Chereads / Kitab Hikayat Kerajaan Peef / Chapter 2 - Bab 2 (Penasihat Kerajaan)

Chapter 2 - Bab 2 (Penasihat Kerajaan)

Sementara malam berikutnya, dalam mimpinya yang lain, hanya berjarak paling jauh dua belas jam, Raja Aleksander Degrit kembali mendapatkan sebuah pesan lagi dalam mimpinya: bahwa untuk mendapatkan Mestika Segala Obat Datuak Henry Every setidaknya ia harus memiliki seribu dua ratus prajurit terbaik yang setara pasukan elit khusus demi bisa menaklukkan mambang-mambang tersebut; dan dalam mimpinya tersebut, pesan seperti itu ia dapatkan keluar terjulai-julai dari mulut seekor kera yang masuk secara diam-diam ke dalam istananya untuk kemudian menyusu pada selirnya yang paling muda dan paling cantik di antara semua selir yang ia punya.

Kemudian saat Sang raja terbangun dari tidurnya; dan masih di dalam keheranannya yang kalut paduka raja lalu memanggil selir yang tadi ia dapati sedang beradu gairah dengan seekor kera di dalam mimpinya. Selanjutnya, dengan kebenaran maha mutlak yang ada ditangan seorang raja, selir tadi lalu dijatuhi hukuman pancung atas tuduhan yang tak bisa dibantah sama sekali bahwa ia telah berselingkuh dengan seekor kera saat Baginda raja sedang tertidur (baca dalam tidur baginda raja).

Setelah hukum bagi selir dilaksanakan, dan potongan tubuhnya telah diurus para pelayan istana, maka barulah Sang raja segera memanggil penasihatnya dan menceritakan semua mimpinya. Baginya tentu sangat tidak mungkin untuk mencari prajurit yang demikian banyaknya, sebab jumlah prajuritnya masih kurang satu dari jumlah yang diminta oleh mimpinya tersebut dan itu pun bukan termasuk para prajurit elit, melainkan hanya segerombolan para pemabuk yang mengira dirinya segerombolan pasukan; sehingga membuat Sang raja butuh tambahan masukan dan arahan dari para penasihat kerajaannya agar jumlah itu bisa terwujud dengan cepat.

Maka berkumpullah semua penasihat kerajaan di hadapan Baginda raja untuk bermusyawarah. Dari hasil musyawarah itu kemudian didapatkan satu kesepakatan dengan cepat antara mereka: bahwa Baginda raja harus mengadakan sebuah sayembara bagi siapa pun yang dapat membawa mestika itu kehadapan raja maka ia akan menjadi menantu paduka raja dan juga dapat meminang sepuluh kuda jantan penarik kereta kesayangannya dengan syarat jika pemenang sayembara itu juga memiliki sepuluh ekor pula kuda betina.

Dan setelah keputusan tadi di tentukan, dalam hati paduka Aleksander Degrit muncul tanda tanya besar perihal mufakat yang baru saja ia lakukan dengan para penasihat tersebut; itu membuatnya jadi berpikir bahwa jika hanya untuk menghasilkan keputusan seperti itu, sebenarnya ia juga bisa melakukannya sendiri; tanpa bantuan dari para penasihat tersebut, yang konon adalah guru besarnya para guru yang ada di negerinya.

***

"Tuntang, Tuntang, Tuntang."

Genderang telah ditabuh oleh salah seorang prajurit kerajaan Peef. Maka berkumpullah semua jenderal dihadapan raja. Semuanya bersimpuh memberikan penghormatan.

"Aku memanggil kalian berkumpul ini hari bukan untuk berpesta seperti biasa, melainkan meminta agar kalian mengirimkan masing-masing satu utusan untuk menyampaikan informasi bahwa hari ini telah di buka Sayembara bagi siapa pun yang mampu membawa mestika Segala Obat Datuk Hendry Every maka ia akan aku jadikan menantuku!" titah Sang raja kepada para jenderal tersebut.

"Siap, laksanakan!" jawab para jenderal itu serempak tanpa komando.

"Ya sudah! kalau begitu kerjakan!"

"Maaf Baginda, apa yang harus kami kerjakan?" jawab salah seorang jenderal yang paling muda di antara tujuh jenderal tersebut.

Sang raja kemudian menoleh kepada Algojo di sampingnya. Matanya yang bulat kemudian menunjuk kepada jenderal muda yang tadi bicara.

Algojo yang sudah mengerti maksud perintah raja kemudian menuju ke arah jenderal muda yang tadi ditunjuk Baginda raja dengan matanya.

Jenderal itu kemudian diseretnya ke guillotine untuk kemudian di eksekusi langsung tepat di hadapan para jenderal lainnya.

Dan setelah tubuh jenderal muda itu terpisah, kemudian sang raja melemparkan secarik kain yang berisi tulisan kepada enam jenderal yang tersisa.

"Di kain itu sudah tertulis semua syarat dan ketentuannya, jadi jangan pernah bertanya lagi!" tegas sang raja dengan nada mengancam.

Sedang salah seorang jenderal dari enam jenderal yang tersisa mukanya kini jadi merah padam karena menahan kencing sejak satu jam yang lewat.