"LAWES"
Desa Lawes terletak di sebelah utara agak kebarat dari desa Wijonayem. Desa
Lawes membutuhkan empat hari perjalanan mengendarai kuda sampai tiba di desa
Wijonayem. Mempunyai wilayah kecil berada di bawah lereng gunung Lajejer,
disebelah tenggaranya terdapat Tambang emas Kuno, yang dahulunya adalah tambang
milik para leluhur. Dulu namanya tambang Lartojayan, tambang emas yang pernah
mati dihidupkan kembali guna berambisi memenuhi permintaan Lelembut Dhengen
membuat terjadinya perbudakan kejam di gua tambang Lartojayan di Lawes.
Hingga salah satu orang penambang bernama Hartoko sekarat didalam gua tambang, dia yang sakit demam menahan lapar dan juga kelelahan kehabisan energy. Didalam gua yang remang berwarna orange,
berudara sedikit lembab, penerangan ublik di dinding atas gua yang berderet jarak antara ublik lainnya sekitar dua meteran menyambung sampai kemulut luar gua. Didalam kerumunan penambang terbaring Tubuh Hartoko yang sedang sakit berat dadanya juga sesak seperti kehabisan nafas semua penambang tampak merenung melihat kawatir keadaan Hartoko.
" Persediaan air kita bagaimana?"
Ucap salahsatu orang penambang kepada penambang lainnya.
" ini tersisa empat kantung"
Jawab penambang lain.
Awalnya penambang yang ada didalam ada lima belas pekerja, tiga orang mati
terbunuh saat mencoba melarikan diri dan yang lain telah mati karena tidak
mampu bertahan hidup didalam gua hingga tinggal tujuh orang pekerja dan kini
Hartoko sekarat.
" Minumlah Har "
Pinta penambang sambil menegukan kantung air ke mulut Hartoko.
Pekerja lain tiba tiba ada yang berlari menuju keluar mulut gua, dengan
pakaiannya yg lusuh agak basah penambang berlari beberapa mil.
Di dalam gua yg gelap, tidak semua ublik menyala ada yang sebagian mati
membuat bagian gua gelap gulita.
" Siapa tadi "
Tanya salah satu penambang ke penambang lain.
" Suryadi"
Jawab penambang
" percuma, kita benar benar tidak tau apa yg harus kita lakukan. Mereka hanya
saja menunggu kita mati, dan memasukan lagi penambang baru"
Ucap penambang yng paling tua diantara penambang lain.
Selang sekitar lebih dari satu jam,
Setiba penambang yang lari meninggalkan kerumunan penambang lain yang sedang
mengrumuni Hartoko yang sedang sakit, mendekati mulut gua, Di hadangnya
Beberapa prajurit penjaga gua membawa tombak dan lainnya memegang pedang yang
siap menebas.
" Tolong.. tolonglah.."
Teriak penambang sambil berlari menuju mendekati prajurit penjaga.
" Tolong kami .. semua kelaparan .. kebanyakan mereka sakit "
Berlarilah beberapa penjaga menuju penambang yang sedang berlari dari dalam mulut gua kemudian ditahan seraya dengan cepat memegang kedua tangan penambang
" Tolong .. saya mau mengambil obat dan makanan saja di desa.. tolongah.."
Ucap penambang dengan suara keras memberontak berusaha melepaskan cengkraman dari prajurit menuju mulut gua.
" kembalilah kesana sebelum kamu kehilangan kepala"
Jawab prajurit penjaga dengan suara tegas.
Sambil mendorong dorong memberontak ingin keluar Penambang itu dengan harap
menyentuh sinar matahari, dilihatnya dari agak jauh terlihat langit biru dengan
awan yang bergaris lembut dan juga beberapa balista panah tombak mengarah mulut gua, sangat menginginkan keluar.
"Ijinkan saya keluar.... saya hanya saja mau mengambil obat dan makanan dan
pasti akan kembali.."
Semakin eratlah para prajurit mengenggam penambang itu sambil mendorong
membawanya menjahui mulut gua.
Sambil mendorong memberontak mencoba melangkahkan kakinya dari cengkraman
para prajurit, tiba tiba terasa sakit di punggung si penambang, hingga dia berteriak kesakitan tidak tahan merasakannya yang ternyata pedang menembus dadanya dari belakang.
Dilihatnya pucuk pedang besi berlumur darah dari tengah tengah dadanya.
