• The Dexu Restaurant
Jakarta, Oktober 2019
Hari pertama bekerja, biasa nya moment itu bisa mendapatkan hal yang berkesan. Entah kesan baik atau sebaliknya. Seperti hal nya yang Raina Meysha alami, hal yang cukup menyenangkan sekaligus melelahkan. Ia memiliki peran sebagai server atau waitress di restoran. Tugasnya adalah memberikan treatment pelayanan yang terbaik pada tamu yang datang ke restoran. Walaupun Raina masih termasuk fresh graduated, tapi ia sudah cukup lihai dalam pelayanan tamu. Mungkin terbiasa nya dia ketika 6 bulan magang di tempat lain.
Hari pertama, Raina mencoba beradaptasi dengan segala tugas dan medan yang akan ia jalani setiap hari. Hari kedua, ia mulai beradaptasi dengan partner kerja dan lainnya. Kemudian hingga hari ketiga, keempat, dan seterusnya Raina sudah mulai terbiasa dengan semuanya. Dan dia siap jika harus di lepas secara mandiri.
Tak terasa, lewat 1 bulan Raina bekerja di tempat itu. Bahkan baru kemarin dia menerima gaji pertamanya. Bahkan Raina juga sudah bisa berbincang akrab dengan rekan satu outlet bahkan beda outlet pun juga. Hari ini ia dapat shift 2, sekitar pukul 2 siang ia baru mulai bekerja. Baru pertama kalinya ia berganti shift dan ia merasa gugup karena ia belum menguasai job desc shift 2.
"Hello guys... gimana nih breakfast time? rame gak? "sapa Raina serayak berjalan menghampiri teman-temannya yang terjadwal shift pagi.
"Lumayan lah. ntar malem banyak reservasi jadi siap-siap aja lu wkwkwk." ejek Milka yang sibuk menyiapkan Equipment untuk preparation nanti.
Raina hanya mengangguk. Langkahnya meninggalkan teman-temannya menuju kasir. Hari ini ia akan berjaga di depan sebagai hostess. Di karenakan 7 partner nya lain adalah lelaki. Mungkin malam ini ia akan jadi ratunya di antara ke-7 lelaki itu.
Waktu berjalan cepat. Memang reservasi untuk dinner malam ini sangatlah banyak. Perdana ia menghadapi situasi Dinner yang cukup merepotkan itu. Raina bertugas di depan menyambut dan memberikan kursi untuk tamu. Sementara Tara kesana kemari melakukan taking order bersama Aldo. Kemudian ada Dino, Erza, Rizky menjadi server dan runner. Dua lagi menjadi bartender yaitu Yudha dan Deffan. Mereka bekerja secara team dan saling membantu satu sama lain agar pekerjaan lebih mudah. Namun sepertinya kali ini Raina akan mendapatkan sebuah masalah. Ketika tamu yang duduk di paling sudut restoran hampir dekat dengan bar tampak mengacungkan tangannya. Serayak memanggil Raina sebagai pelayan.
"Mbak... "
Telinga Raina was-was mendengar panggilan tamu itu. Lantas dengan langkah cepat Raina lekas mendekat.
"Baik buk, ada yang bisa saya bantu? " Raina dengan sopan menanyai keluhan yang tamu itu ingin sampaikan.
"Mbak ini gimana sih? saya kan pesan tanpa udang. Tapi kok ini ada udang nya? anak saya itu alergi sama udang. Mbak sengaja mau bikin anak saya celaka hah? kalau anak saya kenapa-kenapa emang mbak mau tanggung jawab?" dengan ketus dan sedikit emosi tamu wanita paruh baya itu memaksa Raina harus memutar otak dalam kondisi yang agak panik.
"Mohon maaf yang sebesar-besarnya bu atas keteledoran kami. Kalau begitu biarkan pesanan ibu saya ganti dengan yang lebih baru. Tanpa udang dan juga daun bawang." jelas Raina dengan gugup dan agak panik, namun ia mencoba tetap bersikap tenang.
"Semudah itu kah? sekarang anakku sudah memakannya dan lihat! dia mulai gatal-gatal bagaimana kamu bisa bertanggung jawab hah?" bentak tamu itu marah. Sekarang Raina sudah benar-benar kebingungan harus melakukan apa. Pasalnya ini perdana ia mendapatkan komplain yang cukup berat itu.
Tamu itu melirik name tag yang ada di dada kiri Raina. Berniat untuk mencatat nama Raina di otaknya untuk ia gunakan sebagai bahan pengajuan komplain. "Raina." sebut tamu itu dengan nada menekan. Lantas kedua mata tamu itu memicing ganas terhadap Raina. "Sekarang dimana Manager kamu? suruh dia ke sini saya mau ketemu sama dia. Cepat! " tegas wanita itu.
"Baik. Mohon tunggu sebentar." jawab Raina dengan gugup sambil menundukkan sedikit kepalanya.
