Tatapan tegas Bisma melembut, sudut mulutnya secara alami sedikit melengkung, kemudian dia mengangguk: "Oke."
Sikap terus terang Bisma membuat Gani sedikit terkejut. Bayangan Risa terlintas di benaknya, dan hatinya menghangat. Dia memberi hormat kepada Bisma dan berkata: "Ketua, situasinya telah dilaporkan, saya akan kembali ke kamp pertama."
"Ya." Melihat Gani pergi, Bisma mengeluarkan ponselnya, bangkit dan berjalan ke sudut tersembunyi.
Dia menekan tombol '1' untuk waktu yang lama, dan ponsel segera terhubung.
"Halo, suamiku."
Ada suara wanita yang manis terdengar di ujung lain telepon, dan hati Bisma melembut: "Istriku, maafkan aku, aku baru saja bisa meneleponmu sekarang."
"Tidak apa-apa, aku tahu kamu sibuk. Jika kamu meneleponku, bukankah kamu akan menunda pekerjaan?"
"Tidak." Di matanya, istrinya sama pentingnya dengan urusan negara.
Alana melirik ke arah jam, ini sudah jam lima sore lebih: "Suamiku, apakah kamu sudah makan malam?"