Chereads / Aygeesha / Chapter 1 - Gee

Aygeesha

🇮🇩Wuri_Ferdas
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Gee

Suara ketukan di pintu kamarnya, menyadarkan Gee dari sisa kantuknya. Matanya masih mengerjap pelan sambil meregangkan badan ke kanan dan kiri di tempat tidurnya. Ketukan pintu sekarang diiringi dengan teriakan menyebut nama Gee. Sudah bisa dipastikan itu adalah Diba. Teman satu apartemennya sekaligus teman kuliahnya semenjak semester 1. Sebelum akhirnya ditegur security, Gee memutuskan untuk segera membukakan pintu kamarnya untuk Diba. Wajah kusut Diba muncul begitu saja sambil membawa ponsel di tangan kirinya. Belum ada percakapan sampai akhirnya Gee berjalan ke wastafel kamar mandi dan membasuh mukanya perlahan.

"Pasti soal Tyo, kan?" ucap Gee menebak. Diba yang sudah duduk di kursi belajar Gee langsung menajamkan matanya.

"Kenapa harus gitu sih, Gee. Kan harusnya dia bisa bilang jujur ke gue soal ini. Perkara ini kan udah sering gue ributin dan udah ketemu solusinya", wajah Diba semakin kusut. Diletakkannya ponsel berwarna biru muda di meja belajar Gee.

"Yaaa, lu ngomongnya jangan ke gue dong. Harusnya lu omongin lagi ke Tyo. Kayak cuma Tyo aja di dunia ini yang punya mobil buat sekedar nganterin Nay balik ke kostnya", ujar Gee. Masih sibuk membersihkan wajahnya dari sisa skincare semalam.

"Nay juga aneh banget, baru jam 10 malem loh, masih banyak banget ojek online. Kalo mau safety ya gausah pulang lewat dari jam 9 malem dong. Kan kalo kayak gini gue ngga bisa berpikiri positif lagi kalo emang dia butuh temen balik ke kost biar aman di jalan", lanjut Diba.

Permasalahan akhir akhir ini antara Diba dan Tyo adalah Nay. Ketiganya adalah teman satu jurusan Gee di kampusnya, hanya beda kelas. Tyo dan Diba sudah berpacaran dari 1 tahun yang lalu. Sedangkan Nay adalah anak kelas sebelah. Tapi dikarenakan ada satu mata kuliah yang mengharuskan Tyo dan Nay berada dalam satu kelompok, mulai muncul permasalahan di antara mereka bertiga. Sebagai teman, Gee hanya menjadi pendengar dan sesekali memberi solusi kecil atas keluhan Diba setiap malam. Mereka tinggal di apartemen yang sama, tidak jauh dari kampus. Gee di kamar nomor 11 dan Diba di nomor 7.

"Waktu lu omongin ke Tyo, tanggepan dia gimana?" tanya Gee mengakhiri kegiatan cuci muka dan sikat giginya.

"Ya kita sepakat buat ngga terlalu memperbesar masalah ini. Dan Tyo janji bakalan nolak kalo seandainya Nay minta anterin balik ke kost setelah kelar project", jawab Diba kesal. Nada bicaranya terdengar kesal dan lelah. Dia mendapati Tyo masih saja mengantar Nay tanpa sepengetahuannya. Semalam Tyo meminta izin untuk melanjutkan project kampus bersama Nay dan beberapa teman yang lain. Diba hanya berpesan untuk jangan lagi mengantar Nay kembali ke kost nya. Dan Tyo mengiyakan.

Namun lucunya, salah satu temen yang ikut mengerjakan project tersebut, membuat sebuah unggahan di story instagram. Melambaikan tangan tanda perpisahan kepada Tyo dan Nay yang berjalan memasukki mobil Tyo di parkiran sebuah caffee. Dan disayangkan, Diba melihat unggahan temannya tersebut. Sedangkan pagi ini, Tyo membantah jika semalam dia mengantar Nay pulang. Tidak mau lanjut berdebat, Diba mengakhiri telfonnya dengan Tyo dan mengeluh ke kamar Gee.

Sarapan yang dipesan Gee dari aplikasi online sudah tiba, diantar oleh security yang kebetulan akan naik ke lantai 4.

"Makasih banyak loh, Pak. Repot repot dibawain sampe kesini", ucap Gee kepada pak Yatno.

"Sekalian, Mba Gee. Saya mau ke kamar ujung buat masangin lampu kamar mandi yang mati", balas Pak Yatno. Beliau pun berlalu dan menuju kamar yang dituju.

2 porsi nasi kuning kesukaan mereka berdua disantap dengan santai. Diba membuat 2 gelas teh hijau hangat. Sambil terus bercerita, mereka menghabiskan sarapan. Hari ini Gee berencana untuk ke toko buku Gramedia, membeli kertas A4 dan sekedar mencari novel terjemahan yang baru. Sedangkan Diba akan pergi ke kost Tyo dan menyelesaikan masalahnya semalam. Dalam hati Gee, dia menghela nafas. Permasalahan sahabatnya itu seperti masalah yang tidak masalah. Tapi dia sadar karena dia bukan di posisi Diba sekarang, jadilah dia tidak sepenuhnya memahami perasaan Diba. Jadi pendengar yang baik adalah jalan terbaik. Toh Diba juga tidak melalaikan tugas akhirnya dan masih bisa fokus pada sidang skripsinya di minggu depan.

Gee mendapati dirinya di depan cermin. Dengan kaos hijau sage oversize dan celana jeans biru muda yang tidak terlalu ketat. Rambut hitam lurus sebahunya dibiarkan tergerai sempurna dengan belahan rambut di sebelah kanan dan poni ke kiri. Dipakainya kaos kaki dan sepatu sneaker warna putih yang sudah tidak putih lagi. Tas ransel ukuran sedang berisi laptop berikut chargernya, kunci mobil, ponsel dan card holder sudah dibawanya. Mengunci pintu sebelum memastikan semuanya sudah aman untuk ditinggal. Gee berjalan ke arah lift dan membuka ranselnya untuk mencari kunci mobil. Lift ditekan dan pintu terbuka, langkah Gee mantap memasukki lift yang akan mengantarnya ke basement.

"Wait, aku ikut", teriak seorang laki laki yang berlari dari ujung lorong lantai 4. Tangan Gee menekan tombol hold dan laki laki itu pun akhirnya masuk ke lift berdua dengan Gee.

"Thank you", ucapnya sambil terengah engah.

"Yash", balas Gee singkat. Matanya fokus ke arah lain. Lift berhenti di lantai 1 dan pintunya terbuka. Laki laki itu keluar sambil sengaja melemparkan senyum ke Gee walaupun canggung. Gee kebingungan dan hanya menatap laki laki itu sampai akhirnya pintu lift tertutup kembali. Memasukki mobilnya, Gee masih fokus dengan rencananya untuk ke Gramedia. Memasang lagu dan melajukan mobilnya keluar dari apartemen.