Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Hembusan Lara

WentyOktaria
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.7k
Views
Synopsis
"Aku bukan pelakor!" Ucap Jelita. Ia tidak suka jika dirinya dianggap sebagai wanita penghancur rumah tangga orang lain. Jelita tidak tahu kalau ternyata Adrian sudah beristri. Ia merasa di jebak oleh laki - laki yang sudah memberikannya satu orang anak itu. Pantas saja Adrian sering tiba - tiba pergi tanpa kabar. Ketika Jelita meminta pertanggungjawaban Adrian sebagai seorang suami dihadapan istri pertamanya, ia malah tidak menganggap Jelita sebagai istrinya, Jelita dan anaknya malah di sia-siakan. Bagaimana nasib Jelita selanjutnya?

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Menantimu Pulang

Jelita sudah melahirkan anak laki - lakinya, anak itu ia beri nama Alby Dary Revano, anak yang sangat tampan, perpaduan wajah Bunda dan Ayahnya, bibirnya yang mungil mirip Bundanya, matanya yang sedikit sipit juga mirip Bundanya, sedangkan hidungnya yang mancung mirip Ayahnya. Jelita bahagia, akhirnya ia bisa merasakan menjadi seorang istri, juga seorang ibu, walaupun ia berada jauh dari suaminya. Saat ini Jelita dan Alby tinggal dirumah kontrakan yang tidak besar, yang terpenting bisa membuatnya nyaman.

Owee... Owee...

Baru saja Jelita ingin menjemur pakaian, tapi Alby sudah menangis, Jelita terpaksa meninggalkan pekerjaan rumahnya itu, lalu ia beranjak ke kamar, ia gendong bayi laki - lakinya itu dan langsung ia susui.

Sebagai ibu yang baru, Jelita belum mengerti banyak hal, makanya ia sering ditemani oleh Ibunya, Ibunya yang membantu memandikan bayinya, Ibunya yang membantu menjaga bayinya, Ibunya yang membantu menggendong - gendong bayinya. Hal itu dilakukan agar Jelita tidak mengalami syndrom baby blues yang sering terjadi pada wanita yang baru melahirkan anak pertamanya, karena suaminya yang bernama Adrian bekerja diluar kota, suaminya itu pulang seminggu sekali. Terkadang Jelita merasa kesepian, namun sudah menjadi konsekuensi yang harus ia terima mempunyai suami yang bekerja jauh darinya. Pernah suatu saat Jelita mengatakan keinginannya untuk ikut tinggal diluar kota, namun suaminya itu tidak mengizinkannya. Mas Adrian mengatakan, biaya hidup di kota tempat ia bekerja sangat mahal, jadi Jelita belum bisa tinggal di kota tersebut.

Harusnya dari minggu lalu Mas Adrian sudah pulang ke rumah namun sampai minggu ini ia belum juga pulang. Jelita sudah menghubunginya, tapi suaminya itu hanya mengatakan bahwa ia masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan. Sebenarnya Jelita butuh sosok suami yang bisa selalu berada disampingnya, karena seorang ibu yang baru melahirkan, akan lebih tenang jika berada didekat suaminya, bisa sama - sama mengurus buah hati mereka. Namun itu semua hanya berada dalam angannya saja, kenyataannya suaminya tidak bisa selalu ada.

Jelita mengecek mutasi pada mobile banking miliknya, belum ada uang pemberian suaminya, padahal ia harus membayar listrik, membayar kontrakan dan biaya kebutuhan sehari - hari lainnya. Tidak biasanya Mas Adrian telat mentransfer uang pada istrinya itu.

***

Jelita masih menunggu kepulangan Mas Adrian, sampai hari ini tidak ada kabar juga darinya. Ia sudah mencoba menghubunginya beberapa kali namun tidak ada jawaban. 'Kemana suamiku?' Batin Jelita.

Terlalu memikirkan keberadaan Sang Suami, membuat Jelita stres, bahkan sampai asinya berkurang. Alby pun beberapa hari ini menangis terus.

"Mas Adrian kemana ya, Bu?" Ucap Jelita pada Ibu yang sedang menemani putrinya yang baru melahirkan ini.

"Coba kamu hubungi lagi!"

"Sudah berkali - kali, tapi hpnya tidak aktif."

Jelita khawatir dengan suaminya itu, takut terjadi apa - apa padanya. Namun ia masih berpikir positif, ia yakin Mas Adrian akan kembali ke rumahnya.

"Assalamualaikum..."

Ada yang mengucapkan salam, Jelita langsung melihatnya. Betapa gembiranya ia, ternyata yang datang adalah Mas Adrian. Jelita langsung memeluk suaminya itu, rasa haru menyelimuti pertemuan mereka. Karena yang selama ini ditunggu kepulangannya, akhirnya kembali juga.

