Para penjaga membuka pintu, Alana masuk dengan membawa sebuah nampan yang berisi makanan dan minuman, lalu penjaga di belakangnya menutup pintu.
Ruangan di dalamnya besar dan rapi, tapi furniturnya sangat sedikit. Itu hanya beberapa kebutuhan sederhana, meja, kursi, dan tempat tidur.
Karena berada di bawah tanah, maka di dalam ruangan ini dinyalakan lampu pijar, bisa dibayangkan, tidak ada sinar matahari di sini selama bertahun-tahun.
Alana melihat sekeliling, dan melihat seorang pria di kursi.
Seragam militer di tubuhnya lurus dan rapi, wajahnya yang tampan dan mulia seperti rumah dewa, matanya tertutup, dan tidak ada ekspresi. Jika bukan karena jantungnya yang masih berdetak, orang yang tidak tahu mungkin akan mengira bahwa pria ini adalah patung.
Walaupun ruangan ini kosong, karena kehadiran pria ini, meski peralatannya sederhana, tetap mengusung sentuhan keagungan yang tak bisa diganggu gugat.
Itu adalah Bisma!