Pagi hari pun telah datang dan suara burung saling bersahutan begitu juga dengan Alona yang telah siap dengan pakaian hitamnya karena dia akan pergi ke makam sang ibu, setelah selesai bercermin lalu dia pun keluar dari kamarnya dan tak lupa kacamata hitamnya yang bertengger di atas kepalanya.
Menuruni anak tangga dan dia melihat semua orang sudah berkumpul lalu Alona pun mengajak Nenek juga yang lainnya. Raut wajah mereka terlihat sedih tetapi tidak dengan ibu dan anak tersebut dia hanya memasang wajah kusutnya dan juga tanpa senyuman.
Masuk ke dalam mobil dan melajukannya menuju pemakaman, Tak butuh waktu lama mobil pun telah sampai di pemakaman umum. Mereka keluar satu persatu dari dalam mobil dan Alona juga telah keluar dari dalam mobil dan membawa seikat bunga kesukaan Nyonya Nesya, sebelumnya Alona tidak tahu bunga apa yang di sukai sang ibu.
Melangkah keluar dengan perasaan campur aduk menjadi satu, sampai di depan pemakaman sang ibu air mata Alona pun jatuh seketika karena sejak lahir dia tidak tahu bagaimana wajah sang ibu hanya foto yang bisa dia lihat dan simpan jika dia merindukannya maka Alona akan memeluk foto tersebut.
Nenek Sasmita pun tak kuasa menahan air matanya dia pun berjongkokdi depan makam sang anak dengan mengusap batu nisan tersebut. Alona pun mulai menaburkan bunga dan menaruh bunga kesukaan sang ibu.
"Mama, ini Lona datang bersama yang lainnya hiks hiks Mama...Lona rindu Mama kenapa Mama begitu cepat meninggalkan Lona bahkan Lona bum bisa merasakan kasih sayang dari Mama" ucap Alona dengan Isak tangisnya.
"Sudahlah sayang kau tidak perlu bersedih lagi, ada Nenek yang menjagamu" mengusap lembut punggung Alona.
Tuan Raul begitu bersalah jika dia mengingat kejadian waktu itu dan membuatnya semakin bersalah karena kesalahannya sendiri. Dan Marina serta Arka hanya berdecak kesal melihat pemandangan seperti itu yang membuatnya semakin bosan.
Berbeda dengan Paman Sam yang turut sedih atas kehilangan Nesya, lalu dia menepuk pelan bahu Alona.
"Paman..."ucap Alona dengan mata yang sudah basah dengan air mata.
Paman Sam pun menarik Alona ke dalam pelukkannya dan membuat Alona semakin menangis kencang.
"Menangislah sayang, lepaskan semua bebanmu karena Paman akan selalu ada untukmu" memeluk erat Alona.
Alona masih saja menangis, sepersekian detik kemudian setelah semua perasaannya kembali tenang barulah dia melepaskan pelukkannya dari paman Sam.
"Paman maafkan Lona, baju Paman jadi basah" ucap Alona malu.
"Tidak apa-apa Lona"mengusap lembut kepala Alona.
"Aduh sayang, sudah siang ayo cepat kembali di sini panas sekali" ucap Marina karena merasa sudah kepanasan.
"Iya sudah Lona, Papa akan menunggumu di mobil, cepatlah kembali jika sudah selesai" ucap Tuan Raul yang bergegas meninggalkan Alona dan yang lainnya.
"Iya Papa"
Nenek Sasmita menatap tajam ke arah Marina dia sama sekali dia menyukai Marina sejak awal, karena menurutnya Marinalah penyebab kematian Nesya anaknya. Tetapi Raul malah membelanya jika itu semua bukan salah Marina.
Setelah puas menatapnya lalu Alona memutuskan untuk kembali pulang ke rumah, berjalan meninggalkan pusara sang ibu semakin jauh langkah Alona lalu dia menoleh ke belakang untuk melihat makan siang ibu untuk terakhir kalinya sebelum dia pulang.
Sampai di depan mobil mereka semua masuk ke dalam mobil dan mobil pun melaju menuju jalan pulang.
