Namun meskipun masih terdapat beberapa lapis penghalang disana, hembusan napas hangat Indra masih saja terasa dengan begitu menggetarkan bagi Vanessa.
"Ndraaaa … aku nggak mau …" dengan bisik yang sedikit keras, Vanessa mendekatkan bibir di telinga Indra.
Tapi sepertinya pemuda itu sudah begitu terbuai dengan kelembutan bukit dada remaja yang terasa begitu kenyal dan lembut. Sehingga, hidung beserta bibir Indra pun terus mendesak untuk menggemasi untuk membuat tubuh Vanessa jadi menggelinjang dengan kerasnya.
Sampai suatu saat, dengan tiba-tiba saja …
"Stop …" Vanessa berkata dengan tegas.
"Aduh …" berbareng dengan kata yang terucap dari bibir Vanessa, Indra pun berteriak kesakitan entah karena apa.
Setelah jeritan itu, kedua tubuh serentak berpisah dari rapatnya pelukan tadi. Indra menatap wajah Vanessa yang lalu menunduk tersipu dengan rona merah pada seluruh permukaan. Sementara, Indra sendiri sedang berjuang untuk mengatur napasnya yang sempat memburu.