yang sayu karena malu berhadapan dengan banyak orang membuatnya terlihat lembut dan santun. Banyak pria melotot disertai mulut yang menganga karena takjub dengan kedatangannya.
"Merle yang cantik jelita, Jerk si pencari kayu ini dengan tulus menyatakan telah jatuh cinta kepadamu, maukah kamu menjadi pasanganku dimulai dari acara ini?" Jerk tiba-tiba berlutut sambil meraih tangan Merle lalu mencium punggung tangan itu.
Tentu hal ini membuat orang-orang membelalakkan mata. Jerk, pria yang dikenal lusuh dan tidak terawat itu tiba-tiba melamar seorang gadis rupawan. Ditambah lagi ia tidak pernah terlihat bermain bersama seorang gadis.
"A-apa maksudmu? Apa itu jatuh cinta?" Merle kebingungan dengan tingkah Jerk.
"Jatuh cinta adalah dua manusia saling memberikan kasih sayang dan perhatiannya."
Berbarengan dengan ucapan si Jerk itu, seketika muncul sebuah kilatan cahaya yang sangat menyilaukan mata, disusul suara desingan yang memekikkan telinga, membuat semua yang menyaksikan menutup mata dan alat pendengaran mereka. Mereka berusaha menggosok mata karena ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Jerk dan Merle juga terkesiap menyaksikan keanehan ini. Sebuah lorong besar dan gelap terbuka tepat di atap tempat mewah ini.
"AAAAAAAA!"
Merle terseret ke dalam lorong hitam secara gaib dan semua orang membelalakkan mata tak percaya.
"MERLEEEEE!"
Dia lenyap, dia hilang entah ke mana bersama dengan tertutupnya lorong hitam yang semula ada.