Mengerang kesakitan penambang itu sambil mengangkat kepalanya yang kemudian
semakin lemas sampai berujung kekurangan nafas, dadanya terasa perih karena tusukan pedang membuat penglihatannya yang melihat langit biru bergariskan awan putih semakin berkurang dan menjadi buram, kurang dari semenit hingga sampai menundukan kepalanya penambang itu meninggal dalam cengkraman prajurit
di dalam dekat mulut gua.
Didalam gua Hartoko membuka matanya, dengan nafas yang panjang dia mencoba
sadarkan diri.
" apakah kamu mau minum lagi ? "
Tanya penambang yang di dekat Hartoko terbaring
" Sepertinya waktuku tidak banyak, Seluruh badanku sakit semua"
"Aku ingin kalian semua selamat, dan bisa
keluar dari tambang ini"
Pinta Hartoko dngan nafas panjang panjang.
" Aryo..sebenarnya Ayahku seorang pengrajin akik, ketika aku masih berumur
empat belas tahun sebelum beliau meninggal karena hukuman sanksi yang
menimpanya, beliau memasang susuk padaku di leher belakang"
Gumam Hartoko menyatakan kepada Aryo penambang paling tua yang juga di
dengarkan oleh penambang lainnya duduk disamping Hartoko berbaring.
" Susuknya akan keluar ketika aku mati, maka dari itu gunakan susuk ini "
Terang Hartoko memberi tahu
" Kenapa dengan susuk yang keluar dari tubuhmu Har ?"
Tanya Aryo kepada Hartoko terkejut dengan pemeritahuan itu
" Mendiang Ibuku juga memberitahu, kalau susuk ini bisa digunakan dengan
berhubungan apa yang telah dipasang pada Susuk ini"
Hartoko menjelaskan sambil menatap Aryo
" Aku belum jelas bagaimana susuk yang keluar dari tubuhmu"
Jawab Aryo
Dari samping salah satu orang penambang lain yang agak gemuk memiliki perut
buncit bergerak mendekati Hartoko berbaring
" Apakah kamu tahu bagaimana bentuk susuk yang terpasang padamu?"
Tanya penambang gemuk kepada Hartoko.
" Sesuatu yang berbentuk melingkar seperti berlubang, tapi susuk ini akan
bekerja setelah aku meninggal"
Jawab Hartoko
" Lantas kenapa ayahmu memasang susuk di belakang lehermu "
Tanya Aryo penasaran sebenarnya apa yang terjadi.
" Aku tidak tahu lebih, hanya saja kedua orang tuaku memberi tahu sebelum
mereka meninggal"
Jelas Hartoko kepada semua penambang.
" Kita tidak tahu apa yang kita lakukan dengan susuk itu dengan jelas, maka
dari itu bertahanlah kau, kita akan mencoba menggali gua bagian atas lagi dan
siapa tahu kita akan menemukan celah keluar"
Terang Aryo ke Hartoko
"Sudah banyak yang tertimbun Ar.. hanya itulah pesanku, semoga kalian beruntung"
Kata Hartoko dengan nafas yang terputus putus..
" Ayolah Har.."
Pinta Aryo sembari menundukan kepalanya cemas. Dan juga penambang penambang
lainnya ikut cemas melihat Hartoko dalam keadaan kritis bernafas setengah
setengah. Dengan memegang telapak tangan Hartoko, Aryo seakan akan belum rela dengan kepergian Hartoko. Hingga pada saatnya dengan pelan Hartoko menghembuskan nafas terakhir, Suasana berubah haru didalam gua remang bercahaya api api kecil ublik, Semua penambangpun sedih dengan pandangan merunduk.
" Selamat jalan "
Ucap Aryo kepada Hartoko sembari diikuti mengulang penambang lainnya
Dengan sedikit prihatin Aryo melepaskan tangannya dari telapak tangan Hartoko
tiba tiba terdengar seperti suara ledakan yang bersumber tepat dibelakang leher Hartoko yang telah meninggal membuat semuanya kaget yang juga mengakibatkan tanah disekeliling Hartoko terbaring tercipta garis garis lingkaran tampak gosong sedikit mengeluarkan asap juga lantai gua retak.
Mengetahui itu segeralah tangan Aryo meraba menggerakan pelan menuju bagian
belakang leher Hartoko yang sudah meninggal membujur tergeletak. Tangan Aryo tersentuh sesatu benda Berbentuk cincin tidak berpermata berwarna kuning
keemasan tebal memipih tergeletak di bawah leher Hartoko terbaring meninggal dunia.