Kaki Raina mulai melangkah meninggalkan meja itu. Berjalan menuju meja kasir dan meraih gagang telepon. Menekan 4 digit angka tujuan pada Manager Restoran. Ia sejenak menunggu panggilan suara itu bisa terhubung. Deffan si bartender konyol dengan tubuh tinggi tampak menghampiri Raina. Menemaninya yang saat ini sedang tertimpa masalah.
"Hallo, pak Daniel. Ada sedikit masalah, ada tamu yang ingin menemui anda." kata Raina agak takut.
"... "
"Baik. Terima kasih pak."
Panggilan itu di tutup, Raina meletakkan gagang telepon itu di tempat. Menatap Deffan yang sedang menunggu akan penjelasan yang terjadi. Beberapa saat Raina masih diam dengan tubuh yang bergetar. Keringat dingin bercucuran membuat Deffan merasa begitu prihatin. Sigap tangan lelaki itu menepuk pundak Raina untuk memberikan dukungan kecil. Disisi lain, Ezra tampak datang dengan tergesa-gesa. Bergabung dengan Raina dan Deffan yang sedang kebingungan.
"Sorry Rai... gue yang salah. Harusnya pesenan itu tadi buat meja nomer 12. Tapi gue salah nganter nya. Pasti loe yang di salahin ya karena loe yang taking order. Padahal tadi loe udah ngingetin buat Special Order. Maaf ya." Erza datang dengan kepanikan dan ekspresi penuh rasa bersalah.
Wanita berusia 21 tahun itu tampak mengulas senyuman. Meskipun hanya sebuah kedok untuk mencairkan suasana. Sela beberapa lama, Manager pun datang dan mulai meng-treatment tamu yang memiliki masalah yang cukup serius itu. Raina dan Erza pun ikut andil dalam hal itu. Tamu yang agak rewel itu ternyata tak mudah untuk di taklukan. Beliau marah besar dan meminta pertanggung jawaban. Namun bukan mr. Daniel jika tidak punya seribu cara untuk bisa meredamkan emosi dan permasalah itu. Pada akhirnya, untuk menyelesaikan itu semua, Mr. Daniel memberikan voucer 3× makan gratis di The Dexu Restaurant serta biaya berobat yang di alami bocah 10 tahun itu saat ini. Tentu saja perusahaan mendapatkan rugi, tapi tak serugi ketika tamu memberikan nilai (-) di ranah sosial media. Tapi bisa di pastikan jika Raina dan Erza akan mendapatkan sanksi juga.
Setelah misi menyelesaikan komplain yang ada. Raina dan Erza pun harus menghadapi kembali brifing dari Mr.Daniel. Ternyata tak hanya Raina dan Erza, ada 2 anak kitchen yang juga ikut andil dalam masalah ini. Ada si konyol Dian dan juga si cowok resek Manda.
"Sekarang liat apa yang terjadi. Hanya karena salah meletakkan tempat. Salah memahami nomer meja. Kurang teliti dalam membaca orderan. Masalah besar muncul. Bukankah sudah berulang kali saya katakan! Focus Focus Focus. ketepatan kalian adalah yang utama. kecepatan kalian tak boleh tertinggal." amuk mr. Daniel yang tampak kesal.
Hari ini adalah perdana Raina mendapatkan omelan maut oleh Managernya. Padahal Raina termasuk karyawan baru yang baru 1 bulan bekerja tapi sudah punya kesan buruk di mata atasan.
"Karena kejadian ini. Perusahaan mengalami sedikit kerugian, jadi sebagai bentuk tanggung jawab kalian. Maka gaji kalian bulan ini akan di potong 20%. Bagaimana? ada yang keberatan?" seru mr. Daniel dengan tegas.
Ke empat orang itu tampak menunduk pasrah. "Tidak pak." jawab mereka dengan kompak. Walaupun dalam hati mereka masing-masing terdapat rasa yang cukup keberatan.
Malam ini berjalan dengan lancar setelah insiden tadi. waktu sudah menunjukkan pukul 23.02 WIB. Raina keluar dari loker dengan pakaian yang sudah berganti. Rambut hitamnya sepanjang bahu dengan model poni see through bangs yang akhir-akhirnya jadi trend di dunia. Sweeter dengan corak warna peach dan di padukan dengan celaan jeans sepanjang lutut. Penampilannya terlihat casual namun terkesan manis. Rencana nya ia akan langsung pulang dan melakukan gofood. Karena tak mungkin jika ia akan makan di luar sendirian. Ia bejalan pelan membelah koridor keluar dari restoran. Di parkiran, ternyata sudah ada teman-teman kerja nya yang sedang menunggu kedatangan Raina.
"Hei Rai... makan di luar yuk laper nih. Nanggung banget nih mau langsung pulang." Tiba-tiba Aldo langsung merangkul pundak Raina.
"Iya nih. Laper banget, ntar gue yang traktir deh semua." seru Yudha tampak semangat.
Senyuman Raina terulas tipis. Melihat satu persatu ke-7 partner kerja nya yang baru. Padahal baru sesaat ia berada di tempat itu, tapi ia sudah memiliki banyak teman yang baik padanya.
