Chereads / "Take My Hand" / Chapter 13 - Bab 13

Chapter 13 - Bab 13

Taeyoon baru saja selesai membuat sarapan, sedangkan Naira masih tidur dengan pulas di dalam kamarnya saat ini. Taeyoon sibuk memotong tahu untuk Dia buat sup, dengan cekatan Taeyoon memasak. Saat awal-awal menjalin hubungan dengan Sera, Dia bahkan sering kali membuatkan bekal untuk Sera. Karena Taeyoon tahu betul, Sera tidak akan sempat sarapan di rumahnya. Dia tahu dan begitu mengenal bagaimana tabiat kedua orang tua Sera. Mereka sedikitpun tidak peduli pada Sera, entah apa yang pernah Sera lakukan pada mereka.

Setelah selesai memasak dan menyiapkan semua hidangan di atas meja makan. Taeyoon lalu berjalan menuju kamarnya, baru saja akan memutar gagang pintu. Tapi pintu kamarnya sudah terbuka dari dalam, Taeyoon sedikit terkejut lalu mundur selangkah. Sedetik kemudian Naira keluar dengan mata masih setengah tertutup. Dia mengucek matanya sembari sediki mendongak melihat ke arah Taeyoon.

Laki-laki tampan, nan tinggi itu tersenyum manis dan kemudian mengacak surai Naira lembut.

"Cepat ke kamar mandi dulu, Aku sudah memasakkan sarapan untukmu," ucapnya kemudian.

Naira menganggukkan kepalanya mengiyakan, Naira lalu berjalan meninggalkan kamar dan menuju kamar mandi. Taeyoon tertawa kecil melihat tingkah Naira yang begitu lucu, berbeda sekali dengan Sera yang datar dan dingin.

Di lain tempat, Sera sedang mengocok telur untuk membuat telur gulung. Yoonmin yang sejak kemarin memilih tinggal bersama Sera sedang ada di kamar mandi. Tidak lama Yoonmin keluar dengan badan yang wangi dan wajah segar, Dia lalu langsung menuju dapur dan mengambil alih mangkuk yang Sera pegang.

"Kau menunggu di meja makan saja, biar Aku yang menyiapkan sarapan," ujarnya.

Sera melihat ke arah Yoonmin dengan wajah bingung, kepalanya lalu menggeleng pelan.

"Biarkan Aku yang memasak sarapan, Kau harus ke rumah sakit 'kan? Nanti Kau telat, Yoon," sahutnya kemudian.

"Aku akan membuatkan sarapan untukmu dulu, lalu mengantarmu bekerja. Setelah itu Aku akan pergi ke Rumah sakit. Lagi pula hari ini dan besok, Aku sift siang," ujar Yoonmin lalu mulai menggoreng telur gulungnya.

Sera terdiam dan hanya memandang ke arah Yoonmin dengan wajah heran.

"Laki-laki ini benar-benar berbeda dengan Taeyoon, walaupun Dia terlihat dingin. Tapi Dia begitu perhatian padaku," batin Sera bermonolog.

Yoonmin melihat ke arah Sera lalu menautkan alisnya bingung. Dia menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Sera, hingga Sera terkesiap dan mundur selangkah.

"Kau melamun? Apa yang Kau pikirkan?" tanya Yoonmin.

Sera menatap Yoonmin lalu menggelengkan kepalanya pelan.

Setelah menyelesaikan masakannya, Yoonmin menata semua hidangan di meja makan dengan di bantu Sera. Keduanya lalu sarapan bersama, mereka sama-sama diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesekali Sera melirik Yoonmin dengan takut-takut.

"Ada yang mau Kau bicarakan denganku, Ser?" tanya Yoonmin lalu menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Ada," singkat Sera tanpa basa-basi.

"Dari pada Aku penasaran sendiri, lebih baik Aku memang menanyakannya langsung," batin Sera meyakinkan dirinya sendiri.

Yoonmin menghentikan makannya dan mengalihkan perhatiannya pada Sera. Dia menatap ke arah Sera intens dan siap mendengarkan semua perkataan Sera.

"Apa yang akan kita lakukan kedepannya?" tanya Sera.

Sejenak Yoonmin terdiam, lalu laki-laki itu menarik tangan Sera yang ada di atas meja pelan.

"Mari Kita bertemu kedua orang tuamu, Aku harus meminta restu mereka untuk menikahimu," ucap Yoonmin dengan mantap.

Lagi-lagi Sera di buat terkejut, laki-laki di depannya ini terlihat pendiam dan dingin. Tapi setiap apa yang keluar dari bibirnya benar-benar membuat Sera merasakan kehangatan yang luar biasa. Bersama Taeyoon yang sudah bertahun-tahun saja, Sera tidak pernah merasakan kehangatan seperti ini.

"Kau tidak keberatan 'kan? Kapan Kita bisa bertemu orang tuamu?" tanya Yoonmin lagi.

Sera melihat mata Yoonmin dan mencoba meyakinkan dirinya sendiri kalau ini bukan mimpi. Sera lalu menganggukkan kepalanya mengiyakan.

"Kapan saja saat Aku dan Kau libur," jawab Sera kemudian.

