Sebuah apel terjatuh tepat diatas kepalaku. Uhh sakit! aku mengambil apel itu dan memakannya. Aku tahu akhir-akhir ini aku merasa kesepian. tidak ada seorangpun yang ingin bermain denganku, dikarenakan kekuatan yang ku miliki.
Tetapi, meskipun aku tidak memiliki teman, aku akan tetap membuat diriku bahagia dengan apapun. Tiba-tiba saja, aku merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Aku segera kembali pulang ke rumah. Disaat yang bersamaan apa yang kurasakan baru saja, benar-benar terjadi.
Desaku diserang oleh kelompok berandalan bersenjata. Mereka membakar hampir seluruh rumah. Membunuh orang-orang yang mencoba kabur. Sejenak aku terdiam, aku merasa takut dan ingin berlari sejauh mungkin dari tempat ini.
Disisi lain aku teringat oleh Ibuku. dia sedang dalam bahaya, Aku berlari menyusul nya dengan rasa takut dan khawatir. mengendap-endap dan masuk ke dalam rumah yang termakan oleh api. Aku menemukan Ibuku tergeletak dilantai dengan tubuh yang tertimpa oleh tiang kayu. Aku mencoba menyelamatkan Ibuku, sekuat tenaga dengan amarah dan tangisan yang tak henti-henti, melihat orang yang ku sayangi menjerit kesakitan.
Aku terus berusaha hingga Ibuku berkata itu tidak akan berhasil. Dia menyuruhku untuk pergi meninggalkannya. Aku membantahnya dan tetap berusaha mendorong tiang kayu tersebut. Dengan suara yang keras dan deru tangisan, Ibuku sekali lagi menyuruhku untuk pergi meninggalkannya. Aku menuruti perintah Ibuku, dengan rasa penyesalan dan amarah aku pergi meninggalkan Ibuku.
Saat aku berhasil keluar dari rumah itu, Aku ditangkap oleh dua orang berandalan tersebut. Kami orang-orang yang berhasil ditangkap, dikumpulkan di tengah desa. Kami semua akan dijadikan budak dan harus mematuhi sang bos, dia adalah Dondev. Beberapa dari kami dipisah dan kami harus mematuhinya.
Aku dan yang lain dibawa bersama kelompok Dondev. Saat ditengah perjalanan, datang segerombolan prajurit Bangsa Loyke menghentikan pergerakan Dondev. Saat itulah pertama kalinya aku melihat pertarungan antara orang-orang yang memiliki kekuatan. Mereka bertarung, saling mengadu senjata dan mengoyakkan setiap daging dari tubuh lawan mereka.
Tak disangka Dondev bisa menjatuhkan pemimpin pasukan Loyke. Disaat itulah para pasukan Bangsa Loyke meletakan senjata mereka sebagai tanda menyerah. Sebelum Dondev melakukan eksekusi kepada pemimpin pasukan tersebut, aku menantang Dondev. Dondev dan anak buahnya yang mendengar tantangan dariku, tertawa terbahak-bahak.
Mereka mengolok-olok ku dan menyuruhku untuk diam jika tak ingin mendapat nasib yang mengenaskan. Sekali lagi aku menantangnya dengan serius. Aku percaya bahwa aku bisa mengalahkannya dengan kekuatan yang kumiliki. Dondev menerima tantangan tersebut dengan lagak yang sombong.
"Hei Bocah! apa kau pikir, kau bisa mengalahkan ku hah!?" gertak Dondev dengan tawanya.
"Aku pasti bisa! kau hanya orang rendahan yang bisanya menjarah orang lemah! Aku pasti akan mengalahkan mu!"
"Cih sialan kau bocah! aku akan membuat mulut kotor mu itu terkoyak oleh pedangku ini. Jangan harap kau bisa lari!"
"Aku tidak akan lari, karena kau yang membuatku kehilangan orang yang ku cintai! akan ku tunjukan kekuatanku untuk membungkam mu!"