"Ada apa sih ini? jangan bilang karena kalian kasihan ya sama gue soal gaji gue sama Erza yang kepotong bulan ini. " sahut Raina merasa tak nyaman.
"Enggak gitu juga kalik neng. Souzon mulu deh perasaan. Ini tuh murni karena hari ini kita dapet tips banyak. Apalagi si bang Yudha, beeh banyak treat dia sama tamu. Makanya dia banyak ngerampok duit tamu wkwkwk. " kata si Rizky sedikit bercanda. Tampak Raina tersenyum lebar mendengar candaan Rizky.
Walaupun hari ini begitu buruk, tapi Raina bersyukur memiliki rekan kerja yang saling bisa melengkapi seperti saat ini. Lantas ajakan ke-7 lelaki itu di terima oleh Raina. Mereka pun bersiap untuk meluncur ke tempat rekomendasi dari Yudha, selaku seksi keuangan di bidang ini. Berkendara masing-masing sepeda motor andalan mereka, dalam jangka waktu 10 menit mereka pun sampai di tempat.
• The Bluesky Cafe and Bar
Life music yang terdengar menggelegar di telinga cukup membisingkan. Namun justru itu yang membuat mereka merasa begitu Fun. Mereka melintasi meja-meja yang sudah terisi, mencoba mencari tempat yang nyaman untuk mereka ber-8.
"Hei Yud, Do... " tiba-tiba seseorang memanggil Yudha dan juga Aldo. Mereka semua menoleh ke sumber suara. Ternyata di meja luas dengan fasilitas sofa dekat jendela, terlihat 4 lelaki yang sedang duduk santai sambil berbincang.
"Wih... Abi, Rachmat, Bagas sama Manda. kalian di sini juga." Yudha menghampiri ke empat rekan kerja mereka yang dengan posisi bagian Kitchen.
"Yoi... bawa rombongan anak-anak TPA ya. Sini-sini gabung sama kita. Mejanya masih muat kok." Abi memberi ajakan untuk bergabung. Karena tak mau ambil pusing apalagi harus mencari meja lain. Akhirnya Yudha menerima ajakan itu dan mengajak semua rekannya join dengan rombongan Abi.
"Wih ada neng Raina. Uluh-uluh cakep banget neng. Sini duduk sebelah abang." goda si badan raksasa, Rachmat.
Raina merasa agak sungkan mendapat godaan itu. Sementara Rachmat mendapat kroyokan mental dari rekan-rekan lain. Lantas, Raina pun duduk di sebelah Manda yang kosong di ikuti Deffan yang duduk di samping nya juga. Jadi kira-kira Raina saat ini di himpit oleh 2 cowok tampan. Usai mendapatkan kursi masing-masing mereka pun mulai memilih menu yang akan mereka pesan. Sambil sesekali mengobrolkan suatu hal.
Namun, ada sisi penasaran dari sosok Manda terhadap gadis di sebelahnya. Manda melihati setiap inci wajah Raina dengan teliti. Melihat rambutnya yang tampak indah dan menawan dengan poni itu. Kulit putih dan bersih dengan seluruh permukaan wajah tanpa ada yang namanya jerawat atau noda hitam. Bulu mata yang terlihat lentik natural tanpa tambahan maskara. Hidung yang mungil dan mancung menambah nilai sempurna pada wajah itu. serta bibir mungil berwarna pink cerry, sungguh ciptaan Tuhan yang mampu membuat siapapun lelaki bisa tak kuat iman bahkan mental. Manda begitu terpesona dengan fisik gadis itu namun belum sepenuhnya dia menaruh suka pada nya sebelum ia bisa mengulik seperti apa gadis dengan pribadi yang dingin tsb.
"Rain. Pasti loe suka ya sama air hujan." ujar Manda basa-basi yang mencoba untuk mengawali obrolan dengan Raina.
"Gak juga. " Jawab Raina dengan singkat padat dan jelas. Tanpa ada tanda jika ia ingin lebih jauh mengobrol dengan Manda.
"Uwuw, Manda nakal ya. " goda Aldo yang sedari tadi memang memperhatikan tingkah Manda yang seolah ingin sekali mengobrol dengan Raina.
Manda mengeluarkan smirk andalannya serayak melirik ke arah Raina yang bahkan seolah tak ada niat untuk berinteraksi dengan siapapun.
'Misterius'
Kesan pertama yang timbul di benak Manda terhadap Raina. Menimbulkan rasa penasaran yang semakin menjadi pada lelaki berusia 25 tahun tersebut. Sudah lama Manda tak mendekati seorang wanita, bahkan sudah sangat lama. Tapi entah mengapa, kehadiran Raina seolah membuat jiwa buaya Manda yang sudah terkubur begitu dalam kembali muncul. Saat ini hanya kata penasaran itulah yang menjadi tujuan utama Manda.
Mungkinkah Manda akan bisa mendekati Raina?