"Selamat, ya, Bulan. Kamu kini sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan selama ini. Posisi yang sudah lama kamu idamkan. Kamu berhasil mendapatkannya sekarang," ujar Dinda memberikan ucapan selamat pada Bulan atas keberhasilannya.
"Iya, terima kasih, ya, Din. Ini semua berkat dukungan kamu juga. Kamu sudah mau menemaniku dan mendukungku sejak dulu sampai sekarang. Terima kasih banyak, ya."
Ucapan selamat, datang silih berganti untuk Bulan. Ia tampak sangat senang, merasakan teman-temannya yang ikut bersuka cita menyambut kenaikan jabatannya. Tiba-tiba datang sosok laki-laki yang merupakan kekasihnya Bulan. Pria bernama Deva itu datang menghampiri sembari membawa bunga.
Bulan senang sekaligus tersipu malu. Ia merasa bahagia melihat perlakuan Deva yang membawakannya setangkai bunga. Hingga tiba-tiba Deva memberikan bunga itu justru bukan kepada Bulan melainkan pada Dinda. Bulan seketika kecewa melihat hal tersebut. Ia lantas menegur keras Deva atas kelakuannya. Ia merasa dikhianati oleh Deva.
"Kamu apa-apaan, sih, Dev?! Apa maksud kamu ini?"
"Maksud? Maksud apa? Kami berdua, kan, memang โฆ."
Kringg โฆ. Kringg โฆ. Drtttt โฆ. Drttt โฆ.
Alarm dari ponsel Bulan berbunyi. Membangunkan ia dari mimpinya. Bulan tersadar dengan perasaan campur aduk. Senang dan kecewa jadi satu.
"Syukurlah, hanya mimpi. Aku kira benar terjadi," gumamnya sembari menyeka keringat di dahi.
Ia mematikan alarm di ponselnya. Dirinya duduk di tepian ranjang. Melamun sejenak memulihkan rasa sadarnya. Menyingkirkan rasa kantuk yang masih tersisa. Bulan kemudian bangkit, ia berjalan menuju ke jendela kamar. Membuka jendela kamarnya, membiarkan sinar mentari pagi menyelinap memenuhi ruang kamarnya. Udara pagi terasa begitu menyejukkan.
Dirasa cukup untuk menikmati suasana pagi. Ia lantas menuju ke kamar mandi untuk segera bersiap berangkat kerja. Bulan segera berangkat ke kantor begitu semua persiapannya telah selesai. Ia menaiki bus untuk menuju ke kantor. Meski memiliki kendaraan pribadi, ia lebih memilih menaiki kendaraan umum. Melihat banyak orang berdesakkan di dalam bus adalah hal yang menyenangkan baginya. Membangkitkan semangat pagi untuknya. Tidak ada alasan malas dalam bekerja. Banyak orang yang berjuang keras untuk pekerjaan mereka.
Hari ini kenaikan jabatannya Bulan. Ia resmi menduduki jabatan baru sebagai seorang manager di perusahaannya. Posisi yang selama ini ia idamkan. Kerja kerasnya membuahkan hasil pada akhirnya. Ia mulai bekerja sebagai manager hari ini. Antusias dan rasa tak sabar sejak tadi menggebu di dalam dirinya. Tak sabar untuk segera tiba di kantor.
"Semuanya terlihat biasa saja. Tidak ada tanda-tanda perayaan sepertinya. Tidak ada yang senang sepertinya dengan promosi jabatanku. Ah sudahlah! Aku terlalu berharap. Ternyata hanya di dalam mimpiku saja mereka tampak antusias," gumam Bulan ketika tiba di kantor dan melihat suasana kantor yang tampak hening. Semua karyawan fokus pada pekerjaan dan urusan mereka masing-masing.
Bulan berlalu menuju ke ruangannya. Ia agak heran tapi mencoba menyangkalnya. Mungkin saja mereka memang benar-benar sibuk. Tak terlalu penting memberikan ucapan selamat atau membuat perayaan kecil-kecilan untuknya. Tidak ada yang lebih penting selain kontribusi maksimal untuk perusahaan.
Begitu setibanya ia di depan pintu ruangannya. Ia mulai merasakan sesuatu yang janggal. Perasaannya seolah tahu akan ada sesuatu terjadi padanya. Ia lantas mencoba menapik perasaan itu dan segera membuka pintu ruangannya. Begitu ia masuk ke dalam ruangannya tiba-tiba โฆ
"Surprise!!!" teriak Dinda menyambut Bulan yang masuk ke ruangannya. Diikuti karyawan lain yang merayakan.
