Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pengorbanan Seorang Anak

ArfinaSusanti93
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.9k
Views
Synopsis
Cerita ini Dimulai pada tahun 2018. Aishwa adalah seorang anak dari keluarga yang tidak mampu. ayahnya yang bekerja serabutan diluar kota dan ibunya pedagang sembako. dan di suatu hari ia berinisiatif untuk menelfon saudaranya di pulau jawa, dan ia di minta untuk sekolah dan semua biaya di tanggung oleh saudaranya. aishwa berfikir ini adalah jalan satu-satunya untuk meringankan beban orang tuanya, karena aishwa masih mempunyai satu adik perempuan dan satu adik laki-laki. tibalah saatnya ia pergi meninggalkan sejuta kenangan dan cerita cintanya. Miftah yang sangat bersedih ketika ditinggalkan aishwa dan harus merelakan kepergian aishwa

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Perpisahan Aishwa

Setelah Diskusi bersama keluarga besar Aiswha, mereka semua setuju tentang inisatif Aishwa yang ingin sekolah dipulau jawa. berbeda halnya dengan miftah, ia justru merasa sedih karena harus ditinggalkan oleh aishwa. "Kamu serius mau pindah sekolah?" miftah bertanya dengan wajah serius dan memohon. " Ia, aku serius. ini jalan satu-satunya untuk melanjutkan pendidikanku tanpa membuat beban Ayah dan Ibu". Kata Aiswha, ia benar-benar yakin dengan keputusannya meskipun berat. Berat karena harus meninggalkan sejuta kisah di tanah kelahirannya. Miftah hanya diam dengan tatapan penuh kesedihan, Miftah adalah seorang laki-laki yang sangat lembut. ia bisa dengan mudah meneteskan air matanya jika berhubungan dengan orang yang benar-benar ia cintai. "Apakah kamu tega meninggalkan aku disini, apakah kamu tak akan rindu dengaku ketika kita terpaut jarak???" Miftah seakan tak rela jika harus menjalin hubungan jarak jauh dengan aishwa. " kita bisa mencobanya mif!. aku tahu ini berat untuk kamu, tapi ini juga berat buat aku." jelas aishwa pada mifta. kemudian mereka berdua hanya diam dengan pikirannya masing-masing. mereka sangat sedih karena harus berpisah, apalagi aishwa yang tidak mempunyai handpone pada kala itu membuat mereka semakin sulit untuk berkomunikasi.

akhirnya miftah mengangguk pasrah atas semua keputusan aishwa. suatu hari tiba saatnya aishwa berangkat ke pulau jawa, Miftah mengantarkan aishwa beserta keluarga diterminal. Miftah masih dengan wajah sendunya, karena ais yakin bahwa miftah tidak akan rela jauh darinya. "aku bakalan kangen kamu aish, kangen marah-marahnya kamu, manjanya kamu. aku pasti akan merindukan itu semua". miftah mengeluarkan isi hatinya ketika aish berada disampingnya. kemudian aish menjawab " aku juga pasti akan kangen kamu mif, kamu yang selalu sabar dan ngertiin aku selama ini". aish sambil bersandar di bahu miftah. " berjanjilah aish, kamu akan selalu kasih kabar ke aku. jangan pernah lupain aku ketika kita jauh!" pinta miftah. aish hanya mengangguk patuh, kemudian aish meminta hal yang sama pada miftah. dan mereka mengikrarkan janji di terminal itu.

Hingga Tiba saatnya Bis yang ditumpangi oleh aishwa beserta keluarga datang dan siap berangkat. Miftah Sambil membatu barang bawaan kami bersama ayah. Miftah memang tak terlalu dekat dengan Ayah, tapi ia dekat dengan ibu. kadang Miftah sering di nasehati oleh ibu, supaya lebih sabar menghadapi segala kelakuanku. memang aku sedikit keras kepala, sedangkan Miftah dominan yang lmbut dan penyabar. bahkan hampir setiap permasalahan muncul dia tak pernah sekalipun marah terhadapku. "Berjanjilah untuk selalu setia denganku aish" pinta miftah ketika aish hendak naik ke bis yang di tumpangi keluarganya. "Aku berjanji miftah, semoga nanti kita akan dipertemukan kembali. aku berjanji jika ada rezeki aku akan pulang". kemudian mereka mengucap salam perpisahan. "Miftah, nak!" panggil ibu aish. "Iya bu, bersabarlah nak. doakan yang terbaik untuk aish. kamu jangam kuatir dengan aish, jika kalian berjodoh pasti allah akan mempertemukan kalian kembali." pesan ibu aish. "Iya bu, miftah janji. miftah akan selalu ingat pesan ibu untuk miftah. mifta sangat mencintai aish bu, harapan miftah pada aish sangat besar!". Kala itu, miftah sudah bertekad untuk setia pada aish, karena besar cintanya miftah. hingga akhirnya ibu aish pergi meninggalkan miftah seorang diri. miftah memandangi wajah air dari kejauhan yang terhalang kaca bis. air mata miftah tanpa disadari telah menetes. lambaian tangan aish seakan perih, sampai akhirnya bis itu pergi menilnggalkan miftah seorang diri.