Kini Nana dan Bi Rahma akan ke pemakaman ibunya Nana, mereka hanya berjalan kaki karena tidak terlalu jauh dari rumahnya. Nana dan Bi Rahma pun berjalan beriringan, Nana sedang sibuk dengan gelangnya yang entah kenapa talinya terbuka dan terjatuh tepat di depan mobil seseorang lalu di berjongkok.
Mobil itu berhenti di depan Bi Rahma, lalu Nenek Sasmita pun membuka kaca mobil dan menyapanya.
"Bi Rahma, mau ke makan juga" ucap Nenek Sasmita.
"Eh, Nyonya besar, iya Nyonya saya akan ke makam anak teman saya"jawab Bi Rahma sopan.
"Bibi, jangan lupa ke makam Mamaku ya"sahut Alona dari dalam mobil.
"Iya Nona"
"Iya sudah Bu, kami pamit pulang dulu"
Bi Rahma pun menganggukkan kepalanya lalu mobil pun melaju lagi saat bersamaan Nana pun telah selesai dengan gelangnya dia mengikat lagi agar tidak terlepas lagi.
"Ibu, tadi majikan ibu?" Tanya Nana.
"Iya Nana, dia sangat baik"ucap Bi Rahma.
Maafkan bibi Nona, terpaksa bibi bohong padamu karena belum waktunya kalian bertemu.batin Bi Rahma.
"Oh iya sudah Bu, ayo kita ke makam ibuku" ajak Aluna dengan semangat.
"Iya sayang"
Mereka pun sampai di pemakaman dan Aluna melihat sudah ada bunga baru di makam tersebut dan membuat Aluna bingung.
"Bu sepertinya sudah ada yang ke sini? Tetapi siapa Bu? Dan bunganya masih baru" ucap Aluna yang mengedarkan pandangannya.
Dengan cepat Bi Rahma pun segera mengalihkan pandangan Aluna agar dia tidak curiga.
"Nana, ayo kau taruh bunganya" ucap Bi Rahma.
"Ah, iya kau benar Bu"
Saat akan menaruh bunga tersebut lagi-lagi kening Aluna berkerut ketika melihat bunga yang sama dengan yang dia bawa.
"Kenapa bunga ini sana seperti yang ku bawa? Bu ada apa ini kenapa bisa sama!" Kening Aluna semakin berkerut dan terlihat kesal.
"Sayang sudahlah, mungkin orang itu adalah teman ibumu" elak Bi Rahma yang mengusap lembut punggung Aluna.
"Kenapa teman ibu bisa tahu, itu saja yang membuatku semakin bingung"
"Iya sudah sayang, ayo taruh bunganya di situ"
Akhirnya Aluna pun menaruh bunga tersebut dan mulailah matanya berkaca-kaca di depan baru bisa sang ibu.
"Ibu, ini Nana datang bersama ibu Rahma dia orang yang sangat baik Bu, jika saja ibu masih ada Nana pasti akan menceritakan semuanya kepada ibu. Tetapi ibu sudah meninggalkan Nana lebih dulu" dengan Isak tangisnya.
Bi Rahma pun punggung Aluna dengan lembut agar Aluna bisa kuat dalam menghadapi cobaan ini. Dari kejauhan ada seseorang yang memakai kacamata hitam dan pakaian serba hitam juga, dia melihat dengan raut wajah sedihnya, lalu mengusap kasar air matanya yang sedari tadi dia tahan.
"Maafkan aku! Setelah selesai kita akan bertemu"ucapnya lalu bergegas pergi meninggalkan pemakaman tersebut, karena tidak ingin berlama-lama.
Tanpa di sengaja Bi Rahma seperti melihat seseorang yang dia kenal lalu dia mengedarkan pandangannya, dan seseorang itu menghilang begitu cepat Bi Rahma masih menatap sekeliling mungkin saja dia salah melihat.
Aluna yang melihat hal itupun segara bertanya kepada ni Rahma."Ada apa Bu, kau melihat sesuatu?"
"Eh, tidak ada ada nak, ibu hanya melihat saja jika hari ini banyak sekali orang yang datang ke pemakaman" ucapnya dengan hati-hati.
"Oh iya Bu, hari ini banyak sekali yang berdatangan.Ayo Bu, kita pulang saja" ucap Aluna.
"Iya sayang ayo pulang"
Bi Rahma dan Aluna pun segera pulang dan meninggalkan makam sang ibu.