Chereads / Lentera Sky / Chapter 3 - Lembaran ketiga

Chapter 3 - Lembaran ketiga

Sky dan Hanin berlari dengan sekuat tenaga untuk menuju kelas hari ini, namun sepertinya hari ini keduanya sedang sial sebab tak sengaja melupakan waktu dan membuat mereka berdua sedikit terlambat masuk ke dalam kelas dengan guru yang sedikit pemarah. Saat keduanya tengah sampai di depan kelas mereka menghela nafas tenang karna ternyata sang guru killer belum saja masuk ke dalam kelas.

"Huft... gue bersyukur banget Bu Diana nggak masuk sekarang. Kalau iyah bisa mati deh gue," ujar Hanin dengan wajah yang sedikit tenang.

"Kalau lo mati gue gimana Nin? Masa sendirian."

Hanin terkekeh, Sky memang sedikit terlihat tidak peduli nyatanya hati milik gadis itu sangat lembut bahkan Sky terlanjur menyukai gadis dengan senyum yang jarang terlihat itu. Sesungguhnya, gadis itu dahulu tak seperti itu katanya. Hanin pernah mendengar itu saat gosip-gosip tentang awal kepindahan Sky ke sekolah mereka. Ya, Sky adalah seorang mahasiswa pindahan yang tanpa sangka Hanin akan mengajaknya untuk terus bersama dan berkenalan. Hanin suka Sky, gadis itu manis dan penurut.

Mereka berdua masuk dan duduk dengan hati yang tenang, tiba-tiba saja sesuatu menganggu pikiran Sky sebab semalaman dia telah selesai menonton sebuah Drama yang membuatnya seolah masuk ke dalam kisah itu juga.

"Gue lagi ngebayangin pangeran datang ke rumah gue," ucap Sky tiba-tiba. Hanin tahu teman nya itu tengah kembali memunculkan pikiran imajinasi nya.

"Kalau ada sih gue juga mau nitip satu pangeran yah Sky, kayaknya seru banget. Terus lucu kalau dia clingy sama kita, kayak gimanapun dia yah aduh bentar kok gue ketularan lo sih?" ujar Hanin seketika setelah berpikir hal yang sama kembali masuk ke dalam dunia nyatanya.

"Mana gue tahu."

Hanin sedikit kesal mendengar ucapan Sky, bagaimana dirinya tidak tertular virus halusinasi jika setiap hari saja teman nya itu selalu membicarakan pangeran yang tidak akan pernah datang hadirnya. Meski begitu, Sky juga tak terlalu percaya dengan adanya dongeng dan kisah fantasy lainnya. Dia tahu, semuanya tak akan pernah terjadi. Tak ada pangeran tampan yang menunggangi kuda layaknya dalam sebuah dongeng.

Awalnya, Sky percaya semua akan menjadi nyata hanya saja ketika umurnya sudah mencapai dewasa akhirnya dia melupakan kepercayaan nya terhadap hal-hal fantasy yang terlihat jauh dari pikiran sekali. Meski terkadang imajinasi nya terus menyuruh Sky untuk percaya tetapi dia tetap dalam pendiriannya.

"Lo ngapain lagi Sky? Jangan bilang mikirin pangeran lagi?" tanya Hanin yang melihat Sky sedang berdiam diri.

"Nggak yah! Dari tadi gue cuman bercanda, lagian mana ada sih pangeran."

"Yeuhh si dodol, tadi ngehalu sekarang nampar orang pake kata-kata," ucap Hanin.

Sky hanya diam mengacuhkan ucapan Hanin. Dia kembali fokus pada lukisan yang akan dia buat untuk pertunjukkan seni yang akan datang. Dia harus memenangkan perlombaan ini, jika dia ingin kembali membuat kedua orang tua nya bangga kepada dirinya. Sky sangat suka ketika dia melihat kedua orang tua nya bahagia ketika dirinya mendapatkan sebuah hadiah ataupun prestasi di sekolah.