Lalu diambilnya cincin itu mendekati muka Aryo. Di bolak balikannya
benda itu dengan penasaran oleh Aryo, serta penambang lain bergerak mendekati
Aryo dengan penasaran.
" Sebuah Cincin "
Gumam Aryo kepada semua penambang
" Haruskah anda memakainya Aryo? Agar nantinya tahu apa yang terjadi?"
Tanya salah satu penambang lain
" Kamu tahu sendiri kata Hartoko, benda ini akan bekerja setelah dia meninggal"
Terang Aryo kepada semua penambang yang masih duduk duduk disekitar Hartoko
berbaring.
" Dia mengatakan kinerjanya dengan menghubungkan benda lain"
Ucap penambang gemuk
" Bagaimana maksudnya itu"
Tanya Aryo
Penambang Gemuk beralih mendekati Aryo yang sebelumnya di depannya di aling
alingi tubuh Hartoko.
" Coba lihat bagian penjepit permatanya."
Ucap penambang gemuk kepada Aryo yang masih memegang Cincin tebal didekat
mukanya serta diikuti beberapa penambang lain menambah serius mendengar
percakapan Aryo dan penambang Gemuk.
" Tidak ada permatanya "
Ucap Aryo
" Iya saya kira kinerjanya dengan menghubungkan benda lain"
Kata Penambang gemuk
" Dengan Jari? Apakah salah satu dari kita harus memakainya?"
Tanya Aryo
" Coba saja .. saya juga tidak tahu bagaimana cincin itu"
Sudah lebih dari tiga bulan para penambang terjebak di gua ini, mereka
kebanyakan kelaparan semua, hanya seperti sisa sisa energi yang dirasakan oleh
para penambang sampai bisa mampu bertahan hingga saat ini.
Dengan begitu Aryo pun menempelkan cincin ke telunjuk jari kirinya hingga
masuk kedalam jari dan mengepalkan tangannya. Semua penambang tampak penasaran sambil melihat kearah Tangan Aryo dan mukanya. Aryo pun sedikit heran dan penasaran apa yg akan terjadi, sambil memutar mutar kepalan tangannya diarahkan agak keatas.
" Tidak terjadi apa apa, aku tidak merasakan perbedaannya pada diriku"
Kata Aryo sambil memutar pandangannya ke semua penambang
" Pak Aryo.. ketika anda lihat coba lihat bagian penjepit permatanya...
bukankah itu seharusnya ada permata?, lantas kenapa cincin itu kosong??"
Tanya jelas seorang penambang lain
" Ketahuilah kata Hartoko,
kinerjanya dengan menghubungkan benda lain"
Sahut Penambang gemuk
" Jadi maksudnya kita harus memasang permata di penjepit cincin ini?"
Tanya Aryo
" Tapi dimana kita mendapatkan permatanya? Apa kita harus menggali banyak untuk mencari, siapa tahu menemukan permata?"
Ucap Penambang gemuk kepada semua penambang
" Ayo kalau begitu .. jikalau memang itu kinerjanya sehingga membantu kita
bisa menghilang atau bisa jadi kuat hingga mengalahkan semua prajurit, saya
siap menggali lagi sampai menemukan permata di gua ini..."
Ucap Penambang lain bertubuh kurus tinggi
Sambil berdiri dari duduknya
" Bagaimana Nas? "
Tanya Aryo kepada Penambang Gemuk
" Tidaklah salah apabila kita belum mencoba"
Jawab Penambang Gemuk sambil beranjak
berdiri dari duduknya.
" Mari kawan kita habisi gunung ini"
Ajak penambang gemuk ke semua penambang yang masih duduk duduk di sekitar tubuh Hartoko meninggal terbaring, melangkah menuju tergeletaknya beliung
besinya dan berjalan menuju dinding Gua dan memulai mencangkul dinding Gua
dengan beliung besi yang tidak lama kemudian diikuti oleh semua penambang.
Semua penambang berpencar
memulai menggali dinding Gua. Dan disusul Aryo beranjak berdiri menjauhi tubuh
Hartoko yang masih tergeletak diatas tikar goni sudah meninggal. Ketika dia berjalan menuju dinding gua menghampiri lainnya yang sedang menggali, dan bersiap siap mencari batu permata bersama.