Akhirnya kami berdua bertarung, Dondev bergerak dengan cepat ke arahku dan mengayunkan pedangnya. Aku bisa menghindari serangan pertamanya namun tidak untuk beberapa serangan cepat darinya. Aku merasakan sakit yang belum pernah ku rasakan. Dondev menertawai ku sembari mengarahkan pedang nya ke hadapanku.
Aku tak gentar, aku mencoba menenangkan diriku dan fokus merasakan kekuatan yang mengalir di tubuhku. Dondev bergerak menuju ke arahku dengan cepat. saat ia hampir mengenai ku. Percikan api berwarna ungu memancar dari tubuhku, membakar Dondev hingga tak tersisa. Aku terkejut, karena dalam 10 detik api itu membakar habis Dondev hingga menjadi debu.
Anak buah Dondev yang melihat kejadian tersebut, seketika merasa takut dan kabur. Saat aku mencoba melangkah, tiba-tiba saja aku kehilangan kesadaran ku. Tergeletak tepat dimana aku kehilangan kesadaran ku. Aku menutup mataku perlahan, itu terasa sangat berat dan aku tidak mungkin bisa menahannya. Aku tak sadarkan diri.
Aku terbangun di alam bawah sadar ku. Dimensi yang sangat luas, pikirku saat pertama kali melihatnya. tiba-tiba saja seorang berbadan hitam pekat tanpa muka mendatangi ku. Aku sedikit takut dan waspada pada orang ini.
"Hei, siapa kau? mengapa penampilanmu sangat aneh?" tanyaku sembari waspada dan takut
"Aku adalah aku, kau adalah kau. Kita bisa menjadi apa yang kita mau dengan kekuatan!" jawab Orang berbadan hitam pekat tersebut.
"Apa maksudmu?! dan mengapa aku ada disini?"
"Tenanglah, kau tak perlu takut. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu."
"Apa? apa yang ingin kau ketahui dari bocah sepertiku?"
"Apa kau pernah melihat sisi lain dari dari dua dunia?"
"Hah?! Apa yang kau maksud? tolong jangan katakan kau ingin membuatku berpikir bahwa aku terlihat bodoh."
"Sudahlah, jawab saja pertanyaan ku!"
"Cih, aku tidak mengerti maksudmu tetapi dari pertanyaan mu tadi, aku menjawab tidak!"
"Aku tidak bisa mempercayaimu, tapi aku akan kembali dengan pertanyaan yang sama. Jadi bersiaplah!"
"Huft!"
Orang itu meninggalkanku, dan aku terjebak di alam bawah sadar ku sendiri. Menyebalkan! daripada aku menunggu diriku sadar, aku mencoba mengelilingi Dimensi ini lebih jauh. Aku menemukan banyak hal baru, itu seperti sebuah kotak persegi panjang yang bisa dilipat dan benda yang sama namun ukuran nya kecil. Lalu aku melihat dalam sebuah memori dimana ada sebuah peradaban yang sangat maju seperti banyak menara berkilauan.
Aku sangat penasaran dengan itu, aku ingin mencoba menelusuri nya lebih jauh tetapi tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. perlahan aku membuka mataku, aku tersadar disebuah ruangan dengan benda-benda aneh.
Aku melihat sekelilingku. Aku tidak familiar dengan semua ini. Aku mencoba berdiri dan melihat-lihat isi ruangan ini.
Ketika aku melihat sebuah benda yang memantulkan bayangan seseorang, aku terkejut dan ketakutan secara tiba-tiba. Saat aku mencoba mengecek nya kembali, benar saja, benda itu memantulkan bayangan yang menyerupai seseorang. Saat aku mulai mencoba melihat seluruh tubuhku dari benda tersebut, betapa terkejutnya aku berada didalam tubuh orang lain. Dan saat itu juga aku mulai menyadari bahwa aku terjebak di Dimensi yang berbeda dari tempat asalku.