"Aku mengkhawatirkan keadaanmu, Pak," jawab Gladis tegas.
"Semua baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir karena aku sendiri sudah cukup untuk menghadapinya," ujar Daniel datar.
Mengibaskan debu yang menempel di bajunya, Daniel acuh terhadap Gladis. Membuat gadis itu sedikit canggung.
"Sebaiknya kau kembali ke sana dan urus kedua tersangka itu. Di sini biar aku yang mengurus semuanya," perintah Daniel kepada Gladis.
"Tapi..." Belum sempat Gladis melontarkan penolakan, Daniel segera memotongnya.
"Tidak ada tapi. Kembalilah dulu, nanti aku menyusul ke sana," sergah pria itu tegas.
Gladis hendak kembali membantah, namun segera diurungkan. Gadis itu menggigit bibirnya canggung. Antara ingin membantah perintah Daniel atau mematuhi perintah itu. Hatinya bergolak melihat keadaan sang atasan yang penuh luka dan lebam.
"Kenapa kau masih di sini? Pergilah sekarang," usir Daniel saat melihat gadis itu masih berdiri ragu di ujung gang tersebut. "Kalau kau tidak–"