***

Mentari telah datang, Sky terbangun dari tidurnya. Semalam dia hendak menyelesaikan lukisan nya hanya saja dia malah ketiduran tanpa sengaja, mungkin karna dirinya lelah seharian pergi dan berjalan-jalan ke luar dengan Hanin. Pagi ini, seperti biasa Sky akan selalu melakukan aktifitas paginya untuk berjalan-jalan pagi menuju hutan di dekat rumahnya.

Sky selalu suka bagaimana pagi hari datang dengan sedikit mentari yang menyinari dan juga udara yang masih enak untuk di hirup. Ia bersiap-siap mengenakan baju olahraga dan turun dari kamarnya. Hal pertama yang dia lihat adalah senyum manis Ibunya, senyum yang selalu dia suka ketika matanya terbuka di pagi hari.

"Pagi sayang, kamu mau kemana udah rapi banget?" tanya Dita Ibu dari Sky.

Sky tersenyum manis, kemudian memeluk Ibu nya manja. Meski umurnya sudah dewasa tetapi Sky selalu menjadi seorang bayi di hadapan orang tua nya. Dia tak akan segan memeluk ataupun mencium kedua orang tua nya ketika dia bahagia.

"Mau jalan-jalan ke deket hutan Bu, aku pergi ya?" tanya Sky setelah melepaskan pelukan nya.

Dita mengelus puncak kepala anaknya penuh sayang. "Iyah, hati-hati di jalan."

Sky tersenyum dia melambaikan tangan yang segera di balas oleh Dita. Ia tersenyum membiarkan punggung gadis itu tak terlihat oleh kedua mata kepalanya, Dita tak pernah memyangka bahwa waktu berputar terlalu cepat. Dia masih merasa bahwa anaknya adalah seorang bayi yang kemarin dia gendong.

Dunia berputar terlalu cepat, hingga dia tak sadar pertumbuhan anak nya terlalu cepat. Dia masih ingat saat di mana seorang bayi menangis karna kelahiran nya, saat seorang anak kecil merengek karna ingin di manja oleh kedua orang tuanya. Sky, gadis yang selalu di harapkan kehadiran nya sejak dahulu sekarang hadir penuh dengan keajaiban di dalam dirinya.

Cepat atau lambat, gadis itu akan mengetahui bagaiamana kejam nya dunia luar. Dita ingin selalu membuat anaknya bahagia, tetapi dia tak mampu menahan kejutan semesta yang terkadang membuat hati pilu membiru. Dita hanya berharap, anaknya akan selalu bahagia meski pun awalnya harus ada luka yang di berikan.

***

Sky berjalan dan menghirup udara pagi hari yang sejuk. Sejak beberapa hari yang lalu pergi dan mengunjungi hutan yang tak jauh dari rumahnya menjadi hobi baru yang menyenangkan baginya. Awalnya dia tak pernah menyangka bahwa pergi menuju luar di pagi hari ini akan menjadi sangat seru. Sky bersenandung sesekali mengikuti melodi dari hewan-hewan yang ada di sekitarnya.

Kicauan burung seolah menghasilkan melodi yang indah di telinga Sky, keduanya saling menimpali seperti mengajak untuk bernyanyi dan menari tanpa sebuah permisi dan izin. Kedua mata Sky tak berhenti untuk memandangan keindahan alam yang ada di sekitar sini. Semenjak dia pergi ke luar, dia telah jatuh hati kepada setiap lukisan nyata yang ada di sekitarnya.

Namun, saat dia tengah memuji lukisan nyata milik semesta. Matanya menangkap sesuatu yang terlampaui indahnya seperti sebuah rumah dan tempat untuk menangkan diri. Sebuah danau yang terlihat sangat jernih dengan pohon besar yang ada di sampingnya. Membuat tempat itu sejuk tak lupa berbagai jenis bunga yang akan memanjakan siapa saja yang duduk di tempat itu. Dengan cepat Sky berlari, menghampiri tempat yang baru saja dia temukan.

"Kenapa gue baru sadar, ada tempat seindah ini? Kalau gue tahu sejak awal gue bakalan terus duduk di sini setiap harinya," gumam Sky lalu membaringkan badan nya di atas kumpulan daun-daun yang membentuk sebuah tempat tidur.