Bulan terharu melihat perayaan yang dibuat oleh Dinda. Ia tak menyangka kalau masih ada yang ingat dan senang dengan pengangkatannya sebagai manager baru di perusahaan ini.
"Ya ampun! Terima kasih banyak, Din. Aku nggak nyangka banget kalau kamu bakal buat perayaan seperti ini. Aku benar-benar terharu, lho. Kamu sudah setia menemaniku dan memberikan dorongan semangat untukku sampai aku berada di titik ini. Kamu benar-benar teman yang baik," ujar Bulan seraya memeluk Dinda.
"Sama-sama, Bulan. Selamat, ya, atas keberhasilanmu mencapai posisi ini. Kamu pantas untuk mendapatkannya," balas Dinda sembari melepas pelukan Bulan.
"Selamat, ya, Bulan. Sekarang kamu jadi manager baru di perusahaan ini. Semoga kamu bisa memberikan kontribusi terbaik dan semaksimal mungkin untuk kemajuan perusahaan ini," ujar salah satu atasannya Bulan yang kebetulan ikut merayakan promosi jabatannya Bulan.
"Iya, Pak. Terima kasih banyak. Saya bisa sampai di posisi ini juga berkat bantuan dan arahan dari bapak. Pokoknya semuanya berkontribusi hingga saya bisa di posisi ini. Terima kasih juga buat kalian semua, ya. Maaf saya tidak bisa mengucapkan terima kasih satu per satu. Kalian luar biasa!" ujar Bulan penuh rasa haru.
Beberapa karyawan memberikan ucapan selamat sekaligus menyalami Bulan. Mereka yang sudah selesai memberikan ucapan, lantas keluar dari ruangannya Bulan. Hingga tinggal Bulan dan Dinda yang masih di dalam ruangan. Tak berselang lama tiba-tiba datang Deva yang merupakan kekasih dari Bulan. Deva datang sembari membawa sesuatu yang ia sembunyikan dengan tangannya.
Bulan merasa terharu dengan tiap kejutan yang ia terima hari ini. Kebahagiaan seolah meliputi hari ini. Di hari pertama bekerja sebagai seorang manager baru di perusahaan. Tentu awal yang bagus ketika menjalaninya dengan perasaan yang bagus dan semangat yang baru.
"Kejutan, selamat naik jabatan untukmu," ujar Deva sembari memberikan bunga untuk Dinda.
Bulan terkejut melihat Deva yang memberikan bunga untuk Dinda. Padahal yang mendapat promosi jabatan adalah dirinya bukan Dinda.
"Lho, Dev? Kamu kenapa memberikan ucapan selamat pada Dinda bukan padaku? Yang mendapatkan promosi naik jabatan kan aku bukan Dinda." Bulan menegur perilaku Deva yang salah memberikan ucapan dan kejutan.
Dinda segera mengambil paket bunga yang diberikan padanya. Ia lantas memberikan segera kejutan itu untuk Bulan.
"Ini memang untukmu, Bulan. Deva memang suka bergurau. Kamu yang mendapatkan promosi jabatan masa aku yang diberikan selamat sama hadiah darinya. Ada-ada saja, kan, hahahaha," kata Dinda sambil tertawa paksa.
Dinda menyikut Deva dengan tangannya. Agar Deva ikut menimpali perkataannya dan membuat Bulan tak mencurigai mereka berdua.
"Ehm, iya, sayang. Hadiah ini sebenarnya buat kamu, kok. Aku tadi hanya bergurau. Lelucon yang aku buat semata-mata buat mencairkan suasana saja, kok. Itu kejutannya buat kamu. Selamat, ya, atas kenaikan jabatanmu. Aku sangat senang mendengarnya juga sangat bangga padamu," ujar Deva terbata-bata menimpali perkataan Dinda.
Bulan mencoba menerima penjelasan dari Deva dan Dinda. Ia menerima kejutan berupa se paket bunga. Ia mencium wangi bunga yang semerbak harumnya. Hingga tiba-tiba ia menemukan sebuah kartu. Di dalam kartu tersebut tertulis ucapan selamat.
"Selamat atas kenaikan jabatannya Dinda sayang. Kok, bacaannya selamat untuk Dinda sayang?" tanya Bulan seraya menoleh ke arah Dinda dan Deva.
Bersambung