"Kamu kemana sih, Mas?" Tanya Jelita dengan nada sedikit manja.

"Aku banyak kerjaan, jadi baru bisa pulang sekarang."

"Nomor hpmu kenapa ga aktif?"

"Eee... hp aku kemarin itu rusak." Jawab Mas Adrian dengan terbata.

"Oh!"

Tidak ada kecurigaan sama sekali dalam benak Jelita, karena Mas Adrian adalah sosok laki - laki yang penyayang dan bertanggung jawab, ia yakin suaminya ini tidak akan berbuat yang macam - macam di luar sana.

Setelah mencuci muka, tangan dan kakinya, Mas Adrian menggendong Alby, ia rindu sekali dengan bayi mungilnya ini. Setelah digendong cukup lama, Alby pun tertidur di pangkuan Sang Ayah.

"Mas, aku dan Alby ikut ke luar kota ya!" Pinta Jelita dengan wajah memelas.

"Kamu kan tau sendiri, gaji aku belum naik. Untuk hidup di luar kota biayanya mahal, aku belum bisa mengajak kamu dan Alby untuk tinggal disana bersamaku."

"Iya, Lita! Benar kata suamimu, biaya hidup diluar kota itu mahal. Jadi lebih baik kamu tinggal disini, toh disini kan ada Ibu dan Bapak yang setiap hari bisa menjaga kamu dan Alby." Tutur Ibu.

Tetap saja Jelita lebih membutuhkan sosok suaminya yang bisa menemaninya. Jelita ingin Alby pun dekat dengan Ayahnya. Namun sepertinya harapan Jelita untuk tinggal diluar kota tidak akan pernah terwujud. Ia harus mengubur mimpinya untuk bisa tinggal bersama suaminya itu.

Ibu langsung beranjak ke dapur untuk memasak karena kedatangan menantunya yang sangat ditunggu - tunggu ini.

Drrttt... Drrttt...

Benda pipih milik Mas Adrian yang tergeletak di meja ruang tamu bergetar, Mas Adrian sedang merebahkan tubuhnya diatas kasur menemani Alby yang sedang tidur. Jelita yang sedang menyapu lantai melihat ponsel milik suaminya itu, dilayar ponsel itu tertulis nama 'Cinta ' hati Jelita bertanya - tanya, siapa kontak yang ia beri nama 'Cinta' itu? Ketika Jelita ingin mengangkat panggilan tersebut, panggilannya sudah berakhir, ia telat mengangkatnya.

Jelita ingin membuka ponsel suaminya tersebut, karena ia sangat penasaran dengan kontak yang ia beri nama 'Cinta' tapi Jelita tidak tahu password ponsel suaminya itu.

Jelita tidak ingin merusak suasana pertemuan dengan suaminya itu karena kecurigaannya, Jelita berusaha meredam rasa penasarannya itu. Dengan gaji Mas Adrian yang hanya cukup untuk kebutuhan keluarga dan membayar cicilan mobilnya, Jelita berpikir tidak mungkin rasanya jika Mas Adrian selingkuh, lagi pula mereka belum lama menikah, masalah dalam rumah tangga yang menimpa pun belum ada, apalagi rasa bosan, yang Jelita rasakan hanya rindu yang mendalam terhadap suaminya itu. Karena biasanya perselingkuhan itu dipicu oleh rasa bosan terhadap pasangan bagi yang sudah menikah lama.

Jelita bertemu dengan Mas Adrian sekitar dua tahun yang lalu, ketika itu Jelita sedang berangkat ke kantornya dengan mengendarai sepeda motor miliknya, lalu ketika Jelita ingin belok ke arah kiri, mobil Mas Adrian sedang melaju dari arah yang berbeda, seketika mobil Mas Adrian mengenai motor yang dikendarai oleh Jelita, Jelita pun jatuh. Orang - orang disekitar menolongnya, lalu Mas Adrian membawa Jelita ke klinik terdekat, alhamdulillah luka yang Jelita alami tidak parah. Dari situlah awal mula perkenalan mereka, mereka saling bertukar nomor ponsel, lalu mereka sering bertemu untuk sekedar ngobrol. Dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja, akhirnya tumbuh rasa cinta dihati mereka masing - masing, karena Jelita merasa Mas Adrian sosok laki - laki yang bertanggung jawab dan ia juga sangat perhatian. Mas Adrian pun mengagumi sosok Jelita, ia wanita yang cantik, baik dan juga mandiri.

Pada akhirnya Jelita memperkenalkan Mas Adrian pada orang tuanya, kedua orang tua Jelita pun merestui jika mereka ingin ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan. Jelita tidak menyangka secepat itu bisa membuka hatinya lagi setelah ia tersakiti oleh mantan pacarnya yang menduakannya. Proses bagi mereka untuk saling mengenal, tidak berlangsung lama, akhirnya Mas Adrian melamar Jelita.