Yoonmin tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia merasa senang karena sudah ada selangkah lebih maju sekarang. Namun sejurus kemudian tiba-tiba saja senyumnya menghilang begitu saja.

Sera yang baru saja akan menyuapkan makanan ke mulutnya, mengurungkan niatnya. Sera lalu melihat ke arah Yoonmin dengan kening mengkerut bingung.

"Kenapa ekspresimu begitu, Yoon?" tanyanya kemudian.

Yoonmin diam saja dan menatap Sera juga, Dia menghela napas dalam.

"Bagaimana dengan kekasihmu? Kenapa Aku melupakannya? Kau tidak mungkin menikahiku, padahal Kau memiliki kekasih," ucapnya dengan nada putus asa.

"Aku sudah berpisah dengannya, Dia tidak akan menggangguku lagi. Termasuk juga dengan mengurus kehamilanku ini, Dia tidak pernah mengharapkan kehamilanku," sahut Sera to the poin tanpa ada yang di tutup-tutupi.

Yoonmin di buat terkejut dan membulatkan matanya lebar mendengar perkataan Sera. Dia bahkan tidak tahu kalau ternyata kisah cinta Sera tidak semulus yang Dia kira.

"Apa karena kehamilan ini, Kau berpisah dengannya?" tanya Yoonmin lagi.

Sera menggeleng pelan lalu menundukkan kepalanya dan mengaduk-aduk makanannya random.

"Dia berselingkuh dengan wanita lain," tandas Sera semakin membuat Yoonmin terkejut.

***

Tuan Kim kembali mencoba menghubungi putranya Yoonmin. Dia mengerang kesal lalu menurunkan ponselnya dari telinga, Dia meremas ponsel miliknya itu erat. Emosinya sedari malam pertemuan kedua dengan keluarga Tuan Park itu benar-benar tidak terkendali. Tuan Kim lalu menjatuhkan dirinya di sofa dan memukul keras pegangan sofa.

"Awas saja saat Kau pulang nanti, Kau akan merasakan akibat dari kelakuanmu mempermalukanku," tukasnya dengan nada marah.

Tidak lama pintu ruang kerjanya terbuka, Ibu Yoonmin masuk dengan membawa nampan yang berisi secangkir kopi. Dia sebenarnya takut untuk menemui sang suami, karena semenjak malam itu suaminya masih saja emosi.

"Yeobo, ini kopi untukmu," ujarnya sembari meletakkan nampan di atas meja kerja suaminya.

Dengan hati-hati Ibu Yoonmin menurunkan secangkir kopi itu dari nampan. Tuan Park mengangguk mengiyakan lalu berdiri, Dia berjalan menghampiri sang istri perlahan.

"Yoon, sudah pulang?" tanya Tuan Kim.

Ibu Yoonmin menatap takut-takut pada Tuan Kim, Dia lalu menggelengkan kepalanya pelan. Tuan Kim lalu mendengus kesal dan membalikkan badannya kasar. Nyonya Kim lalu memegang lengan suaminya pelan dan lembut.

"Tahan emosimu, Yoon tidak 100 persen bersalah. Dia sudah mencoba untuk menuruti kemauan Kita. Tapi Naira yang dua kali tidak datang," ujarnya mencoba membuat sang suami tenang dan sabar.

"Iya Aku tahu itu, tapi seharusnya Yoon tidak berkata seperti itu. Dia seharusnya bisa menahan diri untuk tidak mempermalukanku di depan, Tuan Park," sangkal Tuan Kim.

"Wajar saja, Yeobo. Dia sudah merelakan kisah cintanya di atur oleh Kita, tapi Dia justru di kecewakan. Sebaiknya memang Kita harus memikirkan perasaannya juga," ujar Nyonya Kim masih mencoba untuk meyakinkan suaminya untuk berhenti memaksakan kehendak dan ambisinya pada putra semata wayangnya.

Tuan Kim mendengus kesal lalu membuang muka. Sedikit banyak perkataan sang istri memang benar, tapi tetap saja Dia masih marah pada Yoonmin yang sudah membuatnya malu malam itu.

"Tunggu saja saat Kau pulang nanti," batin Tuan Kim geram.

"Aku harus pulang dulu ke rumah, Kamu tidak apa-apa kan di apartemen sendirian?" tanya Yoonmin melalui panggilan telepon dengan Sera.

"Iya tidak apa-apa, lagi pula malam ini Aku harus lembur," sahut Sera dari seberang sana.

"Jangan pulang terlalu malam, dan jaga suhu badanmu tetap hangat. Jika tidak bisa makan apa-apa, minum susu hamil yang Aku belikan waktu itu," ucap Yoonmin mengingatkan.

"Eo! Aku mengerti, sudah dulu ya. Aku harus kembali kerja," ucap Sera kemudian.

Yoonmin mengiyakan lalu memutus sambungan teleponnya. Yoonmin menghela napas dalam, sebelum bertemu kedua orang tua Sera. Dia harus lebih dulu menyelesaikan urusannya dengan sang Ayah. Yoonmin harus menegaskan pada Tuan Kim kalau Dia tidak bisa menikah dengan pilihannya.

***