"Kalian para orang tua selalu saja main paksa pada orang muda! Huh, mana Mbak Miranti? Aku tidak suka diperlakukan seperti ini! Mentang-mentang dia jadi kakak, tidak berarti Mbak Miranti boleh memperlakukan aku dengan seenaknya saja," demikian teriakan itu menggema dalam ketenangan komplek perusahaan yang memang sunyi di malam hari.
Ketika kening Indra berkerut heran begitu mendengar itu, secara tak sengaja matanya telah bertatapan dengan pandangan Miranti yang juga sedang mengarah pada dirinya. Namun, seketika saja kening Indra malah jadi semakin berkerut sewaktu menemukan sebuah ekspresi yang sedikit janggal pada wajah sang direktur utama.
Sebab sepertinya yang terlukis dalam pancaran wajah rupawan itu, bukanlah suatu hal yang bisa diartikan sebagai sebuah bentuk kemarahan atau bahkan kekhawatiran sekalipun. Karena, Indra malah merasa seolah menangkap sedikit ekspresi perasaan kesal yang juga teraduk dengan ungkapan geli yang sedemikian aneh.