Dunia semakin memburuk sejak para monster yang entah muncul dari mana dan sosok menyeramkan yang ingin menguasai dunia ini, sosok kejahatan yang digambarkan dalam dongeng untuk menakuti para anak-anak itu, muncul tepat di hadapanku dan kami saling bertatap-tatapan. Harapan manusia saat ini berada digenggamanku, namun itu semua hanyalah lelucon yang dibuat untuk menghiburku, aku tidak peduli siapa pahlawannya selama itu dapat menyelamatkan seluruh rekan-rekanku yang berharga, maka aku akan terus tetap berjuang. Bahkan jika perlu aku rela mengorbankan hidupku sekalipun.
Para monster bergerak secara bersamaan. Sebanyak apapun mengalahkan mereka, mereka terus bermunculan, bahkan Minerva pun tidak dapat menangani monster sebanyak ini. Lagi dan lagi mereka bermunculan atas perintah Alter God sialan itu, jika aku tidak mengalahkannya, dia akan menciptakan lebih banyak monster yang menjijikan itu. Reishin pun berteriak dengan keras kepada rekan-rekannya untuk tetap bertahan hidup, apapun yang terjadi mereka tidak boleh mati sebelum dirinya mati, jika mati mereka maka Reishin akan membunuh mereka. Kata-kata lelucon itu dapat menenangkan hati mereka dan mengembalikan semangat bertarung, akan tetapi itu tidaklah bertahan lama.
Itu semua tidak berguna dihadapan Alter God, sosok yang merepresentasikan kejahatan kegelapan, sosok yang tidak memiliki perasaan atau hati nurani. Terlahir dari ketiadaan, kegelapan adalah simbol yang cocok untuk melambangkan sosok jahat tersebut. Karena minimnya informasi dan keangkuhannya diriku, aku pun kalah dalam pertarungan itu, namun bukan berarti aku kalah sepenuhnya, bahkan Alter God pun menerima luka fatal dan setidaknya membutuhkan waktu untuk menyembuhkan dirinya. Harapan terakhir yang kupunya ada pada rekan-rekanku yang saat ini bertarung melawan monster-monster yang diciptakan Alter God sialan itu.
Semua perjuangan yang telah ku lalui tidaklah sia-sia, jadi sisanya kuserahkan pada rekan-rekanku, aku sangatlah lelah... Tidur sebentar sepertinya tidaklah buruk. Seluruh badanku dilumuri oleh darah, tangan kiri sudak tidak ada, darah terus menerus bercucuran di seluruh tubuhku, wajahku penuh luka dan darah, sepertinya tidak akan dikenali walaupun rekanku menemui diriku yang terbaring tak berdaya di Gua, tempat perisirahatan terakhirku. Ini tidaklah buruk… Mungkin seharusnya aku membawa Minerva untuk melawan sisialan itu, aku terlalu meremehkannya… Apa yang kupikirkan disaat-saat terakhirku ini … Ahahaha. Sialan… Apa yang sedangkan mereka lakukan saat ini… Apakah mereka berhasil mengalahkan para monster-monster yang diciptakan sisialan itu… dan mengalahkan bajingan sialan itu.
"Ahhh aku seperti mendengar suara sesuatu. Disaat-saat terakhir aku malah mendangar hal yang bodoh hahhaha… Rasanya aku terlalu bekerja keras. Licia, Minerva, Karen, Reiji, Rezo, Emi, Riki, Kenzi, Shiki, Bon, Slyphia… Aku akan pergi duluan… Semuanya semoga beruntung."
"Minerva aku serahkan sisanya padamu."
Situasi pun memburuk sejak hilangnya Reishin dari medan pertarungan. Hal itu membuat Minerva pun terkejut karena telah kehilangan sosok yang berharganya. Alter God pun masih dapat menciptakan banyak monster yang menjijikan. Dan karena Minerva melihat celah yang dibuat Reishin dia memanfaatkan celah itu untuk melawan Alter God. Tapi itu masih tidak berguna.